never be brave

10 0 0
                                    

"Aku sudah gila"

Gumamnya dalam hati.
Pada sabtu tengah malam itu, hati dan pikiran saling menusuk. Hatinya tak dapat menahan perasaan itu lagi. Ingin sekali dia ungkapkan meskipun itu telah berlalu selama 4 tahun. Pikirannya berkata untuk segera mengakhiri perasaan gila itu. Pikirannya berkata untuk berhenti melakukan hal bodoh itu lagi.

Sudah ku lihat layar handphone ku selama 20 menit. Memikirkan apa yang harus kukatakan padanya, bahkan kita belum pernah sama sekali berbicara selama 2 tahun. Nomor Whatsapp nya yg tak pernah ku simpan pun terasa begitu jelas bahwa ku ingin menekan calling dan berbicara padanya. Sungguh aku tak tahu bagaimana suaranya ditelfon.

tuttt... tutt..... tutt.......
(Ravin ringing....)

Tak kuat menahan ini lagi, akhirnya dengan sedikit keberanian dan hal gila. Ku tekan tombol calling.

*Kresek-kresek (suara diangkat telfonnya)

"Halo?" - revan

Deg! Tak kusangka dia menjawab panggilan itu.
Aku yang sudah tak karuan, gemetar, bingung, canggung dan lelah, dengan nada rendah ku jawab.

"Hai."

-------- hening 10 detik. Aku terdiam selama 10 detik. Merasa ternyata perasaanku selama ini benar-benar melelahkan.

"Halo?" Tanya revan

"Uhm, is that u revan? tanyaku.
aku memilih untuk berbicara dengan bahasa Inggris supaya tak terasa terlalu memalukan.

"iya, ini aku" - revan

"Sebelumnya mau tanya, could u mind to talk with me for 5 minutes? Just 5 minutes."

"Okey" - revan

"Uhm, okey. Are u alone in your position right know? - (aku bertanya menggunakan bahasa Inggris ku yg minim)
because that's too silly if someone else hear about this, is that okay?"

"Yes. sekarang lagi sendiri, kenapa? - revan

" Uhmm, i am so sorry to call u at midnight. But if i didn't tell u right know, mungkin ga bakal ada kesempatan lagi buat kasih tau ini"

"Iya, tentang apa?" - revan

"But.. If i call u like this, ada yg marah kah? Because, i didn't want to do anything with the other relationship"

"It's okay just say it." - revan

"Gua gak tau harus ngomong dari mana, tapi gua harusnya ngomong ini 3 tahun lalu.
Jujur..... gua 3 tahun lalu suka sama lo. Tapi gua gatau harus gimana. Tenang aja itu dulu ko. Lo ga usah khawatir sama perasaan gua ini.
Cuma gua ngerasa ada yang belum selesai"

---- hening

"Lo masi di sana kan? Cukup dengerin aja, waktu gua ga banyak" (Sambung ku)
"Gua yakin lu tau perasaan ini kan?
Gua cuma mau minta maaf, kalau misalnya selama ini perasaan gua ganggu elu.
Gua cuma penasaran kenapa lu selalu ngerasa ke ganggu dan gak nyaman kalau gua ada di sekitaran lu.
Se-mengganggu itu ya perasaan gua?
Hhhh... (Menghela nafas kecil) Sorry banget ya,
karna gua juga ga tau gimana caranya buat ilangin perasaan itu. Tapi tenang aja sekarang udh engga ko. Lo bisa santai aja, gua harap kalau ada reunian atau pertemuan selanjutnya lu bisa biasa aja sama gua. Nanti gua berusaha untuk ga di sekitaran lu kok. Santai aja.

Wah......
gakerasa gua banyak omong juga ya?
Maaf ya jadi ngebuang waktunya buat hal ga penting kaya gini. Tapi gua lega, karna gua udah kasih tau lu semuanya. Semoga next time kalau ada yg interest sama lu, lu bisa lebih care ya haha.

yaudah gua tutup ya bye!".

Tut. Telfon mati.

Tanpa ku sadari ternyata pipi ini sudah basah, dan air mata ini gak mau berenti. Gua ngerasa lega, tapi gua juga sedih. Tapi gua gabisa harus stuck terus di satu tempat.

Air mata gua gak bisa berenti, dan gua harus nangis tanpa bersuara karna ini udh malem dan keluarga gue udh tidur. Gua ga mau mereka denger gua nangis. Akhirnya gua nangis sampai gua ketiduran.

Besok pagi gua cek riwayat telfon wa, dan bener aja gua sadar. Ternyata semalem itu mimpi.
Mimpi yang sangat amat sakit, sampai gua keluar air mata sewaktu tidur.

Gua tau gua sampai kapanpun gapernah berani buat ngomong ini. Dasar cupu haha.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Mar 28, 2023 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

can i be brave? Where stories live. Discover now