22 : Ancaman

13 3 0
                                    

Jangan harap hidupmu akan baik-baik saja setelah ini, Choi Soobin. Oh, ya, tentu jangan harap adikmu akan tenang jika sampai ia diterima disini, Soobin.

Pesan ancaman dari Woseok. Entah bisa dapat dari mana makhluk satu itu nomor teleponnya. Ia benar-benar muak, rasanya ingin melempar sofa, lemari, meja, sepeda, gunung sekali pun jika bisa, akan ia lemparkan ke tubuh pemuda berwajah layaknya joker versi KW 9 tersebut. Soobin tak habis pikir, sebegitu benci dan tak tahu diri kah sosok Woseok? Ia bahkan berani menjelekannya didepan PD-nim. Didepan Hitman Bang! Sungguh, ia yakin, Hitman Bang pasti tidak sengaja mengutip sampah di selokan sehingga menemukan bocah itu. Astaga, kasarnya. Tapi, sungguh, Woseok benar-benar tidak pantas mendapatkan perhatian maupun popularitas sebagai idol.

Dalam diri seorang public figure, pasti ada sesuatu yang dicontohkan dan patut ditiru. Namun, apa yang netizen atau penggemarnya bisa ambil dan tiru dari Woseok selain sifat keras kepala, pemaksa dan perundung itu?

Jujur, Soobin tau, Woseok sangatlah berbakat. Bahkan, jika dibandingkan, Woseok jauh berada diatas Yeonjun, namun kenapa PD-nim ataupun Jini sunbaenim tidak membahasnya? Karena itu! Woseok adalah contoh manusia tersombong sejagat raya. Apakah pantas ia duduk di bangku show case bersama timnya kelak? Apakah itu tidak hanya akan dijadikan panggung tempatnya bersinar sendiri?

Dan pada saat tadi, tepat di hadapan seluruh trainee yang ada, PD-nim menguji kelayakan Beomgyu untuk mendaftar sebagai trainee. Terkesan bar-bar dan seenaknya, ilegal, namun hanya itu kesempatan yang bisa Yeonjun dan Soobin ambil. Mereka tidak mau menyia-nyiakan kesempatan emas yang ada, PD-nim sangat jarang berada di agensi. Mereka ingin PD-nim langsung yang menilai Beomgyu, sehingga sudah tentu, jika Beomgyu lolos, maka ia akan otomatis resmi menjadi trainee di MyBigHouse. Yeonjun dan Soobin tentu tidak mau menahan lebih lama keinginan mendaftarkan Beomgyu dengan audisi seperti biasa.

Maka, Yeonjun pun memghubungi PD-nim, menanyakan apakah ia bisa bertemu dengan beliau pagi ini. Lalu, seperti yang diharapkan, PD-nim ada di agensi. Kesempatan emas yang kemudian mendatangkan rasa cemas untuk Yeonjun dan Soobin.

Meski tak memiliki hubungan apapun dengan Woseok, Yeonjun sangat hafal bahwa pemuda satu itu sungguh keras kepala, mengingat selama beberapa bulan mereka sudah tinggal bersama dalam satu dorm. Terlebih, bagi Soobin, rivalnya. Bagaimana Soobin bisa mengabaikan ancaman Woseok begitu saja? Woseok adalah sosok yang menakutkan!

"Yeonjun hyung, apakah menurutmu hasil tes Beomgyu tadi akan membuahkan hasil yang baik?" tanya Soobin.

Yeonjun tersenyum kecut, "cih, apa-apaan kau ini? Meragukan kemampuan Beomgyu, huh? Tentu saja, tentu ia akan diterima sebagai trainee, aku jamin itu!"

Soobin hanya tersenyum kecil, diam sejenak. "Bukan hanya hasil dari tes itu yang ku khawatirkan, hyung. Tapi, juga ... keselamatannya. Apakah ini langkah yang benar? Apakah kita sudah melakukan semuanya secara sesuai, seperti ... yang seharusnya?" tanya Soobin lagi. Yeonjun menoleh pada Soobin, mereka saat ini tengah berada di ruang televisi rumah mereka. Setelah tes singkat dengan PD-nim, ketiga Choi bersaudara langsung pulang begitu saja. Sungguh tidak berakhlak!

"Ya! Bicara apa kau ini, Soobin! Aigo, aigo! Kita bertiga akan berlatih bersama, seperti yang seharusnya terjadi. Ayolah, lihat aku! Aku bahkan sudah mencoba sesuatu yang sangat berbeda dari diriku yang sebelumnya, hanya untuk kalian berdua! Aku yang tidak suka perhatian dan sorotan malah daftar sebagai calon idol. Aku yang sangat pendiam dan sulit berkomunikasi dengan orang lain selain kalian sekarang mukai membuka pembicaraan dengan orang lain. Kau pikir, itu mudah? Tentu tidak. Aku hanya ingin, harapan Beomgyu bisa terwujud. Itu saja, sudah cukup bagiku."

Soobin manggut-manggut, ia lalu mengenggam tangan kanan Yeonjun, Yeonjun yang menyadarinya langsung menepis kasar tangan Soobin, "apa-apaan kau ini?"

Soobin tersenyum jahil, "sudah lama, ya, tidak menjahilimu. Kembalilah jadi kakak kami yang ceria seperti dulu, hyung. Aku dan Beomgyu sudah memaafkan kesalahanmun, kok."

Yeonjun terdiam, ia melirik pada Soobin. "K-kalian benar-benar memaafkanku? Sungguh?"

Soobin mengangguk, "ya, mau bagaimana lagi, lagipula itu sudah berlalu."

"Tanganmu, apa sekarang baik-baik saja?"

"Setelah cidera itu, tanganku tidak pernah terasa lebih baik dari sebelumnya, hyung. Tapi, tak apa. Berkat keegoisanmu untuk tetap bekerja saat Beomgyu butuh bantuan hari itu, malah membuatku bisa mengetahui banyak hal yang selama ini Beomgyu sembunyikan dari kita," jelas Soobin.

Yeonjun mengigit ujung bibirnya, "maaf karena menjadi sangat egois waktu itu, maaf karena menutup telponmu dan Beomgyu, maaf karena jadi penyebab tangan kananmu jadi cidera, ak-aku memang kakak yang jahat!" Yeonjun pun menangis, ia menundukkan kepalanya dalam. Ia sungguh menyesal.

Soobin pun menghela napas berat, lalu mengelus puncak rambut kakaknya seraya menghiburnya. "Gwencana, lagipula kalau setelah ini aku mengalami hal yang lebih buruk dari sekedar cacat kecil di tangan kanan karena terlalu banyak menari, itupun tidak masalah, toh, semua demi Beomgyu 'kan? Jangan salahkan dirimu, aku melakukan semua demi adik kita, hyung. Kau tidak sepenuhnya bersalah atas apa yang menimpaku. Sekarang, kita hanya harus fokus pada Beomgyu, kita harus bisa optimis bahwa Beomgyu akan diterima, lalu kita akan berlatih bersama dan saling melindungi, ok?"

Yeonjun mengangkat wajahntya, menatap Soobin sambil tersenyum tipis. "Hm, ne, mianhae karena tidak bisa menjadi kakak yang cukup baik."

Soobin kali ini tersenyum lebih merekah, matanya yang sipit bahkan sampai menghilang. Sungguh manis.

"Kita akan memperbaiki semuanya. Kita mulai semua dari awal."

Loslassen [OPEN PO]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang