love?

267 25 0
                                    

. . .

Hari hari berlalu dan selama seminggu penuh NamJoon di urus oleh hwangsa, dan selama seminggu itu juga Zea tidak mau berbicara pada NamJoon. Ia hanya akan memasak menyajikan lalu pergi peninggalan NamJoon makan sendiri di meja makan.

Lalu setiap paginya Zea akan pergi ke sekolah tanpa sepengetahuan NamJoon, ia juga sudah menyerahkan card apartemen mereka pada hwangsa ia sungguh tak peduli. Zea juga mulai pulang larut, dan terkadang ia tak pulang dan alhasil hwangsa menginap menemani NamJoon.

NamJoon juga mersa aneh, ia merindukan sosok Zea walau ia sering di marah tapi itu tak masalah bagi NamJoon yang terpenting Zea yang ia tau kini sudah sah menjadi istri nya itu tak kunjung mengajaknya berbicara.

Bahkan Zea tampak lebih dingin dari hari pertama mereka bertemu, NamJoon selalunya menangis setiap malam. Setiap kali ia mengingat perkataan menyakitkan yang Zea ucapkan.

"Namu" Sapa hwangsa membawa bekal seperti biasa untuk NamJoon di pagi hari, dan Zea pun sudah menghilang seperti biasa.

"Hai" NamJoon melambaikan tangan dengan lesu, semakin hari suasana rumah begitu sunyi tapi untungnya hwangsa tetangganya itu mau memberi sedikit warna dan perhatian pada NamJoon.

Walau tidak ada yang tau hwangsa sudah terpikat oleh karisma NamJoon saat pandangan pertama. Dan hwangsa sudah berjanji akan menjaga NamJoon, karna yang ia tau kini NamJoon hanya memiliki nya di sini. Dan gadis labil itu sangat membenci NamJoon.

Hwangsa juga setiap harinya semakin lengket dengan NamJoon, ia juga mencoba memberi pengertian pada NamJoon bahwa mungkin Zea sibuk.

"Ini aku bawakan kue beras, apa kau suka kue beras? " NamJoon mengangguk semangat, hwangsa membuka kotak bekalnya dan menyuapi satu kue kepada NamJoon.

Hati hwangsa sudah di penuhi oleh wajah NamJoon sekarang, ia akan melakukan apapun demi NamJoon bahagia. Walaupun harus merebutnya dari Zea, toh juga gadis itu tak menyukai kehadiran NamJoon bukan?.

"Enak? " NamJoon mengangguk lalu kembali membuka mulut untuk di suapi lagi.

"Em.... Namu" Ucap hwangsa ragu

"Ya? " Hwangsa memberi minum ke pada NamJoon dan kembali menatap NamJoon.

"Jika aku mengatakan aku menyukaimu bagaimana? " NamJoon mengedip beberapa kali, ia masih mencerna apa yang di katakan hwangsa.

"Ya. Aku juga menyukaimu, kau temanku. Jadi tidak ada alasan aku tak menyukaimu" Hwangsa menghela nafas kecewa nya, bukan suka sebagai teman!.

"Namu" Hwangsa mengenggam tangan NamJoon sembari mengelus nya.

"Aku menyukaimu lebih dari teman, aku memiliki hati untukmu. Aku jatuh cinta sejak pandangan pertama namu" Ini kali pertama untuk NamJoon, sebelumnya ia hanya akan mendengar bahawa orang menyayangi nya bukan mencintainya.

"Cinta? "

"Ya aku mencintaimu NamJoon" NamJoon diam sembari menunduk dan menggigit bibir bawahnya.

"Apa kau mau mencintai ku juga? " NamJoon mendongak.

"Tapi Zea... " Hwangsa berdecak kesal.

"Aku yang selama ini berada di sisimu, menemanimu bahkan bermain denganmu. Apa kau tak memiliki secuil perasaan untukku? " Perkataan Hwangsa terkesan menekankan bahwa dirinyalah yang selalu ada untuk NamJoon, NamJoon kembali diam, apa yang harus ia lakukan? Ini rumit untuk NamJoon.

"Mmmm" NamJoon mengangguk ragu saat ia rasa perkataan hwangsa benar juga, Zea tak menyukainya atau bahkan mencintai nya jadi untuk apa ia terus berharap pada Zea, NamJoon tak sebodoh itu untuk tak tau maksud dari kata CINTA.

Ia sempat mencintai Zea, tapi sayang cintanya sepertinya di tolak mentah mentah.

Hwangsa tersenyum lebar lalu memeluk NamJoon, ia merasa sangat bahagia namun tidak juga dengan NamJoon. NamJoon merasa ada yang kosong di hatinya.

. . .

Cklek

NamJoon dan hwangsa menoleh ke arah pintu yang baru di tutup ternyata Zea sudah pulang, tumben tumbennya Zea pulang tepat waktu. Biasanya Zea pulang larut sekali saat NamJoon sudah masuk ke alam mimpi.

Zea menatap keduanya sekilas lalu pergi ke kamar setelahnya, ia benar benar tak mau berbicara. Zea tampak dingin dan cuek NamJoon yang niatnya mau menyapa tapi ia urungkan karna melihat wajah Zea yang begitu datar.

Zea mendengar semuanya, ya. Ia mendengar pengungkapan itu dan ia juga mendengar saat NamJoon menerima hwangsa, sebenarnya sekarang sekolah di pulangkan cepat karna ada rapat guru di sekolah.

Dan hari ini rencananya Zea ingin sedikit menghilangkan egonya untuk mau berbicara pada NamJoon. Tapi apa yang ia dapat? Hatinya perih ia juga tidak tau mengapa ia begitu kecewa. Tak terasa air matanya jatuh tanpa di minta saat menaiki tangga di tambah ia mendegar tawa bahagia dari kedua sejoli itu.

. . .

"Halo? "

"... "

"Sekarang? "

"... "

"Baik bu, hati hati di jalan".

Zea menutup panggilan telepon lalu menghela nafas lelahnya,ia dengan segera turun ke lantai satu dan mendapati NamJoon yang sedang bermain sendiri karna hwangsa ada urusan sebentar.

" Cepat bawa semua mainanmu ke kamar" NamJoon mendongak menatap Zea yang kembali mengajaknya berbicara.

NamJoon tersenyum lebar, akhirnya. Tuhan mengabulkan doanya.

"Baik" Ucapnya memberi hormat lalu memeluk semua bonekanya menuju lantai dua.

"Malam ini kau tidur denganku, karna ibu dan ayahmu akan berkunjung sampai larut. Mereka tidak akan pulang sebelum kau tidur" NamJoon tersipu malu, tidur? Dengan Zea? Wah....

"Jangan berpikir yang macam macam!" NamJoon terkejut dan mengangguk samar, namun ia tak bisa bohong kalau ia sangat senang.

Tingtong....

. . .

Tbc

IDIOT HUSBAND √Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang