"Okay Re. Dengarkan aku, ini hanya permainan oke?"
"Maaf?" ucap Renggana tidak paham.
Kemudian tanpa isyarat Tom langsung mencium pipi kiri Renggana dan tertawa terbahak-bahak bersama teman-temannya. Mereka semua tidak berniat meminta maaf sama sekali dan pergi begitu saja. Bahkan para gadis justru mengatakan bahwa Renggana adalah gadis murahan karena diam saja diperlakukan seperti itu.
Memangnya mereka mau Renggana berbuat apa? Marah? Mengamuk ?
Dia tidak mau menanggung resiko ayahnya akan marah saat tahu fakta bahwa dihari pertama dia sudah mengacau. Sungguh Renggana takut akan semua itu.
Mencoba tegar, gadis itu mengusap kasar airmatanya yang belum sempat jatuh dan meremas kuat kaosnya hingga tercetak guratan-guratan tidak rapi pada baju obralnya yang ia beli di pasar seharga 30 ribuan.
"Maaf Nana. Mrs. Johansen memintaku untuk ... " ucapan Edzsel berhenti ketika mendapati wajah gadis itu muram dan matanya sedikit memerah seperti orang yang baru saja menangis.
Dia berjalan cepat lalu berlutut didepan Renggana agar bisa melihat wajah gadis yang mencoba menunduk untuk menghindari eye contact dengannya itu.
Mata hijau Edzsel menelisik setiap bagian tubuh Nana untuk memastikan bahwa gadisnya itu tidak terluka. Tidak melihat keganjilan apapun, Edzsel bersyukur tapi juga berang karena Nana tak kunjung membuka mulutnya untuk mengatakan alasannya terlihat murung seperti itu.
"Apa aku harus menginterogasi seluruh kelas untuk mengetahui alasan kau murung seperti ini?"
Gadis yang daritadi hanya diam saja itu sontak menatap ketakutan kearah Edzsel. Dia takut kawan barunya itu akan melaporkan kejadian ini pada guru dan membuat situasi menjadi kacau. Nana hanya takut bahwa ayahnya akan mengamuk karena sesuatu yang bukan kesalahannya.
"A-aku hanya sedih. Karena ucapanmu benar. Tidak ada yang mau menjadi temanku disini."
Mendengar alasan itu Edzsel pun tersenyum didalam hatinya. Sebenarnya bukan itu yang dikatakan oleh pemuda yang sedang memakai jeans hitam dengan kaos putih polo serta kemeja army yang dibiarkan terbuka dan sneakers putih tersebut.
Tapi melihat wajah putus asa Nana yang tidak memiliki seorang teman pun dan hanya bisa bergantung kepadanya, benar-benar membuat penyandang nama Sokolov itu bahagia.
Semuanya berjalan sesuai kehendaknya.
"Tidak perlu bersedih. Ada aku yang akan selalu berada didekatmu."
Jika Nana mendengar ini dari mulut sahabat baiknya Suseno atau Arini, dia pasti akan sangat bahagia. Tapi karena Edzsel yang mengucapkannya, mendadak Nana menjadi takut karena merasakan sesuatu yang tidak biasa dari pemuda itu.
Tanpa menunggu jawaban Renggana, Edzsel segera berdiri untuk menawarkan tangannya agar gadis itu mau menggenggamnya. Tapi bahkan setelah lama menunggu, Nana masih tidak mau menerima uluran tangan itu. Dia menatap Edzsel polos dengan mata coklatnya itu.
"Bo-boleh aku berjalan sendiri tanpa digandeng?"
Tentu saja tidak boleh. Tapi sekali lagi, Edzsel tidak mau bertindak sembrono. Pemuda itu tersenyum manis untuk menjawab pertanyaan gadis itu.
"Aku hanya ingin membuatmu nyaman. Tapi jika kau tidak menyukainya, aku tidak akan memaksa."
Setidaknya untuk saat ini. Karena tidak ada yang tahu apa yang bisa pemuda itu lakukan untuk menyimpan Renggana baik-baik didalam hidupnya yang mulai terasa berwarna setelah sebelumnya dia terkurung dalam kehampaan.
_ _ _
Sepanjang perjalanan menuju kantin, banyak sekali orang yang menyapa Edzsel dan dibalas pria itu dengan ramah. Dia memang dikenal sebagai pribadi yang baik dan tidak membedakan orang lain berdasarkan kekayaan maupun hal lainnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Don't Escape: Look At Me, Your Devil Angel
Misterio / Suspenso"Merindukanku, sayang?" Suara itu. Senyuman iblis itu. Wajah yang tersenyum seolah tak berdosa yang pria itu tunjukkan membuat hati Renggana mendadak berubah menjadi remah roti yang siap hancur kapan saja. "Ba-bagaimana kau bisa ada disini?" "Itukah...