Sekolah tetap berjalan seperti biasanya. Kelas Giwang semakin menjadi perhatian setelah Aldevan dan Zayyan berhasil lolos untuk mewakili sekolahnya dalam perlombaan karate.
Karena Giwang sempat tidak masuk dan tertinggal banyak informasi maka dia bertanya pada Nizam, awalnya Theo rajin memberikan kabar, namun beberapa hari terakhir Theo diam, tidak mengirim pesan atau bahkan hanya sekedar menyapa.
"Theo, lo nggak ikut seleksinya?" Tanya Giwang. mencoba memecah keheningan
"Enggak, kalo gue ikut malah Aldevan sama Zayyan nggak lolos" jawabnya bercanda
"Bukannya udah dari tahun kemarin pengen ikut lomba karate, sampai sewa gor kota sama anak anak lain. Bukannya itu buat persiapan ini?"
"Gue berubah pikiran"
Giwang merasa ada sesuatu yang menganggu pikiran Theo, sayangnya dia tidak pernah bercerita apaun tentang dirinya sendiri. Giwang juga tidak enak hati jika harus bertanya tentang urusan orang lain.
Beberapa bulan yang lalu, saat sekolahya memberikan pengumuman jika sekolah akan mengadakan seleksi untuk pemilihan murid yang akan maju untuk turnamen olahraga yang salah salah satunya adalah karate. Theo sangat ingin mengikutinya, bahkan dia mengajak teman temannya yang lain untuk berlatih bersama. Termasuk Giwang.
Giwang sempat ikut berlatih sebentar, namun dia lebih sering untuk mengamati. Giwang takut jika nanti ketahuan bundanya.
Theo menjadi lebih pendiam saat Giwang kembali masuk sekolah setelah dia dirawat di rumah sakit, bahkan saat jam istirahat yang harusnya menjadi waktunya untuk makan di kantin pun Theo akan tetap tinggal dikelas. Terkadang Giwang merasa jika Theo menjauhinya, entah kesalahan apa yang dia lakukan.
"Giwang, lo bisa bantu gue nyelesaiin soal ini ga? Gue nggak ngerti" Nizam datang mengampiri Giwang membawa sebuah buku
"Em, jadi pertama harus di-"
"Selamat siang anak anak" seorang guru masuk, menandakan pelajaran akan segera dimulai
Nizam memperlihatkan wajah kesal, "Nanti gue ajarin" ucap Giwang menenangkannya.
"Apaan Zam?" Tanya Zayyan yang penasaran, sudah sejak tadi memperhatikan Nizam yang kebingungan membaca buku entah apa
"Materi, gue nggak ngerti" Jawabnya berbisik
"Iya materi apaan?"
"Matematika lah, apa lagi? Musuh gue satu satunya"
"Yaudah, belajar bareng yuk"
"Lo bisa matematika???"
Zayyan tersenyum mengejek lalu menggeleng yang tentu saja membuat Nizam memperlihatkan wajah kesal.
Pulang sekolah hari ini Giwang tidak langsung ke rumah, tapi ikut Aldevan ke gor kota. Bukan untuk menemani dia latihan namun karena akan belajar bersama Nizam, sesuai janjinya tadi yang akan mengajarinya materi matematika
"Belajar rumah lo aja Wang" Ucap Nizam
"Jangan, lo pulangnya jauh"
"Aelah, lu pada belajar mulu. Sekali kali ganti tuh jadwal belajar jadi karaokean" Theo menyela
"Gak bisa" Jawab Giwang dan Nizam serempak
"Nah, mending belajar tempat lo aja" Nizam merangkul Theo
"GAK!!!"
"Gue juga belum pernah kerumah lo, Yo" Giwang
"NGGAK BOLEH!!" Ucap Theo
Theo terlihat kesal saat Giwang berkata ingin kerumahnya, akhirnya mereka memutuskan untuk pergi ke cafe dekat gor kota dimana Zayyan dan Aldevan berlatih.
KAMU SEDANG MEMBACA
Two Brothers : Escape Room
FanfictionDua anak laki laki dengan kepribadian bertentangan disatukan dalam sebuah ikatan keluarga dan berteman dengan tiga remaja lainnya. Hidup tanpa masalah tidak akan menarik bukan? Masalah teman, asmara, orang tua, dan hubungan saudara menjadi konflik u...