alone

290 27 0
                                    

. . .

Pagi ini Zea sudah rapi dengan seragam sekolahnya, ia melangkah menuruni tangga sembari menggendong tas ranselnya, ia pergi menuju dapur dan memasakan nasi goreng dan juga sosis untuk NamJoon makan. Usai memasak ia buru buru keluar takut telat karna yang mengawas sekarang adalah pak choi guru bk yang garangnya melebihi bison yang sedang mengamuk.

"Zea..... " NamJoon dengan air liurnya yang sedikit keluar dari mulut berjalan menyambut Zea dari tempat bermainnya  sembari tersenyum hangat menyambut pagi ini.

"Hm? " Dehem Zea sembari mengenakan sepatunya di sofa, NamJoon berjalan lucu menghampiri Zea lalu ikut duduk di sebelah Zea dengan memperhatikan dandanan Zea dari atas sampai bawah.

"Zea mau ke mana? " Zea menoleh saat ikatan tali sepatu nya selesai.

"Jauh jauh dari ku nanti liur bau mulut itu menetes di sepatuku!" Zea mendorong dada NamJoon cukup kuat membuat NamJoon tersentak dari duduknya.

" Dengar, aku akan pergi ke sekolah untuk belajar. Dan kau.... Kau harus menjadi anak penurut mulai dari sekarang mengerti? " NamJoon yang mendengar itu pelanga pelongo dan mengedipkan bulu matanya lucu.

"Srot, Apa itu sekolah? " NamJoon menyedot kembali ingusnya yang hampir menetes sedangkan Zea mengidik geli dan melotot lalu menepuk jidatnya sendiri. Susah berbicara dengan NamJoon yang setengah bocah ini,  ah tidak dia memang bocah ingusan.

"Itu tidak penting, intinya selama aku tidak di rumah kau harus tetap di sini dan jangan berulah!, jika kau melanggarnya habis kau di tangan ku!" Zea berucap sembari memberi gestur ingin meninju NamJoon, Takut takut NamJoon mengangguk mengiyakan.

Zea hendak pergi menuju pintu namun di halangi oleh NamJoon yang merentangkan tanganya lebar, Zea menghela nafasnya sambil menarik tas nya yang melorot dari bahu.

"Apa lagi NamJoon? Aku sudah telat" NamJoon mendekat dan memeluk Zea.

"Ibu dan ayah selalu memeluk ku sebelum mereka pergi bekerja, kau akan bekerja bukan?, nanti kalau Zea dapat uang belikan NamJoon koya warna hijau ya? Atau tanaman bonsai juga boleh apa aja deh NamJoon suka kalau itu dari Zea" Pelukan itu erat dan hangat Zea terdiam sebentar sebelum akhirnya ia menghela nafas lelahnya lagi, memang NamJoon ini selalu membuatnya lelah.

"Hm. Karna itu kau harus jadi anak baik, paham? " NamJoon kembali mengangguk dan mengacungkan jempolnya tanda bahwa ia paham.

"Ck sudahlah aku bisa telat ini, aku akan pulang tepat jam tiga sore. Dan soal makanan aku sudah menyiapkannya di meja makan" Saat pintu apartemen tertutup selalu membuat NamJoon merasa kesepian dan sedih jujur dia merindukan kedua orang tuanya. Rindu pelukan sang ibu di pagi hari dan dongeng sebelum tidur dari ayah.

. . .

Pip

Zea berbalik usai mengunci pintu apartemen berniat pergi menuju parkiran namun sial ia malah di sambut dengan se sosok hwangsa di hadapanya yang sedang membawa sebuah kotak makan.

"Hai Zea, kau mau kemana? " Zea Merotasi kan matanya malas.

"Apa kau tidak lihat aku memakai seragam sekolah? " Ucap Zea jengah .

"Ah iya. Lalu namu? " Zea mengerutkan dahinya.

"Apa apaan dia ini" Batin Zea.

"Di rumah" Wajah hwangsa langsung berubah panik.

"Sendirian? " Zea hanya berdehem.

"Kau tega sekali"

"Lalu aku harus apa? Menggendongnya ke sekolah?! " Ucap Zea dengan berkacak pinggang.

"Apa dia tidak satu sekolah denganmu? " Zea terkekeh sarkastik.

"Sekolah? Bahkan NamJoon saja tak tau fungsi dari sekolah itu apa" Batin Zea.

"Dia itu seharusnya sekarang bekerja dan meneruskan bisnis ayahnya, oh apa mungkin kau lupa kalau dia itu idiot? " Hwangsa menutup mulutnya terkejut mendengar penuturan lancang anak SMA.

"Hey, kau tak boleh berbicara begitu, bagaimanapun namu itu sepupu mu. " Zea memalingkan wajahnya dan memberi gestur mengibaskan tangan, seolah ia tak peduli dengan nasehat hwangsa.

"Terserah apa katamu dan aku tidak butuh siraman rohanimu di pagi ini, lama lama aku bisa terlambat kalau terus adu mulut denganmu" Belum juga Zea melangkah tanganya di cekat oleh hwangsa.

"Kau mengunci nya di dalam? "

"Apa urusanya denganmu, mau aku kunci ataupun tidak itu bukan urusanmu" Hwangsa berpindah dari tempatnya ke hadapan Zea.

"Bersikaplah dewasa Zea, kalau terjadi sesuatu pada namu bagaimana?! " Zea menatap tajam hwangsa, kesabarannya sungguh di uji.

Tak...

" Kau berisik! Ambil itu, periksa saja dia sesukamu aku tak peduli. Tapi ingat! Jangan sampai orang aneh itu kabur dari apartemen. Kalau sampai aku pulang sekolah dan mendapati NamJoon tidak ada di apartemen, maka aku tidak akan segan segan melaporkan mu ke polisi" Usai melempar card dan memberi peringatan pada hwangsa Zea melangkah lebar menuju kendaraan nya.

Hwangsa menghela nafas dan menggeleng samar menghadapi remaja labil seperti Zea, ia hanya bisa mengelus dada lalu membuka pintu apartemen NamJoon.

. . .

Brum....

Suara mesin kendaraan besar Zea memasuki halaman sekolah, banyak siswa yang menghindar memberi jalan. Siapa yang tidak tau ketua geng pembully di sekolah ternama itu. Gadis yang di gadang gadang titisan huluk itu.

Selain bakat Zea yang jago berkelahi, ia juga gadis tinggi yang selalu masuk dalam seleksi basket. Zea sangat tidak suka sesiapa pun mengusik hidupnya atau bahkan merendahkan hargadirinya.

Selama ini ia selalu di takuti tapi bagaimana nanti? Saat semua tau bahwa ia sudah menikah dan memiliki suami idiot macam NamJoon? Apa tidak runtuh harga dirinya? Mau di taruh di mana mukanya!.

"Woiiii ketua kita sudah datang. Bagimana harimu ketua? " Ucap Veno dengan tepukan pelan di bahu Zea.

"Berisik! " Veno membulatkan bibirnya dan tersenyum miring setelahnya.

"Kau sensi sekali, apa karna perjodohan itu,boleh lah aku tau siapa calonmu itu" Zea menatap Veno tajam lalu menarik kerahnya kuat.

"Jaga ucapanmu ven! Jangan sampai aku mendengar ucapan itu dari orang lain! Kau akan tau akibatnya jika kau bermain main denganku Ven! " Vina melerai keduanya, ia menatap tajam Veno untuk tidak ember.

Zea melepas cengramanya dengan kasar.

"Sial mereka sudah tau tentang perjodohan ini" Batin Zea.

"Sudah ayo kita ke kelas"

. . .

Tbc

IDIOT HUSBAND √Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang