Aku menemukan diriku dalam mimpiku yang melihat aku sedang terbangun dari mimpiku untuk mencapai impianku dalam mimpiku.
。☆✼★━━━━━━━━━━━━★✼☆。
Aku lahir ke dunia dua kali: pertama, sebagai seorang anak perempuan dari keluarga sederhana; dan sekali lagi, sebagai bayi perempuan kembali.
Jika beberapa orang menanyakan mengapa aku bertutur kata seperti itu? Tentu saja, karena hal non-realistis yang sedang ku alami saat ini sungguh membuatku berputar otak.
Terkadang prasangka buruk mulai memasuki pikiranku. Mengapa aku mengalami kejadian seperti ini? Apa kesalahanku? Ataukah ada maksud lain dari hal yang ku alami? Pastinya, jawaban dari itu semua tidak ada yang mengetahuinya.
Siapa pun.
Tolong aku,
aku berada di tempat ini lagi. Tempat asing yang kukunjungi, adegan demi adegan terasa sangat nyata di tempat ini. Setiap adegan yang ku jalani dan kulalui terasa benar-benar terjadi.
Pertama kali aku terbangun di tempat ini, aku terkejut saat melihat wujud fisikku yang berubah. Ya menjadi seorang bayi yang memiliki jiwa seorang remaja itu tidaklah mudah. Tetapi, di tempat ini sangat berbanding terbalik dengan kehidupan nyataku. Jika nyatanya aku adalah seorang gadis remaja malang yang penuh penderitaan dan kesedihan, maka di tempat ini, aku adalah seorang anak perempuan beruntung yang dikelilingi oleh kasih sayang dan perhatian.
"Anak kesayangan ibu sudah bangun, hmm?" tanya seorang wanita baru saja masuk ke dalam kamar yang sedang ku tempati.
Ia berpakaian rapi dan sopan, ia membawa segelas air putih di tangannya. Wanita itu duduk di sebelahku, di sisi ranjang yang kosong, saat setelah meletakkan segelas air putih yang ia bawa di atas meja nakas di kamar ini.
Ia mendekat ke arahku, mengelus pucuk kepalaku, membelai rambutku. Aku yang mendapat perlakuan seperti itu hanya dapat memandangnya dengan tatapan bahagia.
"Cuci wajahmu, selepas itu ... Turun ke bawah, ibu sudah menyiapkan sarapan. Tapi sebelum itu, minum segelas air putih dulu agar pencernaan ... lancar." ucapnya.
Dia meraih segelas air itu dan memberikannya padaku. Aku menerima gelas itu dan langsung meminumnya.
Setelah itu, ia pergi, keluar dari kamar.
Kuputuskan untuk menyusulnya. Namun sebelum itu, aku beranjak ke kamar mandi untuk mencuci wajahku, dan mengambil handuk khusus wajah untuk mengeringkannya.
Aku melihat ke arah cermin sambil mengamati wajahku. Terpampang jelas wajah anak perempuan berumur 7 tahun.
Sebenarnya, aku agak ragu menerima perhatian dan rasa sayang dari keluarga ini. Namun, mau tidak mau harus kuterima. Aku butuh penjelasan.
Selesai memandang diriku di depan cermin yang berada di kamar mandi, aku berjalan ke arah pintu. Kupandangi ke seluruh penjuru, dan hanya kemewahan yang ku dapat. Kelihatannya rumah ini bergaya ke jepang-an. Rumah yang hanya dapat kulihat di dalam manga yang pernah ku baca. Rumah minimalis nan elegan yang bernuansa hangat namun sejuk.
Awalnya aku sempat termagu, terpana akibat kemewahan disajikan rumah ini. Meskipun sudah sering melihat kemewahan ini, tetap saja aku tidak terbiasa. Hingga kulangkahkan kakiku, sampai aku menemukan sebuah tangga yang mengarah ke lantai bawah.
Kulangkahkan kakiku, menuruni satu persatu anak tangga. Samar-samar dapat ku dengar seorang wanita dan pria yang sedang mengobrol, dengan nada hangat.
" ... sudah bangun?" ucap seorang pria yang menanyakanku.
"Sudah, aku juga sudah mengingatkannya segera ke bawah untuk sarapan." jawab seorang wanita yang membangunkanku tadi.
Sebab dirundung akan rasa senang, aku melangkahkan kakiku menuju ke arah mereka. Kulihat mereka merasa senang akan kehadiranku. Mereka memandangku dengan pandangan bahagia dan senyuman manis.
"Pagi sayang." ujar keduanya sambil tersenyum melihatku.
"Pagi." ucapku tak kalah manis saat membalas sapaan mereka.
Kemudian, aku menduduki salah satu kursi di depan pasangan itu. Ya, mereka adalah ibu dan ayahku yang kuyakini di tempat ini.
"Ibu dan ayah, sudah mengurus perpindahan sekolahmu sayang. Jangan terlalu sedih, ibu yakin kau akan menemukan teman baru di sini. Tapi sebelum itu, ibu ingin mengingatkanmu, tolong diteliti lebih lanjut orang yang akan menjadi temanmu ya." ucap ibuku panjang kali lebar.
Aku hanya tersenyum manis dan menjawab, "Iya bu."
"Baik, sekarang makan makananmu, ayah akan mengantarkan ... ke sekolah barumu."
Perasaan mengganjal langsung berpalung ke hatiku. Entah mengapa dan kenapa, saat seseorang memanggil namaku di tempat ini, suaranya sangat tidak jelas untuk didengar.
"Ingat, harus ramah lemparkan senyuman saat berkenalan diri nantinya, Haru."
Sekejap aku tersentak, untuk pertama kalinya namaku disebutkan dengan sangat jelas terdengar oleh telingaku.
Aku benar-benar dilanda kebingungan. Saat merasakan hal aneh kemudian melihat wujudku yang berubah menjadi seorang bayi mungil dan kini tumbuh menjadi anak perempuan menggemaskan. Jika memang aku berada di tubuh orang lain, sudah pasti aku tidak dapat melihat beberapa keping ingatanku di kehidupan lama. Lalu apa yang menimpaku saat ini? Apakah ini hanya halusinasi atau mimpi? Kurasa ini hanyalah halusinasiku. Bolehkah kunikmati? Bolehkah aku tinggal disini?
Mengingat betapa berbedanya perlakuan mereka berdua di sini dengan orang-orang di duniaku sebelum ini, membuatku tak ingin untuk kembali. Halusinasi dan mimpi ini terasa nyata dan begitu indah. Bolehkah ini menjadi nyata?
Sejenak aku merasa asing dan nyaman dalam waktu yang bersamaan.
-
Aku duduk termenung di jok belakang mobil, sambil memandangi langit yang begitu cerah dengan warna birunya yang indah dari arah kaca jendela mobil.
Aku masih berusaha memproses semua kejadian yang terjadi akan diriku. Aku berusaha untuk bangun dari kehidupan yang kuanggap hanyalah mimpi ini. Tapi tak bisa, aku tetap terjebak di sini, di tempat ini.
Kudengar pintu jendela mobil yang terketuk, membuatku segera membuka pintu mobil. Kudapati seorang pria yang kuyakini adalah ayahku, sedang berdiri dengan senyuman lebarnya dengan setelan kemeja yang rapi dan membawa tas kerjanya.
Ia adalah salah satu alasan selain ibuku yang membuatku tak percaya akan ini semua. Karena aku selalu menginginkan seorang ayah yang baik. Dia adalah seorang ayah yang begitu sempurna. Tampangnya seperti karakter-karakter komik atau manga yang biasa kubaca -- teramat sangat tampan.
"Tidak ingin turun? Atau perlu ayah angkut Haru agar lekas turun dari mobil?" ucapnya sambil tersenyum kecil.
"Tidak usah, ayah. Aku bukan anak kecil lagi, jadi tidak perlu mengangkutku seperti kantung beras."
"Hahahaha, maafkan ayah sayang. Ayo, ayah masih banyak pekerjaan, mumpung sekalian di waktu ini ayah dapat berbincang kecil dengan wali kelasmu."
"Iya, yah."
Ya, ayahku di tempat ini, adalah orang yang super sibuk namun dapat membagikan sedikit waktu untuk putri kecilnya. Tidak seperti bajingan itu. Beliau adalah seorang donatur di beberapa tempat sekolah yang bahkan aku tidak dapat mengingatnya sedikitpun. Walau hanya sebentar, aku merasa beruntung bisa merasakan kasih sayang dan mendapatkan peran menjadi seorang putri dari keluarga yang cukup mewah.
***
19 Maret 2022Hello, now u can see me hahahah:>
Ada keluhan cerita? Keluarkan saja unek-unek kalian hehe. Di chapter kali ini sudah mendapatkan clue kecil tidak? Kuharap si tidak ya hahaha😂
So see u on next chapter byebye~
KAMU SEDANG MEMBACA
Dreams
FantasySaat pertama kali aku merasakan peristiwa aneh adalah di ulang tahunku yang ke tiga belas, tepat setelah aku mulai memimpikan sosok anak kecil. Lalu, selang beberapa waktu ke depan, satu tahun telah berlalu, mimpi tersebut kerap sekali menghantuiku...