Part 9

9.3K 394 2
                                    


Saat Yana menunduk mengelap tumpahan milkshake tepat di posisi junior Juna. Tanpa sadar milik Juna itu terbangun karena mendapat sentuhan intens dari tangan Yana.

"Ini kok bangun?" Tanya Yana sambil menyeringai menatap Juna.

Juna hanya mengalihkan pandangannya, ia tak sanggup berkata-kata.

"Milih diam ya?" Yana menekan kembali bagian yang terlihat ingin menerobos keluar.

"Ah-" sebuah desahan berhasil lolos karena pergerakan Yana. Juna dengan cekatan membekap mulutnya dengan kedua tangan.

"Pfft" Yana menahan tawanya sambil kembali ke posisi duduknya.

Tangan Juna terlihat sibuk menutupi juniornya, dan terlihat kakinya yang terus berubah posisi tanda tidak nyaman. Melihatnya malah membuat Yana semakin terpancing menjahilinya. Kaki Yana terangkat jika dilihat dari bawah meja yang tertutupi taplak panjang berwarna putih itu. Kakinya menjulur menuju kejantanan Juna. Raut Juna berubah panik, ia membuka bagian taplak meja yang menutupi juniornya.

Kakak..

Dalam hati Juna terus saja bergumam.

Jahil banget..

Pipi Yana bersemu ketika Juna memegangi telapaknya. Ia menarik kaki Yana untuk menekan miliknya.

"Hanh.." kembali lagi satu desahan lolos dari pertahanan Juna. Ia pun segera mengulum bibirnya karena Yana mulai mengelus miliknya mulai dari atas ke bawah secara pelan dan menggairahkan.

Yana dan Juna terlalu asik bermain diam-diam di bawah sana. Tanpa mereka sadari, ada pelayan yang tiba-tiba meletakkan 2 nasi goreng di meja mereka.

Cairan pre-cum Juna padahal sudah keluar, sayang mereka harus melanjutkan makan siang.

"Habis makan, ingat minum obat ya" nasehat Yana sambil menurunkan kakinya.

"Hum.." Juna mengangguk kecewa.

Seringaian Yana terpampang lagi, ia senang bahwa Juna suka atas kejahilannya tadi.

Tapi lain kali akan saya buat menangis tersedu-sedu karena rindu belaian saya.

Kata Yana dalam hati

Yana terkikik tiba-tiba, kelepasan. Juna yang merasa firasat buruk itu bulu kuduknya meremang.

"Nanti malam saya ke bar ya? Kamu tidur aja" ijin Yana.

"Ngga boleh" pekik Juna.

"Gak minum aneh-aneh, Juna." Tegas Yana sampai membuat Juna hanya mengangguk, tidak ingin membantah.

***

Gaun pink Yana yang pendek sepaha itu memikat beberapa mata. Bar mulai ramai pengunjung. Tawaran demi tawaran dari banyak pria untuk melayani Yana, namun semua ditolak mentah-mentah.

...

"Hei lihat dia, apa dia salah ruangan?" Ceroscos seorang penjulid yang tengah menatap pria menggunakan piyama itu.

"Kakak, ayo balik" cetus Juna sambil memegangi lengan bosnya.

"Juna?!" Pekik Yana karena tidak percaya ia akan disamperin Juna yang masih memakai piyama.

"Kalo gamau, Juna disini aja." Gertak Juna sambil duduk disebelah Yana.

Tatapan Juna tertaut pada minuman disampingnya yang menganggur. Tanpa pikir panjang, ia meneguk minuman itu agar terlihat keren di mata Yana.

Mata Yana justru terbelalak menampaki asistennya yang ceroboh, asal meminum. Emosi Yana tidak bisa ditahan, ia mencengkram tangan Juna dan mengajaknya kembali ke kamar. Juna dilemparkan ke kasur sampai ambruk. Benar, Juna salah meminum minuman.

"Yang lo minum itu minuman yang ditawari om ga jelas tadi, dan asal lo tau. Itu obat perangsang." Bentak Yana.

Bersambung...

Kukira Malesub [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang