Anak tidak pernah ingin di lahirkan,tidak ada anak yang berhutang kepada orangtua,yang seharusnya bertanggung jawab adalah orangtua.Seperti Jendra,dia sungguh tidak mau di lahirkan hidupnya berantakan kehidupannya selalu hitam tidak pernah ada tempat untuknya bersandar
"Apa ya tujuan hidupku?"monolog nya,pria itu berjalan ke belakang sekolah untuk bersedih,mengadu kepada sang pencipta
Istirahat dia selalu ke sini,tak setiap hari juga karna terkadang Naya mengekorinya untuk ikut tapi mumpung hari ini gadis itu tak sekolah tanpa keterangan jadi Jendra bisa dengan bebas untuk bersedih
Matanya menyipit kala menemukan sosok yang tak asing
"Juan kamu ngerokok?!"
Sedangkan si tersangka yang terciduk panik dan menyembunyikan langsung rokoknya
"Lo jangan bilang ayah ya"mohon Juan
"Kamu harusnya sadar Juan ginjal kamu itu rusak!gimana kalau sakit kamu kambuh terus ibu khawatir?!"
"Iya udah jangan ceramah.Lagian gue cuma coba-coba doang sekali ini aja, kata temen-temen gue enak"
"Bisa aja kamu keterusan.Sekarang buang!"
"Lah kok Lo ngatur?"Juan tak terima
"Jendra,Juan kalian sedang apa?"
Mampus.
Juan langsung membuang rokoknya
Keduanya gugup
"Lagi bicarain masalah keluarga Bu"kata Jendra beruaha tak gugup
Bu Maya mengangguk "kenapa di sini,kan ada tempat yang labih enak di kelas,di kantin,atau di ruang guru sekalian"
"Kan privasi Bu,kami gak mau kedengaran orang-orang"Juan nyeletuk
"Eh itu puntung rokok siapa?!"tunjuk Bu Maya pada puntung rokok masih sedikit berasap,berada di dekat sepatu Jendra dan Juan
Jendra menunduk bingung, sedangkan Juan melirik kakanya
"Siapa yang berani merokok di area sekolah!itu melanggar sekali"
"Ngaku kalian!Saya tahu itu masih baru"
"S-saya Bu"
Juan menatap Jendra kaget "kenapa Jendra lakuin itu"rutuk Juan dalam hati
"Kamu seharusnya mengajari adik kamu yang benar Jendra! perbuatan kamu itu buruk merokok di area sekolah sangat melanggar"
"Ikut Saya Jendra,saya panggilkan ayah kamu!".
Bu Maya berjalan duluan, sedangkan keduanya masih di tempat
Juan menarik tangan Jendra yang hendak melangkah "jangan"
"Kamu tenang aja".
Aruna mendekap Juan yang ketakutan melihat kejadian di depan matanya
Jendra yang sedang merintih
Setelah Regan dan Aruna di panggil ke sekolah karna masalah Jendra merokok,Regan murka dan sepulangnya Jendra dari sekolah anak itu langsung di hajar habis-habisan
Jendra meringkuk kesakitan, memeluk tubuh telanjangnya yang terdapat banyak luka dan memar
Regan memang menyuruh Jendra untuk membuka baju seragamnya,pria yang lebih tua itu ingin puas memukuli Jendra
Jendra di pukul dengan sapu rotan,tanpa ampun
"Berani sekali kamu mempermalukan saya!"
Buaghh
Plak
Pletak
"Ayah,maaf.."
"Siapa ayahmu!saya bukan ayah mu bodoh!"
Jendra masih meringis dengan air mata kesakitan
Seluruh tubuhnya sakit, untuk sedikit bergerak pun sangat sakit
"Kamu seharusnya sadar kamu siapa!dasar anak tidak tahu diri!"
"Tidak sadar diri,membebani sekali!"
"Karna kamu citra saya rusak!saya diam sama kamu bukan berarti kamu harus melakukan hal kurang ajar!"
Satu pukulan mendarat lagi di badannya,keras sekali
"Kamu haus kasih sayang?karna saya hanya memperhatikan Juan! seharusnya kamu sadar kamu siapa"
"Awhh.. ampun sakit,maaf" Jendra makin merintih ketika Regan mencambuk nya menggunakan sabuk
"Tidak tahu diri! lebih bagus kamu mati agar tidak membebani,atau cari saja ayah kandung mu sana!"
Hidungnya keluar darah, mulutnya juga tiba-tiba mengeluarkan muntah darah segar
Regan sungguh menyiksanya
"Juan jika kamu melakukan hal yang sama ayah juga gak segan-segan melakukan ini ke kamu!ingat itu!" Katanya masih dengan nafas memburu
Aruna begitupun Juan menutup mata ketiak melihat Regan menendang Jendra --anak itu sedikit terpental jauh dari darahnya dan jarak yang tadi
"Jangan ada yang menolongnya!"perintah tegas Regan lalu pergi dengan tangan masih terkepal
"Itu akibat tidak tahu diri!anak bodoh"ujar Aruna naik ke tangga Juan pun menyusul
Tapi ia menghentikan langkahnya sebentar,jujur dia merasa bersalah di sisi lain dia takut juga
"Tenang saja,tidak apa-apa"
Juan membaca gumaman dari mulut Jendra yang berdarah itu,sebelum akhirnya anak itu terpejam
KAMU SEDANG MEMBACA
𝑫𝒂𝒌𝒔𝒂 𝒖𝒏𝒕𝒖𝒌 𝒊𝒃𝒖
Teen Fiction𝘚𝘦𝘬𝘢𝘭𝘪-𝘬𝘢𝘭𝘪 𝘑𝘦𝘯𝘥𝘳𝘢 𝘫𝘶𝘨𝘢 𝘪𝘯𝘨𝘪𝘯 𝘮𝘦𝘳𝘢𝘴𝘢𝘬𝘢𝘯 𝘱𝘦𝘭𝘶𝘬𝘢𝘯 𝘵𝘶𝘭𝘶𝘴 𝘪𝘣𝘶,𝘫𝘪𝘬𝘢 𝘪𝘣𝘶 𝘮𝘢𝘶 𝘥𝘪𝘢 𝘣𝘪𝘴𝘢 𝘣𝘦𝘳𝘵𝘶𝘬𝘢𝘳 𝘥𝘦𝘯𝘨𝘢𝘯 𝘳𝘢𝘨𝘢 𝘩𝘢𝘯𝘺𝘢 𝘶𝘯𝘵𝘶𝘬 𝘴𝘢𝘵𝘶 𝘬𝘢𝘭𝘪 𝘱𝘦𝘭𝘶𝘬𝘢𝘯--Anak tid...