Kancing-kancing yang tidak bersalah itu berhamburan kemana-mana.
"KIM BR*NGS*K!"
Terus saja melawan Jung! Kau tidak akan menang, lihat perbedaan tubuh kalian? Pria di atasmu volume tubuhnya besar dan berotot, dan kau kurus pucat! Astaga.
Dalam satu sentakan, kemeja itu sudah terlepas. Dengan segera, Kim Vicle mengambil,
-Jaket hoodie yang ada di sofa sebelahnya. Memakaikan jaket itu dengan paksa pada si Jeon yang keras kepala dengan skala sangat tinggi! Astaga.
Tersenyum, Kim Vicle bisa melihat Jung-nya yang diam dibawahnya setelah dia paksa untuk memakai jaket.
"Apa perlu aku menggantikan celanamu? Walau tak basah, mungkin kau akan tidak nyaman tidur dengan celana itu" ujar Kim Vicle.
"Br*ngs*k! Aku tidak akan menginap disini Kim! Minggir dari atas tubuhku!" ujar Jung Hwa yang terlihat marah.
"Kenapa? Aku tidak ingin Jung" ujar Kim Vicle, kemudian dengan cepat menahan kedua tangan pucat Jung Hwa di atas kepala pria manis itu.
"Kau-Mhh...."
Yup! Bibir tipisnya ditawan dengan ciuman yang menuntut dari Vicle.
M*l*m*t, meng*g*t, m*ngh*s*p. Mengecap rasa manis dari bibir Jung-nya.
L*d*h Kim Vicle masuk dengan cepat ke dalam m*l*t Jeon Jung Hwa yang berusaha ditutup, namun dalam sekejap terbuka ketika tuan muda Daegu itu mengg*g*t bibir bawahnya.
"Mmmhhh......ah!"
Melenguh dalam ciuman, Jeon hanya diam saja tidak membalas ciuman dari Kim Vicle. Ciuman cukup lama dan agresif, membuat Jeon pusing.
Persetan, dia bisa apa kalau dipaksa dengan cara seperti ini?
Cup
Kecupan manis pada bibir tipis yang memerah basah itu, menjadi akhir dari ciuman sepihak itu.
"Hahh...."
Menarik oksigen sebanyak mungkin dilakukan oleh Jeon. Pipinya yang tadi putih pucat sudah dihiasi rona merah muda. Manis.
Sedangkan, Kim Vicle memandang penuh puja ke arah Jeon Jung Hwa di bawahnya yang masih sibuk bernafas.
Tersenyum lebar, Kim menyingkir dari atas tubuh Jeon.
"Jung, kalau kau mau pulang silakan saja. Tapi, itupun kalau kau bisa keluar dari sini, HAHAHAHHAHA"
Mengutuk dalam diam, Jeon memejamkan matanya. Tawa menyebalkan dari Kim Vicle membuat darahnya mendidih.
Kim Vicle telah masuk ke kamarnya sendiri, meninggalkan Jeon yang terlentang kaku di atas sofa.
Berdiri. Jeon mencoba berjalan ke arah pintu, jendela, dan celingak celinguk kesana sini seperti maling.
"F*ck! Kim br*ngs*k itu mengunci semuanya. Dia benar-benar berniat menculikku"
Drrttt...
Drrtttt.....
Getaran ponsel di saku celananya membuat Jeon segera mengambil benda persegi panjang itu.
Segera mengangkat panggilan yang berasal dari,
"Apa Park?"
"JUNG! KAU DIMANA!? AKU ADA DI DEPAN APARTEMENMU! JARIKU SAMPAI SAKIT KARENA MEMENCET BELL TERLALU LAMA! KAU TULI!?"
Astaga, suaranya menggelegar walau tanpa speaker. Jeon segera menjauhkan ponsel dari telinganya.
"Apa maumu Park? Aku sedang ada di luar"
"Huh? Jung! Bukankah kita berjanji akan membuat desain baru malam ini untuk fashion show bulan depan?"
Mengigit bibir bawahnya yang bengkak, Jeon meradang. Terlampau kesal dengan situasi yang dihadapinya.
Jeon tidak mungkin kan memberi tau kepada Jimy secara gamblang bahwa dia sedang berada di apartemen Kim Vicle? Bisa gawat.
Tbc....
KAMU SEDANG MEMBACA
MAGNETE
RandomJeon hamil. Tapi, anak yang dikandungnya bukanlah milik kekasihnya.