[24] Satu Hari Bersamamu

8.2K 693 53
                                    

"Beri aku satu atau dua hari untuk bahagia dan mengabadikan hari-hari itu." – Nalaka.

Seperti biasa, Raga kembali pada rutinitas awalnya setelah beberapa hari tak masuk kerja karena menjernihkan pikirannya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Seperti biasa, Raga kembali pada rutinitas awalnya setelah beberapa hari tak masuk kerja karena menjernihkan pikirannya. Suasana tempat kerja cowok itu tak berubah, selalu ramai. Mungkin karena para pegawainya melayani customer dengan baik dan dapat di percaya, terutama Raga.

"Kemana aja, Rag? Tiga hari nggak masuk," tanya Bang Dion – pemilik carwash, tempat Raga bekerja.

Cowok itu terkekeh renyah. "Biasa, Bang," jawabnya hangat.

Bang Dion mengangguk paham. Raga dan pria yang berusia kemungkinan tiga puluh tahun itu memang sudah sangat akrab. Raga bersyukur karena dipertemukan dengan Bang Dion dan merangkulnya menjadi lebih baik. Andai saja pertemuan tersebut tidak terjadi, sudah dipastikan hidup Raga akan terdampar.

"Sekolah lo gimana?" tanya Bang Dion lagi.

"Ya, gitu."

Mendengar jawaban Raga, Bang Dion sampai tak bisa mengontrol tawanya. Raga selalu saja begitu ketika di tanya, jawabannya terlalu singkat dan sulit dipahami. "Lo kalau ditanya jawabannya gitu-gitu aja, yang jelas dong Rag! Gimana lo bisa dapat cewek kalau respon lo cuek," ledek Bang Dion.

Raga kembali terkekeh, bahkan suara tawanya terdengar. Ingat hanya kepada Bang Dion dia akan bersikap seperti ini. Raga benar-benar lepas ketika bersama Bang Dion. "Siapa yang nggak mau sama gue, Bang? Kan gue ganteng," ujarnya menyombongkan diri.

Bang Dion lagi-lagi tertawa. "Iya, nggak ada yang bisa nolak pesona lo. Termasuk dia." Bang Dion menunjuk seorang gadis yang baru saja tiba menggunakan dagunya, membuat Raga megikuti arah pandang Bang Dion.

Raga sempat tertegun melihat Nala di sana. Bukannya gadis itu, beberapa hari ini menghindari Raga, lalu kenapa sekarang Nala mendatanginya. "Gue perhatiin dia sering ke sini. Cewek lo?" tanya Bang Dion.

Raga tak menjawab, tatapannya masih tertuju pada Nala. Gadis itu tersenyum pada karyawan yang lain, menyapa mereka dan membagikan beberapa cemilan. Ternyata Nala sehangat itu, bahkan dengan mudahnya dia berbaur.

Melihat Raga diam di tempat membuat Bang Dion menepuk bahunya singkat. "Samperin gih!" suruhnya.

"Gak usah, Bang. Pekerjaan gue belum selesai," tolak Raga.

"Gue yang ambil alih," pinta Bang Dion.

Raga tetap menolak, dia masih melanjutkan pekerjaannya dan berusaha mengalihkan perhatiannya dari Nala.

"Lo nggak takut, dia digodain sama anak-anak," ujar Bang Dion menatap Nala.

Raga menoleh ke arah Nala yang mulai terlihat risih karena di kerumuni oleh teman kerja Raga. Bahkan ada yang sampai mencolek pipi Nala, membuat ekspresi Raga berubah seketika. Raut wajah yang semula tenang menjadi memerah, tak lupa dengan kepalan kuat pada tangannya.

RAGNALATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang