Chapter 12

310 46 1
                                    

Setelah melewati 45 menit yang terasa seperti 45 tahun bagi (y/n), akhirnya ia bisa terbebas dari ruang kelas yang kini terlihat seperti berlipat-lipat lebih menyiksa dari ruang tahanan.

Angka-angka yang dikerjakan pada kertas ulangan masih saja terbayang-bayang. Tenaganya terkuras habis hanya untuk mengisi lima soal yang beranak-pinak.

Sama seperti pelajar santai pada umumnya. (Y/n) teringat akan prinsipnya yaitu 'datang, kerjakan, lupakan.' dengan semangat menggebu-gebu ia menerapkan prinsip tadi.

Sampai di luar kelas rupanya ada Tsukishima. Pemuda itu berdiri tak jauh bersama Yamaguchi dan dua temannya yang lain. Tsukishima yang menyadari kehadiran (y/n) pun menoleh. Keduanya saling tatap beberapa detik.

Perasaan lelah sehabis melewati ulangan matematika pun seketika menguap. (Y/n) memasang senyum terbaiknya sementara Tsukishima hanya menatap datar seperti biasa.

Pemuda itu kembali fokus dengan teman-temannya. Dari arah pandang (y/n) Tsukishima terlihat sedang menggarami mereka. Cukup lama sampai kedua orang itu pergi dengan bahu yang merosot dan menunduk lesu.

(Y/n) yang sejak memperhatikan merasa tidak tega. Tatapan (y/n) tak lepas sampai Tsukishima datang mengejutkan.

"Memperhatikan laki-laki lain, huh?"

"Mereka kenapa? Habis kau marahin ya?!"

(Y/n) mendelik. Melepaskan tangan Tsukishima yang tadi berada di bahunya. Pemuda itu langsung menghela napas.

"Mereka minta agar di ajarin untuk ujian semester nanti. Kalau nilai mereka banyak yang tidak tuntas, terpaksa harus mengikuti kelas tambahan."

(Y/n) tiba-tiba merasa merinding saat mendengar kelas tambahan.

"Kalau sampai itu terjadi, mereka tidak akan bisa mengikuti latihan bersama di Tokyo."

"Kasihan sekali. Entah kenapa aku juga merasakan bagaimana rasanya saat kau menolak ku yang minta di ajarin semalam," sindir (y/n) dengan mata menyipit.

"Aku tidak menolak mereka. Aku hanya mau mengajari mereka di jam eskul. Bukan di jam santai seperti ini."

"Oh! Jadi hanya aku yang di tolak." (Y/n) menggembungkan pipi. Melipat tangan di depan dada dan menatap Tsukishima dengan kesal.

Alhasil bukannya tersinggung. Tsukishima malah merasa gemas sendiri. Jika saja ini bukan di sekolah, pasti pipi (y/n) akan jadi sasaran empuk untuknya.

"Jadi kau marah?" tanya Tsukishima. Berjalan lebih dulu di susul (y/n) di belakang.

"Aku tidak marah. Tapi kau benar-benar pilih kasih sama aku!"

"Pilih kasih apanya? Aku tidak begitu."

"Kau tetap menyisihkan waktu untuk mengajari mereka, sedangkan aku di tolak mentah-mentah!"

"Itu karena mengajari mu lebih sulit dari pada mengajari mereka."

"Tau dari mana mengajari ku lebih sulit? Di coba aja belum pernah!"

"Aku tau," balas Tsukishima santai. Kakinya berhenti tepat di depan vending machine, Tsukishima mengeluarkan sebuah koin dari dalam saku.

(Y/n) mulai berdecak.

"Jelasin coba kenapa lebih sulit mengajariku dari pada mengajari dua teman mu itu!"

"Nih," Tsukishima menyodorkan sekaleng minuman dingin untuk (y/n).

Walaupun masih kesal, gadis itu tetap menerimanya.

"Arigato," ucap (y/n). Pemuda hanya mengangguk.

Tsukishima mengajaknya duduk disebuah kursi di dekat situ.

𝐏𝐫𝐢𝐜𝐞𝐥𝐞𝐬𝐬 // [ᴛꜱᴜᴋɪꜱʜɪᴍᴀ ᴋᴇɪ x ʀᴇᴀᴅᴇʀ] ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang