17 (Pacar Elga)

2 2 2
                                    

Ketika sampai diruang makan, seluruh pasangan mata langsung tertuju pada vino yang berdiri disebelah Elga. Diana dan Malik tampak tersenyum senang, melihat Vino yang sudah tiba setelah mereka tunggu-tunggu dari tadi. Vino langsung mendekati sang mamah berniat untuk menyalaminya, tapi Diana justru memeluk tubuh Vino dengan erat untuk melepas rasa rindunya. Perasaan nyaman dan bahagia seperti mengalir ditubuh vino, dia juga sangat merindukan sang ibu, wanita yang melahirkan dan membesarkannya hingga vino dewasa. Dibalik rasa nyaman dan bahagianya saat dipeluk Diana, perasaan tegang Juga merasuki vino karena dia takut jika tiba-tiba phobia-nya menjadi kambuh.

Ingatkan Vino kalau dia sudah memakai pelindung diri, jadi tidak perlu terlalu khawatir.

Diana melepas pelukannya setelah merasa cukup tanpa berucap sepatah kata pun. Vino merasa lega, dan langsung beralih memeluk papahnya di leher dengan sedikit membungkuk, karena pria itu sedang duduk di kursi dan sepertinya enggan untuk berdiri. Sambil memeluk putra semata wayangnya, Malik menepuk-nepuk pelan punggung Vino dengan perasaan bahagia. Dan vino ikut mengelus lembut punggung papahnya.

"Anak papah ini makin gagah saja." Puji Malik bangga ke Vino setelah melepaskan pelukannya.

Vino sedikit tersenyum merespon ucapan sang papah, lalu duduk dikursi meja makan disebelah seorang pria yang tidak dia kenal. Pria yang berada disebelahnya ini terlihat sopan namun asing bagi Vino, mungkin mobil mewah yang dia lihat di teras depan tadi milik pria ini. Vino yakin pria ini bukan teman papah ataupun mamahnya, dia terlihat masih muda, berkisar 25 atau 26 tahun.

Apa jangan-jangan pacar kak Elga."batin Vino.

Diana dan Elga duduk bersebelahan, Elga berhadapan dengan pria asing itu, dan Diana berhadapan dengan Vino putranya, hanya meja makan yang menjadi pembatas mereka. Sedangkan Malik duduk disisi tengah, ibarat posisi duduk seorang bos yang sedang memimpin rapat.

"Buka dong masker kamu Vino kita kan mau makan, tangan kamu juga itu ngapain harus pake sarung tangan kaya naik motor aja." komplain Diana.

"Tau ih kamu makin aneh aja sekarang, takut banget kulitnya di sentuh." Sambung Elga.

"Sudahlah kalian ini biarkan saja dia melakukan apapun yang dia suka, yang penting hari ini keluarga kita sudah lengkap."potong Malik

Vino sedikit merasa tenang karena papahnya membela, Tapi dia memang harus membuka maskernya. lagian apa yang harus di takutkan, semua yang berada di situ adalah keluarganya, tidak ada gadis alay ataupun ibu-ibu aneh kecuali pria asing itu. Vino membuka masker yang menutupi sebagian wajahnya, memperlihatkan wajah mulusnya tanpa jerawat sedikitpun, ditambah ada kumis tipis di bawah hidungnya yang menambah kesan manis.

"Nah gitu lah cakep banget kok anak mamah ngapain harus pake masker segala, kasian wajah gantengnya gak dipamerin." Ucap Diana sambil terkekeh karena melihat Vino tersipu, Mungkin dia malu. Entahlah.

"Pasti ganteng lah, papanya saja dulu direbutkan banyak wanita, sampai bingung harus pilih yang mana." Bercanda Malik tak mau kalah.

"Dari banyaknya wanita yang deketin papah, akhirnya pemenangnya adalah mamah yeeey." Celetuk Elga berseru

"Iya dong, mamah kamu itu paling beda dari kebanyakan cewek yang dekati papa dulu, makanya papah tertarik."

"Bedanya apa pah? Kepo Elga.

"Mamah kamu ini misterius, gak gampang ditebak dan sulit juga deketinnya dulu, makanya papah berusaha sampai akhirnya dia jadi jatuh cinta sama papah." Cerita Malik sambil melirik Diana yang sekarang tersipu malu.

"Aaaa... So sweet banget sih, terus papah ngatain cinta ke mamah gimana, pake bunga atau coklat." Lanjut Elga yang langsung mendapatkan tatapan aneh dari Diana.

ABNORMALTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang