23. Kembali Ke Setting-an Awal

1K 179 6
                                    

Samar, aku masih bisa mendengar suara Rakha yang terasa semakin dekat. Apa dia bilang, 'i love you'? Aku tak bisa mendengarnya dengan jelas. Sampai akhirnya aku menutup mata dan semua terasa gelap, lagi. Selanjutnya, aku tak tahu apa yang terjadi.

***

Aku terbangun di ruangan asing, semua serba putih. Di mana ini? Jelas ini bukan kamar Rakha, tapi lebih mirip kamar perawatan Rasya. Aku melihat sekitar, benar saja ada selang infus yang menancap di tangan kananku. Kapan aku disuntik?

Kulihat ke sisi kiri ada Rakha yang tidur di sofabed, sama persis yang di kamar Rasya. Sepertinya ini sudah malam, sejak kapan aku di sini? sudah lama kah? Aduh, aku butuh ke toilet.

Perlahan aku bangkit dan duduk. "Aw!" Kenapa kepalaku kliyengan? Lemah banget aku sekarang. Aku paksaan diri untuk bangun dan turun dari ranjang. Tapi, baru akan menurunkan kaki, seseorang mencegahku.

"Sayang, kamu mau ngapain?"

Apa dia bilang? 'sayang'? Aku menoleh ke kanan dan ke kiri, tidak ada siapa-siapa selain aku dan Rakha.

"Kamu mau ke toilet?" Pertanyaan Rakha membuatku kembali fokus.

Aku hanya bisa mengangguk.

"Sini biar aku gendong."

Aku shocked! Rakha langsung membopongku ala bridal style. Satu tangannya sudah berhasil mengambil infusan.

"Eh, lepas Rakha, kamu mau ngapain? Lepas, Kha! aku bisa sendiri!"

Percuma aku berontak, Rakha sama sekali tak mau melepaskanku. Tapi aku benar-benar takut, kejadian mengerikan itu akan terulang lagi.

"Toloong!" Ya, satu-satunya cara adalah berteriak meminta tolong.

Rakha malah tertawa dan terus menggendongku sampai ke toilet. Sial, teriakanku tak berguna.

"Turunin!" pintaku sambil berteriak.

"Iya, sabar, Sayang. Pelan-pelan ngapa? Nggak usah teriak-teriak? Aku juga nggak budeg."

Akhirnya Rakha menurunkanku dan menaruh infusan di kapstok.

"Mau aku bantuin buka?"

"Nggak usah!"

Aku melotot, Rakha malah tersenyum.

"Bumil kalau lagi galak ngegemesin juga."

Apa-apaan ini! Rakha malah mencubit pipiku. Segera aku menepisnya.

"Pergi!" Aku mengusirnya.

"Kenapa aku harus pergi?"

Astaga, Rakha benar-benar menyebalkan!

"Aku mau pipis, Rakha, pergi!"

Aku dorong Rakha, dia malah kelihatan senang. Orang gila!

Fiuh, akhirnya aku bisa membuang hajatku setelah Rakha pergi dan menutup pintu.

Aku sendiri heran, kenapa aku jadi mendadak lemah begini. Dikit-dikit pingsan, dikit-dikit mual.

Aku jadi teringat sesuatu. Kuraba perutku yang masih rata. Hatiku menghangat, mataku memanas.

Jadi, aku benar-benar hamil anak Rakha?  Entahlah aku harus bahagia atau sedih. Maafkan calon mamamu ini ya, Nak, udah berniat jahat sama kamu.

"Nia, udah belum? Kamu nggak apa-apa?"

Segera kuusap air mata dan bersiap membuka pintu.

"Kamu nggak apa-apa?"

Rakha menyambutku dengan wajah yang entahlah, apa dia benar-benar khawatir? Aku masih ragu.

RAINBOW CAKE ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang