. . .
Mata bulat itu terus saja memandang ke arah Zea, seakan penasaran mahluk apa yang kini berada tepat di hadapannya. Yang Namjoon tau gadis itu Mengenakan pakaian acak acakan dengan serba hitam dan tak memiliki rona pipi ataupun menggunakan pemerah bibir seperti ibunya. Namjoon pria dewasa yang memiliki keterbatasan mental, kini tengah duduk sembari memeluk boneka koalanya.
Matanya tak lepas dari gadis yang ia tau akan menjadi temannya di rumah nanti seperti yang sering di bicarakan ibunya setiap kali menunjukan foto gadis itu kepada NamJoon, Mereka kini tengah berada di salah satu rumah makan milik tuan Kim ayah Namjoon. Beliau adalah pebisnis terkenal yang berteman dengan ayah Zea. Gadis yang yang sedari tadi selalu menunjukan ekspresi datar dan bencinya kepada Namjoon.
ia benci sangat benci.
Saat sang ayah mengatakan bahwa perjodohan akan berlangsung lusa, tepatnya saat ulang tahun si idiot. Zea menjulukinya idiot karna tingkahnya yang aneh dan memalukan. Mimpi apa ia semalam sampai harus di jodohkan dengan manusia setengah bocah ini.
Zea mendelik tajam saat Namjoon mencoba untuk memegang tanganya, NamJoon begitu tertarik dengan aksesoris seperti rantai pada pergelantan tangan Zea, layaknya seperti bocah yang penasaran dengan sesuatu yang berkilau, Namjoon yang biasanya di perlakukan lembut oleh sang ibu seketika meringkuk ketakutan saat Zea mengebrak meja keras karena Namjoon tak sengaja menumpahkan minumanya tepat pada sepatu mahal yang baru ia beli kemarin.
Saat ingin meraih gelang itu tak sengaja namjoon malah menyenggol minuman milik ibunya yang nyaris pecahan gelasnya mengenai kaki sang ibu.
"Kau! Dasar idiot! " Zea menghentakkan kakinya, nafasnya tak beraturan ia muak sekali di tambah sang ayah yang membela terus menerus manusia aneh itu. Sorot mata tajam Zea tertuju pada idot gila yang kini menggigit bibir bawahnya takut.
"Jaga ucapanmu Zea! " Sang ayah berdiri dan memperingati, Zea tak tinggal diam ia mengambil jaket kulitnya dan juga kunci montornya ia pergi dengan menendang kursi. Dan mengarahkan jari tengahnya pada namjoon yang kini matanya sudah penuh dengan air mata.
"Jika aku terus disini lama-lama aku bisa gila! " Ujarnya sembari membanting pintu cukup keras
Zea sudah pergi dengan kendaraan besarnya entah kemana, sedangkan Namjoon masih bergetar di pelukan ibunya, Namjoon juga tidak menyukai suara bising seperti kendaraan Zea, ia menangis dan meremat kuat bonekanya memohon agar ibunya membawa nya pulang.
"Namu tenang nak" Namu a.k.a Namjoon menggeleng kuat ia memberontak, memukul mukul berulang kepalanya dengan kepalan tangan.
"Aaaaaaakkkk.... Aaaaakkkk" Jeritnya saat sesekali tangan besar itu menghantam kuat kepalanya.
Ibu Namjoon menahan tangan anaknya yang tak terkontrol sedangkan ayah Namjoon berusaha memeluk anaknya dan menenangkan namu yang histeris.
"Sudah nak..... Jangan sakiti dirimu.... " Tangis kedua orang tua Namjoon saat anaknya menarik kuat rambut coklat yang sedikit panjang itu.
"Takut bu! " Teriak NamJoon, sembari meronta ronta di lantai
"Namu aneh bu! Namu idiot! " Ibu Namjoon menggeleng kuat dan memeluk anaknya. Tidak! namunya tidak aneh namunya itu istimewa.
Sedangkan orang tua Zea terus menerus meminta maaf dengan berjanji bahwa pernikahan ini akan tetap di langsungkan.
"Tidak tuan Lee, sepertinya anakmu tidak akan bisa menerima anakku. " Tuan Lee menggeleng dan memegang lengan tuan kim.
"Percaya padaku. Anakku pasti bisa menerima Namjoon, dia begitu mungkin shock dengan pembicaraan kita tadi yang mendadak baginya" Tuan Kim menghela nafas beratnya lalu mengangguk.
. . .
Di tempat lain Zea tengah berkumpul dengan teman satu circlenya, Zea termasuk anak yang suka main keluar saat malam. Dan ia termasuk siswa pembully di sekolahnya, Zea baru menginjak SMA kelas dua. Sifatnya masih labil dan belum dewasa itu juga yang membuat keluarga Kim memikirkan lagi akan tawaran tuan Lee.
"Payah! " Zea meremat kaleng sodanya lalu melemparnya ke sisi jalan, ia masih memikirkan tentang apa yang akan terjadi setelah ini.
"Kau ini kenapa sebenarnya? " Tanya Vina teman dekatnya sedari kecil.
"Tidak" Zea tidak mau merusak reputasinya hanya demi manusia aneh itu, jadi ataupun tidak nantinya Zea akan tetap bungkam dan tidak akan pernah mau mengakui pria yang berbeda lima tahun darinya itu.
"Terserah jika kau masih belum siap menceritakan masalah mu, tapi ingat jangan sampai kau berakhir mengiris tangan mu di kamar dan meraung raung menangis tak jelas." Zea berdecih meledek ucapan veno.
"Kau pikir aku gadis lemah yang selalu menangis karna tak di belikan boneka? " Veno menaikan bahunya acuh.
"Bisa saja bukan? Tidak ada yang tau endingnya" Zea mengeram marah, bukan dia yang akan berakhir mengiris tanganya tapi si manusia idiot itu, yang akan merasakan perihnya lebih dari irisan silet di lengan.
. . .
Tbc
KAMU SEDANG MEMBACA
IDIOT HUSBAND √
Фэнтези"dasar idiot" "maaf" ! Just fantasi ! Hate plagiat ! Vote!!!!