Tidak ada rasa penyesalan yang bisa Yeni tangkap dari sikap dan nada bicara Hyunjin. Pun saat dirinya datang untuk melihat kakaknya itu. Kakak? Apa pantas orang sebejat Hyunjin disebut kakak? Sepertinya tidak. Tidak ada kata yang bisa menggambarkan bagaimana kekecewaan Yeni pada saudara kandungnya itu.
Yeni pikir, Hyunjin bisa belajar dari kesalahan masa lalunya. Dimana sang ayah membela puteranya itu habis-habisan sampai turun dari jabatannya sebagai salah satu anggota dewan. Nyatanya, Hyunjin sama sekali tidak berubah. Ia terus membuat masalah. Dan kali ini alasannya sungguh membuat Yeni tidak bisa memaafkannya.
"Karena gue?" Yeni menatap Hyunjin nyaris tak percaya.
Hyunjin tersenyum. Bibir kering nan pucatnya itu membuka, "ya, gue gak bisa biarin orang yang udah nyakitin lo ngejalani hidupnya dengan bahagia. Lo bego apa gimana sih, Yen? Lo bisa menerima semuanya tanpa ada rasa beban. Sementara mereka bisa tersenyum, ketawa dan lo nangis."
"TAPI KENAPA RIRI??! KENAPA RIRI YANG LO SAKITIN?!! RIRI TEMEN GUE!!! SAHABAT GUE SATU-SATUNYA!!! KENAPA???!!" Teriak Yeni kencang. Sudah tidak tahan lagi. Lalu dirinya terkulai di kursi. Tangisnya pecah dan Hyunjin hanya menatapnya sendu.
"Kenapa lo marah sama gue? Yang buat kesalahan itu mereka."
"Hwang Hyunjin," panggil Yeni sarkas. "Bisa-bisanya lo bilang begitu SETELAH APA YANG LO LAKUIN SAMA RIRI!!!"
"Dia udah ngerebut Jaemin dari lo. Dan Jaemin udah nyakitin lo. Gak ada yang lebih pantes ngebales mereka, kecuali buat mereka menderita."
Yeni mengusap air matanya kasar. "Terus apa? Lo mau gue berterima kasih sama lo setelah mereka menderita? Iya?! ITU YANG LO MAU?!"
"Ya, karena gue lakuin semua ini demi lo," ujar Hyunjin santai.
"Gak, ini bukan demi gue! Tapi demi lo sendiri! Gue gak pernah minta lo buat lakuin hal ini. Gue udah ikhlas. Gue rela Jaemin dengan siapapun asal dia bahagia. Lagian, kenapa gue harus maksain sesuatu yang nyatanya bukan buat gue. Lo seharusnya sadar, apa yang lo lakuin, cuma buat lo menderita."
"Gue gak menyesal. Gue gak pernah menyesal sama apa yang udah gue lakuin," kata Hyunjin dengan senyum separuhnya.
Yeni mengepalkan tangannya kuat. "Go to hell, Hwang Hyunjin."
*
Riri membuka kelopak matanya perlahan dan hal pertama yang ia lihat adalah langit-langit putih dengan lampu yang menyilaukan mata. Ruangan asing dengan bau cairan anestesi yang menyengat. Riri melirik pergelangan tangannya yang kaku. Infus. Dahinya berkerut samar. Ah ya, Riri ingat.
Hyunjin. . .
Lalu apa yang dilakukan bajingan itu padanya.
Air mata Riri meleleh. Menyesali akan kebodohannya yang telah sia-sia mencintai orang yang salah. Bagaimana ia mengacuhkan larangan Haechan juga papi. Memutuskan pertunangannya dengan Jaemin dan membuat Bu Yoona bersedih.Semua karena kebodohannya.
Papi yang sedari tadi menunggu Riri sadar, segera mendongakan kepala begitu indera pendengarnya menangkap isakan yang berasal dari puterinya itu. Tergopoh, papi menghampiri ranjang Riri.
"Sayang," lirih papi melihat kini puteri semata wayangnya telah siuman. Papi rengkuh hati-hati tubuh penuh luka Riri. Mendekapnya hangat.
"Anak papi kuat kok. Anak papi kuat," gumam papi berulang kali.
Tangis Riri kembali pecah. Ia genggam kuat lengan jas papi. "Hiks, maafin, Riri. Hiks, papi. Papi maafin Riri. Hiks."
"Iya, sayang. Iya. Papi maafin kamu. Hm? Udah jangan nangis lagi ya," papi melepas pelukannya. Dengan telaten, papi mengusap buliran air mata yang terus jatuh di wajah mungil penuh lebam itu. Riri masih terisak.
KAMU SEDANG MEMBACA
Jaemin | 7 Rings [COMPLETED]
Fanfiction[PG+16] | Completed "Gimana jadinya kalo dua makhluk yang selalu terlibat percekcokan sengit tiba-tiba di jodohin?" Present : Jaemin x Riri (OC) With Hyunjin and others :: Bahasa semi baku :: Chapter sudah lengkap :: Don't be silent readers