Mark merasa sangat bersyukur karena hari pertama sekolah bisa dilewati tanpa ada tragedi apapun. Mark ternyata hanya perlu bersabar menghadapi Haechan yang memang terkadang bertingkah aneh. Seperti saat ini, mereka seharusnya langsung pulang tanpa mampir kemanapun, tapi namanya Haechan dia memiliki ide untuk membelikan kopi starbuck mahal untuk para polisi yang ada di divisi kriminal berat di Kepolisian Pusat. Mark terpaksa ikut saja, lumayan juga ia mendapat minuman mahal yang jarang dibelinya.
"Terima kasih Haechan...." kata Namjoon yang mengambil satu minuman dan segera menyerutupnya, "Enak."
"Ini juga ada kue kering dan cake," kata Haechan.
"Setelah makannya selesai segera pulang," kata Hyunbin yang masuk kedalam ruangan dan langsung pergi ke rak untuk mengambil sebuah map.
Haechan mengambilkan satu cup kopi dan menyodorkan pada Hyunbin, "Untukmu ahjumma. Jangan bekerja terlalu keras."
Hyunbin tersenyum lebar, ia menerima kopi dari Haechan, "Aku harus mempersiapkan kemungkinan jika pihak Changmin mengajukan banding setelah keputusan."
"Apakah dia akan menerima hukuman yang pantas?" tanya Haechan.
"Seharusnya minimal dia akan mendapat hukuman seumur hidup. Bukti - bukti yang ada tidak terbantahkan dan kita sudah membuktikan jika memang tidak ada tindak pemalsuan bukti sama sekali," kata Hyunbin, "Tapi tetap saja aku harus mempersiapkan untuk kemungkinan terburuk. Karena itulah aku akan berdiskusi dengan Seokjin malam ini. Ayo Namjoon..."
"Ne nunna..." Namjoon bangkit berdiri namun masih menyempatkan diri mencomot kue kering.
Mark menatap kearah Haechan yang berdiri kaku menatap kearah pintu yang baru saja dilalui oleh Hyunbin dan Namjoon.
Mark menyelesaikan menyalin pr dari buku Haechan. Meski hanya penyamaran tetapi tetap saja dia harus mempersiapkan segalanya dengan benar. Mark menatap kearah Haechan yang terlihat melamun sembari menyandar di balkon kamar. Semenjak pulang dari kantor polisi, Haechan lebih banyak diam. Mark bangkit berdiri dan mendekat pada Haechan. Ia berdiri disamping Haechan tanpa berkata apapun.
Haechan menolehkan kepala dan tersenyum lebar kearah Mark.
"Kau kepikiran apa?" tanya Mark.
"Jika pengadilan sampai memutuskan keputusan yang tidak adil atau tidak memuaskan bagaimana hyung?" Haechan balik bertanya, "Aku takut akan hal itu. Pasti akan sangat mengecewakan banyak pihak."
"Jangan terlalu dipikirkan, yang terpenting kau sudah melakukan yang terbaik. Dengan kau kembali kesini saja itu sudah sangat membahayakan dirimu," kata Mark.
"Dan juga membahayakan kalian," sahut Haechan, "Aku khawatir dan juga takut kalian akan terluka ketika melindungiku."
"Sudah aku bilang berkali - kali kan kalau itu memang sudah tugas kami," kata Mark, "Sudah... cuci tangan, cuci kaki, lalu pergi tidur. Jangan bukan jendela ketika malam hari. Pastikan semua terkunci."
Haechan menatap kearah Mark dengan mata berbinar, "Temani tidur..."
"Tidak!!" teriak Mark panik.
"Hyung......." Haechan mulai merengek menyebalkan.
Mark memilih untuk melangkah pergi dari hadapan Haechan, tetapi memang menyebalkan anak laki - laki bernama lengkap Lee Haechan ini, malah mengikuti Mark dan terus merengek.
Haechan, Mark dan Sanha duduk dengan tegang didepan sebuah laptop yang tengah menampilkan siaran langsung mengenai keputusan hukuman untuk kasus 'Pembunuhan Kepala'.
KAMU SEDANG MEMBACA
Takdir?
FanfictionLee Haechan, seorang anak laki - laki berusia 16 tahun memberanikan diri dengan menjual dirinya sendiri di sebuah situs prostitusi untuk mendapatkan uang jajan tambahan. Mark Lee, seorang polisi muda berusia 24 tahun yang baru lulus dari akademi ke...