82±0,

37 9 0
                                    


Pemuda itu tengah bersantai di balkon dengan kipas angin kecil berada di genggamannya mengipasi wajah serta bagian lain dari anggota tubuh.

Emanuel jaemana Sugawa atau kerap kali di sapa jaemin pemuda dengan Surai hitam itu membuang nafas kesal, cuaca siang ini di jakarta sangat panas berbeda sekali dengan bandung dan ia merasa tak nyaman, diam di kamar pun percuma karena ac nya mati, ah atau mungkin ia harus mengungsi ke kamar kakaknya? Tidak! Tidak! Itu sama saja mencari mati, karena siang ini kakaknya akan sibuk urusan kampus juga kerjaannya, ia bilang tidak mau di ganggu agar cepat selesai dan bisa bersantai.

Jaemin menatap jalanan dari atas berbagai macam kendaraan berlalu lalang di sana, sesekali meneriaki orang yang tengah bermesraan di atas motor, jaemin bosan sudah satu minggu ia berada di rumah barunya karena rumah lamanya yang berada di bandung tengah di renovasi juga di dekor ulang, jaemin sebenarnya bingung pada sang mama kenapa tidak pindah ke yang dekat saja kenapa harus pindah yang jauh bahkan sangat jauh hingga pindah kota? Ia sangat rindu menongkong dengan temannya di warung sembari sesekali menggoda janda anak tiga. Jaemin beranjak dari duduknya dan berjalan ke pinggiran balkon untuk melihat tetangganya. Haechan, siapa tau dia ada di rumah setidaknya bisa menghilangkan sedikit rasa bosan dengan cara mengajaknya bermain catur.

"Haechan woi!"jaemin berteriak kencang menatap lamat kamar yang berada di sebrang,  siapa tau haechan masih tertidur, sebenarnya tinggal beberapa langkah saja untuk sampai ke rumah haechan, tapi ia sangat malas untuk menuruni tangga apa perlu ia bilang pada sang papa untuk buatkan life dalam rumah?

"Tu bocah kemana sih? dah tau temen gue dia doang pake ngilang lagi,"

Puk

Tepukan pada bahunya membuat ia menghela nafas ini pasti kakaknya.

Jaemin berbalik perlahan, "apaa—,"ucapan jaemin menggantung kala melihat sosok yang tadi menepuk bahunya seketika tubuhnya menegang keringat dingin mulai bercucuran di pelipisnya. Sosok itu tengah tersenyum manis ke arahnya dengan darah yang tak berhenti bercucuran di wajah, tangan itu mulai merambat hendak menyentuh jaemin tapi dengan sigap jaemin berlari kencang.

"Huaaa! mami! papi! abang! huaaa,"jaemin berteriak histeris, berlari ke arah kamar kakak satu satunya Exal jenoana Sugawa a.k.a jeno,   dengan tangan gemetar ia membuka kamar jeno menerjang kakaknya yang sedang tengkurap di atas kasur empuk dengan laptop tepat dekat wajah. Jaemin mulai menutupi seluruh tubuhnya dengan selimut, tangan jaemin yang terlilit selimut mulai merambat hendak memeluk jeno tapi dengan cekatan jeno menepisnya.

"Lo apa-apaan sih jaem? Awas ah gue lagi nugas,"Jeno mencoba menyingkirkan jaemin dengan menendangnya namun sang adik tak kunjung bergerak.

"Bang! Pliss bang tadi ada hantu bang! dia ngejar gue!"jaemin berteriak heboh suaranya bahkan terendam oleh selimut yang melilit tubuhnya.

Jeno berdecak, "mana ada hantu siang bolong begini bego! Awas ah tugas gue bentar lagi kelar ini,"jeno berucap ketus.

Perlahan jaemin menyembulkan kepalanya ia terkejut kala tubuh mungil dengan wajah pucat berlumuran darah itu tengah berdiri tepat di belakang kakaknya. Ia kembali menenggelamkan wajahnya pada selimut tebal.

"Bang! Hantunya ada di belakang lo bang!"

"Ck, jaemin udah gue bilang siang bolong begini mana ada han—,"jeno berbalik lalu  terdiam, menatap sosok mungil di depannya, tubuhnya menegang dengan cepat ia menerjang jaemin dan dengan cekatan menarik selimut yang melilit sang adik dengan paksa.

"Ck, apa-apaan sih bang?"

"Jaem, hantu jaem!"Jeno berteriak sembari terus berusaha menarik selimut.

"Gue benerkan bang?"jaemin berucap santai sembari terus mengeratkan lilitan selimut pada tubuhnya yang kini hendak di rebut paksa oleh sang kakak.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Mar 29, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Semut [jaemren]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang