"Maaf. Aku tidak bermaksud untuk membuat sedih. Kau boleh pergi ke gymnasium sesuka hati mu."
"Ku rasa tidak perlu lagi, Kei. Aku mau langsung pulang saja setelah eskul."
"Kau masih marah pada ku?"
(Y/n) menggeleng. Bibirnya membentuk seutas garis tipis.
"Mana mungkin aku marah padamu. Aku hanya ingin cepat pulang saja."
"Maaf,"
Tsukishima merengkuh tubuh (y/n). Pemuda itu merasa bersalah. Setelah seminggu merenungi kesalahan, dan (y/n) yang memberi jarak, membuat pemuda itu uring-uringan.
Selama seminggu itu mereka tidak saling tegur. (Y/n) selalu menghindar, bahkan gadis itu tidak ada saat Tsukishima menghampiri ke kelasnya.
"Kei?" panggil gadis itu saat Tsukishima tak kunjung melepas pelukannya.
Beruntung koridor sedang sepi. Jadi tidak ada yang melihat kejadian itu.
Kecuali,
"(Y/n)?" panggil seseorang yang baru saja naik atas tangga. Sepertinya cukup terkejut saat melihat dua sejoli itu mesra-mesraan.
Gadis itu melepaskan diri dari Tsukishima. (Y/n) dan Tsukishima sama-sama menoleh ke arah sumber suara.
"Fujita-san?"
"Sebentar lagi klub akan memulai rapat. Pastikan kau tidak terlambat karena sensei akan datang untuk mengevaluasi. Yang lain sudah berkumpul di sana."
"Ha'i, Fujita-san."
Pemimpin klub sastra itu sempat bertatapan cukup lama dengan Tsukishima, sebelum akhirnya berlalu di sana. Tatapan yang sama-sama dingin dan tak bisa dijelaskan.
"Maaf, Kei. Sepertinya aku harus segera pergi."
"Hm,"
"Semangat latihannya, Kei! Aku yakin sekarang kau pasti semakin hebat."
"Ini hanya kegiatan ekskul, (y/n)."
"Iya-iya. Tapi kau tetap suka voli, 'kan?"
"Aku lebih suka kau."
"Huh? Jangan berbicara yang aneh-aneh."
(Y/n) menutup wajahnya dengan punggung tangan. Pipinya bersemu merah.
Tsukishima menepuk-nepuk puncak kepala gadis yang kini semakin salah tingkah.
"(Y/n) jangan dekat-dekat pemuda lain."
"Baik, Kei. Aku paham. Kau juga jangan coba-coba untuk melirik gadis lain." (Y/n) bersungut-sungut. Pemuda itu tersenyum dan mengangguk. Sangat langka. (Y/n) di buat mengerjab beberapa kali.
"Pergilah. Nanti kau semakin terlambat," ucap Tsukishima, dan (y/n) melenggang pergi dengan rela dan tak rela.
Tsukishima tak mengalihkan pandangannya sedikit pun dari gadis itu sampai (y/n) menghilang di belokan koridor.
Ada yang tak beres di klub sastra. Atau lebih tepatnya ketua klub sastra saja. Tatapan mata dari senpai di klub (y/n) itu mampu Tsukishima pahami.
Pemuda itu lebih berbahaya dari Kuroo. Jika dibiarkan maka suatu saat (y/n) akan lepas dari genggaman dan berpaling darinya karena laki-laki tadi.
Apa yang harus dilakukannya agar laki-laki tadi berhenti menyukai (y/n)?
Otak cerdas Tsukishima bahkan tak mampu menemukan solusi. Dilihat dari segi apapun laki-laki itu tak kalah tampan, penampilannya pun menggambarkan orang yang tenang dan cerdas. Dan mungkin saja lebih gentle ketimbang dirinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐏𝐫𝐢𝐜𝐞𝐥𝐞𝐬𝐬 // [ᴛꜱᴜᴋɪꜱʜɪᴍᴀ ᴋᴇɪ x ʀᴇᴀᴅᴇʀ] END
Teen Fiction[ Anime story ke 4 ] Berawal dari pertemuan tak sengaja antara Tsukishima Kei, seorang middle blocker di klub voli Karasuno, dengan seorang gadis biasa bermarga Shinohara. Entah mengapa pertemuan awal keduanya tak bisa di katakan baik-baik saja. Kei...