Hidup memang tak pernah tertebak bagaimana ia akan berakhir. Terkadang kita hanya menjalani tanpa tau arah dan tujuan. Namun, tak sedikit juga yang menyadari untuk apa ia hidup. Di dalam perjalanan hidupku, aku menemui jalan yang terjal dan mendaki, menurun dan tandus, atau penuh dengan bunga. Tak jarang juga aku bertemu dengan orang yang berperan penting dalam hidupku, dan aku menjumpainya...
Pertama, ia adalah sahabatku.
Aku mempunyai sahabat. Sebenarnya, aku yang mengklaim dirinya sebagai sahabat. Aku punya banyak teman saat itu. Namun, hanya teman bermain. Tapi tidak dengannya, kami menghabiskan waktu bersama lebih lama, kami sering sekali berbagi cerita, menyemangati satu sama lain, memberi solusi dalam setiap masalah yang kami hadapi, dan terkadang kami menentukan goals bersama.
Dia begitu berarti buatku. Dirinya bagai malaikat. Ia telah menyelamatkanku dari palung yang begitu dalam dan gelap. Aku selamat karna dirinya. Aku sangat berterimakasih dan merasa sangat beruntung. Karna sahabatku itu, aku dapat memahami apa arti dari sebuah hubungan. Yang bahkan, tak kudapati dalam keluargaku sekalipun. Aku menyayangi sahabatku dengan begitu sangat.
Sahabatku itu unik. Unik karna lantunan cengkok saat ia mengaji begitu khas. Monoton, tapi dia cukup percaya diri. Karna itu lah aku berani mengajaknya untuk berkenalan duluan, sekalian bertanya-tanya bagaimana ia bisa percaya diri dengan lantunan monotonnya itu.
Sahabatku itu juga perhatian dan pendengar yang baik. Selalu bertanya bagaimana hariku berjalan, dan menyimak semua ceritaku. Tak hanya itu, sahabatku juga lucu. Sering menyanyikan lagu yang liriknya sudah diplesetin ala-ala anak SD sekedar meramaikan suasana untuk menghibur.
Dia juga sering melempar pertanyaan random. Saat itu ketika sedang duduk dengannya di lapangan volly, dia memberiku sebuah pertanyaan.
"Seandainya ada dukun yang bisa menebak kapan kamu akan meninggal, dan dukun itu bilang kamu akan meninggal pukul 12 siang pada hari senin atau selasa minggu depan, dengan catatan kamu tidak akan menduganya. Kira-kira, kamu meninggalnya hari apa?" Tanya sahabatku dengan songong.
"Hmmmmm." Mikir keras. Ini jawabannya apa dah? Kataku dalam hati. Setelah beberapa menit. Aku menemukan jawabannya.
"Hari senin lah." Jawabku dengan percaya diri.
"Alasannya apa dirimu jawab hari senin?" Sahabatku kembali bertanya.
"Gini gini, kata kuncinya kan kamu tidak bisa menduganya. Nah, kalau aku ga meninggal di hari senin berarti aku bakal menduga aku bakal mati hari selasa. Nah, karna aku sudah menduga akan meninggal di hari selasa, artinya hari selasa di eliminasi. Jadi, aku meninggal di hari senin dong." Kali ini aku menjawabnya dengan penuh kemenangan.
"Wah, boleh juga jawabanmu." Katanya sambil tersenyum tipis.
"Tapi, kalau dirimu yakin bakal meninggal di hari senin. Berarti hari senin juga berada dalam dugaanmu dong, yang artinya hari senin juga bisa di duga." Lanjut kalimatnya. Senyumnya yang tipis berubah menjadi seringai yang mengejek. Lah, iya juga pikirku.
Tapi yah, namanya juga pertanyaan paradox. Hanya membuat kami berdebat panjang dan berakhir dengan tertawa panjang tanpa menemukan jawabannya. Mbulet doang.
Tak sampai situ saja, aku dan sahabatku juga sering menentukan goals bersama. Mencicipi minuman yang sedang viral, mengunjungi tempat impian, mengoleksi seluruh album one direction, dan yang terakhir adalah masuk ke sekolah SMPN favorit bersama-sama!
"Yuuuhuuuuu, aku lulus. Kamu gimana? Tanya ku dengan antusias kepada sahabatku.
"Aku juga lulus nih! Akhirnya kita masuk di sekolah impian kita." Jawabnya dengan senang.