Aku menggeleng histeris dengan kepala mendongak ke langit langit, rasanya rambut ku mau copot saja saat telapak tangan kasar nya menarik mahkota itu begitu kencang. "L-lepas, El!" Teriakku lantang.
"Lo udah gak mau nurut sama gue? Iya?!" Bentak nya, aku menggeleng. Bukan, bukan itu alasannya.
"Gue udah bilang berapa kali sih sama lo Cinta? Berhenti deket deket sama cowok cowok itu, lo mau jadi perek? Lo itu punya gue, jangan jadi murahan!"
"Gue gak murahan bangsat! Berhenti kayak gini, lepas! Sakit!" Teriakku yang sudah kepalang pusing karena jambakan erat itu.
Adriel melepas jambakan nya dan meludah ke samping, cowok itu terkekeh sedangkan aku memegang kepala ku dengan kedua tangan. Kekehan itu terhenti, dan tak di sangka sangka, wajah Adriel berubah menjadi lebih mengerikan.
Bugh!
Dinding putih itu terdapat bercak darah seketika, "Lo udah mulai membangkang, Cinta. Dan gue gak bisa main halus."
