Rasa tak nyaman terasa di pangkal paha Karin tepatnya di inti tubuhnya, perih, nyilu lengket dan sedikit basah. Kepala yang pening dan wajah terasa panas dan ketat sisa air mata yang mengering melengkapi rasa perih di hatinya akibat pelecehan yang di terimanya dari seorang yang selama ini dia kagumi, seorang yang berwibawa, sosok pria karismatik, meski terkesan dingin, pria lajang sukses yang berusia tiga puluh tiga tahun itu, yang sekaligus bosnya ternyata tak ubah pria bejat yang merenggut kesuciannya.

Karin menatap nanar sang bos yang tertidur di sofa dengan  rambut acak-acakan hem warna hitamnya yang beberapa kancinnya sudah terbuka, dan paling Karin benci melihat celana bahan kain sang bos yang sudah melorot beserta celana boxernya sampai ke petis, aroma alkohol menyeruak membuat Karin ingin muntah.

Karin berusaha berdiri, dan terasa ada cairan hangat mengalir di pahanya, kaki karin kembali lemas, Karin bukan anak kecil yang tak tau cairan apa yang mengalir di sela pahanya, ya itu cairan sperma yang entah berapa kali di semprotkan sang bos ke dalam rahim Karin.

Wajah terluka Karin terpampang jelas kala menyentuh cairan itu bercampur  darah keprawanannya.

Karin membetulkan pakaiannya, hemnya yang terangkat ke atas sampai dada, bra yang sudah lepas kaitnya, celana dalam yang sudah tak berbentuk, rok plisket panjangnya nya sudah naik sampai ke perut, jilbab pasmina berwarna soft pinknya sudah berhamburan di lantai.

Tertatih Karin berjalan ke kamar mandi, dia semakin terisak menatap dirinya di cermin, rambut Karin yang ikal beberapa helai menempel di wajahnya, terlihat kusut dan lepek karena keringat dan air mata.

Karin teringat kejadian laknat yang menimpanya.

"Karin tolong semua materi untuk sidang besok kamu siapkan  Karin bekerja.

Karin gadis berusia 21th  seorang sekretaris di sebuah Firma hukum yang sangat terkenal, banyak kasus dimenangkan di meja hijau oleh atasan Karin.

Citra baik di Firma tersebut karena sering menolong TKI yang bermasalah di luar negri tanpa memungut biaya, membuat nama Firma itu melambung tinggi.

Sang bos yang seorang pengacara muda yang modern yang menjadikan alkohol sebagai hal yang prestisius di dalam kalangannya.

Karin seorang sekretaris yang sangat mengagumi bosnya, yang begitu peduli dengan semua pekerjanya. Karin sudah bekerja di sana sejak lulus kuliah. Gadis sebatang kara tinggal di panti asuhan, dia bisa kuliah karena sang bos yang bernama Sander itu lah yang memberi beasiswa untuknya, dan Sander adalah donatur tetap di panti tersebut, bisa dibilang Sander adalah ayah angkat Karin.

Kembali ke meja kerja Karin yang penuh dengan map dan alunan musik dari suara mesin printer.

"Rin, aku duluan nya, tugasku udah kelar, kamu gak papa kan ku tinggal??". Fina teman kerja Karin, ternyata lebih dulu menyelesaikan tugasnya di banding Karin, yah... Tugas Fina cuman ngurusin sertifikat tanah, berbeda dengan karin yang sering lompat Job ketika yang lain gak beres akhirnya sang sekretaris mengerjakan job orang lain sesuai permintaan big bos .

"Iya gak papa Fan, lagian ini ada yang perlu ku revisi, mungkin entar aku pulang jam sembilan lagi deh!". Wajah lesu Karin terlihat jelas.

"Sabar ya Bestie... Entar di kasih bonus sama pak Bos hehehehe, udah ya aku cabut dulu udah di tungguin sopir" Fani berlalu dan tertawa.

"Alah sok sokkan kamu... Sopir juga sopir ojol pesanan mu!" Teriak Karin sambil mengamati gaya jalan sahabat nya yang seperti model kecentilan.

Terdengar suara langkah sepatu high heels yang mendekat ke arah Karin, dan Karin yang sedang sibuk pun menatap wajah cantik seorang wanita yang yang berdiri dengan anggun di depannya, sang kekasih bos, wanita dengan rambut lurus se leher memakai hot pan berwarna hijau botol dan baju model sabrina  dari bahan rajut berwarna nude  sangat cantik seperti boneka Barbie.

"Bu Celine, selamat malam ada yang bisa saya bantu??". Tanya karin ramah pada wanita yang dia ketahui kekasih sang bos.

"Sander ada di dalam??" Tanya doa dengan suara seksinya.

"Sebentar saya telpon dulu" saat Karin akan memegang gagang telpon di mejanya Celine dengan tidak sopan nya berjalan dan masuk kedalam ruangan sang bos.

Karin geleng kepala sambil kembali melanjutkan pekerjaannya. Sudah hampir empat puluh lima menit Celine belum keluar dari ruangan Sander.

Blammmp

Terdengar suara pintu yang di banting keras, Celine keluar dengan wajah marahnya, dan Sander mengikuti di belakang, Karin mengira akan mengejar Celine namun ternyata sang Bos yang bernama Sander tadi mendekati meja Karin.

"Jangan pernah kamu biarkan wanita sundal itu masuk ke ruangan saya!!! Kalau Sampai terjadi lagi kamu akan aku pecat!" Karin sempat kaget, kerja bertahun-tahun baru kali ini dia di bentak oleh sang bos.

Karin segera menyelesaikan tugasnya agar bisa segera pulang, dia cukup takut dengan amukan sang bos tadi, dan setelah empat puluh menit  dia menyelesaikan tugasnya, dan bersiap pulang, namun sebelum bersiap pulang dia harus menyerahkan semua berkas nya tadi ke ruangan sang bos.

Karin mengetuk ruangan sang bos, namun tidak ada jawaban, Karin menjadi khawatir dengan sang Bos yang tidak memberi jawaban.

Perlahan Karin membuka pintu berwarna dark brown, ternyata Sander duduk di sofa dengan wajah merahnya, dia nampak gelisah dasi nya sudah terlepas, beberapa kancing baju atasnya juga sudah lepas, dia terlihat kepanasan.

"Pak .... Pak Sander??? " Karin perlahan mendekati Sander.

Sander berdiri dengan sedikit sempoyongan.
"Pannaassshh.... Tolong aku.... Aagghhh!!!". Sander nampak frustasi meraup kasar wajahnya, kemudian tanpa aba-aba menarik tubuh Karin dengan kasar.

"Maaf aku sudah tidak kuaaatt.... Aaahgghhh...." Sander menarik tengkuk Karin yang berbalut Jilbab pasmina, mencium kasar bibir Karin, ciuman pertamanya di rebut paksa oleh sang bos.

Sander melucuti jilbab yang di kenakan Karin.

"Pak Sander... Ini tidak benar pak, tolong lepaskan saya pak..." Karin  berulangkali  berusaha melawan mendorong tubuh Sander yang memeluk Karin, bibir basah Sander sudah gerilya sampai keleher.

Sander dengan kasar menjatuhkan tubuh mungil Karin ke sofa kemudian menindihnya, meski dalam pengaruh alkohol Sander tetap mampu menguasai tubuh Karin, dan hubungan yang seharusnya tak terjadi itupun terjadi.




Bersambung

Rahasia KarinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang