Karena Kau...

18 1 0
                                    

"uh..."
Shaku membuka matanya dan menyadari bahwa tubuhnya terikat dengan kursi.

Dia mencoba melepaskan diri tetapi ikatan tali itu terlalu kencang.

"Sudah bangun?"

Terdengar suara Zen dari sudut.
Buku kuduk Shaku seketika berdiri.

"KENAPA??!!! KENAPA KAU MELAKUKAN HAL INI??!!!"

Shaku berteriak pada Zen dan menangis.

"Berhenti menangis dasar cengeng!"

Zen langsung menggores pipi Shaku dengan pisau, dan itu membuat Shaku berhenti menangis walaupun sebenarnya dia sangat ketakutan.

"Kenapa kau bilang? Ini karena kau mencoba merebut Haruka dariku."

"Karena kau, perhatian Haruka menjadi padamu."

"Hatiku sangat sakit! SAKIT!!!"

"Karena itulah... Aku harus membunuhmu sebelum kau memilikinya."

"TI-TIDAKKK!!! TOLONG LEPASKAN AKU!! AKU BERJANJI TIDAK AKAN MENDEKATI HARUKA LAGI!!!"

".... Sudah terlambat."

Zen menutup mulut Shaku dengan kain agar dia tidak mendengar teriakan menjengkelkan itu.
Shaku sempat memberontak, tapi dia langsung di pukuli oleh Zen.

"Aku akan membiarkanmu mati kehabisan darah."

"Hhmpp-"

Zen langsung menusuk leher Shaku dan membiarkan darah mengalir dimana-mana.

"Ah sial, bajuku terkena darah menjijikanmu itu."

Zen mengawasi Shaku selama beberapa menit dan akhirnya Shaku meninggal.

Zen mengawasi Shaku selama beberapa menit dan akhirnya Shaku meninggal

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Hmm... Sekarang dimana ya aku akan menguburmu?"

"Oh ya, di halaman belakangku saja."

Zen melepaskan tali yang terikat pada Shaku.

"Ah, aku harus menunggu tengah malam saja! Akan repot jika orang-orang tahu tentang hal ini."

Zen keluar dari ruangan bawah tanah dan menguncinya lagi lalu melihat jam dinding.

"Ternyata masih jam 8 malam, sekalian saja aku berganti pakaian. Haruka pasti akan datang ke sini."

Zen bergegas melepas bajunya yang penuh darah itu dan memasukannya ke mesin cuci.
Lalu berganti pakaian.

Tak lama kemudian ada bel berbunyi, Zen langsung bergegas membukakan pintu.

"Halo Zen-kun! Maaf ya, Kau pasti menunggu lama, hehe."

Haruka tersenyum dengan kikuk sambil memegang kepalanya.
Hati Zen yang tadinya penuh kebencian menjadi bahagia.

"Tidak apa kok, tadi aku juga ada urusan kecil."

"Ohh begitu ya. Ini, tadi aku membeli kue bersama Maika-chan."

Haruka menyerahkan kotak kue itu kepada Zen.

"Terimakasih, ayo kita makan bersama."

"Ehh, tidak perlu! Aku sudah makan tadi!"

"Sudahlah, ayo."

Zen menarik tangan Haruka ke dalam rumahnya.
Seketika wajah Haruka memerah.

.
.
.

Zen dan Haruka menikmati kue itu bersama dan mengobrol seperti biasa.

Tapi kali ini Zen melihat wajah khawatir Haruka.

"Ada apa? Apa kuenya tidak enak?"

"Tidak Zen-kun, kuenya enak! Hanya saja..."

"?"

"Shaku daritadi tidak menelfon, biasanya dia sering menelfonku."

Zen terdiam seketika.
Di dalam dirinya ada perasaan marah tapi dia segera menghiraukannya.

"Mungkin dia sibuk, jangan khawatir."

"Ya, mungkin kau benar."

Haruka pun melanjutkan obrolan dan tertawa tanpa menyadari sesuatu yang sebenarnya terjadi.

.
.
.
.
"Sampai jumpa besok!"

Haruka kembali ke rumahnya dan pergi tidur.

Sementara itu Zen pergi melanjutkan aksinya.
Dia pergi ke ruangan bawah tanah.

"Kau tau Nishimiya-san, aku masih marah padamu karena kau ternyata sering menelfonnya tanpa sepengetahuanku."

"Tapi, hari ini aku senang karena Haruka datang."

"Baiklah, waktunya menggali!"

Zen mengambil sekop dan menggali lubang di halaman belakang rumahnya.
Setelah selesai, dia langsung menggendong mayat Shaku dan meletakkannya dia lubang tersebut.
Lalu menguburnya.

"Selamat tinggal... Shaku Nishimiya."

To be continued...

Tragedy Of LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang