Sebuah Riset

66 8 3
                                    

Apakah kau pernah mendengar tentang hanahaki?

Yukina mengernyit bingung. Dia malah jadi kepikiran setelah menulis paragraf yang menyinggung pada penyakit aneh barusan.

Memangnya.. hanahaki sendiri itu apa? Penyakit bunga? Penyakit yang menyerang orang yang terluka karena cinta lalu perlahan menggerogoti tubuhnya?

Kebanyakan orang tidak mempercayai penyakit itu, bahkan tak sedikit yang menganggapnya hanyalah mitos belaka. Tidak mungkin ada bunga yang tumbuh di paru-paru seorang manusia. Macam-macam jenis pula.

Begitupun dengan Yukina. Jangankan percaya, mendengar namanya saja tidak pernah. Namun saat ini, rasanya dia seperti dipaksa untuk percaya pada hal yang dianggap mitos oleh banyak orang.

Ketika dirinya melakukan riset tentang kisah ratu Kerajaan Lucifenia, Chartette yang merupakan salah satu saksi pemberontakan kala itu memberikan sebuah fakta mengejutkan.

Allen, pelayan sang ratu, diam-diam menderita hanahaki. Chartette sering memergokinya memuntahkan sesuatu di dekat kandang kuda. Ketika ditanya apa yang dia muntahkan, Allen justru mengelak.

Hingga Chartette diam-diam bersembunyi di balik tumpukan jerami, dan melihat dengan jelas apa yang dimuntahkan Allen.

Bukan. Bukan makanan semi tak layak yang sekali-dua kali dimakannya. Pencernaannya cukup kebal untuk mencerna makanan nyaris basi itu.

Yang diam-diam dimuntahkan Allen adalah bunga. Bunga dandelion.

Dan hingga akhir hayatnya, Allen tak pernah menceritakan tentang ini kepada siapapun.

"Dandelion memiliki arti penderitaan, namun juga menyembunyikan ketegaran." Gumam Yukina membaca paragraf tentang floriografi dandelion.

"Aku jadi bingung akan memasukkannya ke dalam buku atau tidak. Pasalnya, Allen saja tidak pernah cerita, bagaimana mungkin aku mengumbar rahasianya begitu saja?" Yukina mengetuk-ngetuk dahinya dengan pena.

"Kemungkinan terburuknya juga, kak Germaine tidak akan pernah melupakan rasa sakitnya akibat kehilangan semua anggota keluarganya."

Sepersekian detik memikirkan, namun masih tak mendapat titik terang. Alhasil Yukina menggaruk kepalanya, rambutnya jadi berantakan.

Kebanyakan penulis melakukannya kan? Mengacak-acak rambut, mengusap wajah gusar, atau bergerak gelisah. Pokoknya selama tulisannya belum selesai dan belum membuatnya puas, jangan heran dengan kelakuan ambigu mereka.

"Ah sudahlah. Jalan satu-satunya cuma menyimpan rahasia itu sendiri! Tidak usah kutulis, biar aku dan kak Chartette aja yang tau."

.
.
.

Fin☆゚.*・。゚

Sebuah RisetTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang