Dubai indah. Bahkan kalo Shoto boleh jujur, secinta apapun dia dengan negara kelahirannya sendiri, Dubai emang kota yang bener-bener menyita perhatian. Menara dan gedung-gedung tinggi nampak berkilauan di hari yang mulai gelap.
Shoto sama Katsuki udah duduk di dalam sebuah taksi yang bakal bawa mereka ke Hotel tujuan. Berkali-kali Katsuki menghela napas, kesel. Kenapa? Karena lelaki paruh baya yang sekarang nyetir taksi ini maksa ngajak ngobrol, tapi pakai bahasa setempat. Sementara Shoto malah dengan santai menanggapi, pake bahasa Jepang.
"Alyaban madinat jamilat jidaa. Nazif, alnaas hunak muhadhibun yuqadirun alwaqt hqan."
"Hai'."
"Madha takul eadatan? 'Atadhakar eadatan alshaeb alyabanii yakul 'asmak albahr alnayyata. Ma aliasmi?"
"Hmm ... Naruhodo."
"Asmuh 'Naruhodo' ? 'Awh tayib asf laqad nusiat aliasmi."
"Sore wa hontoudesu."
Katsuki makin emosi. Si Bapak nekat pake bahasa Arab, sementara Shoto juga nekat pake bahasa Jepang. Sebenernya Katsuki bingung, ini dua-duanya emang nyambung atau malah ngga ngerti sama sekali?
Katsuki nyaris gila. Dia mau buka pintu taksi dan loncat keluar, tapi nanti ngga lucu kalo sekarat di negeri orang.
"Tod, lo emangnya paham dia ngomong apa?"
Bisik Katsuki karena jujur dia penasaran. Shoto yang daritadi terpukau ngeliatin pemandangan Dubai dari jendela, nengok ke Katsuki dengan muka triplek seperti biasa.
Dan Shoto pun balas berbisik. Jawaban yang keluar dari mulutnya bener-bener ngga di antisipasi oleh Katsuki.
"Ngga."
Cukup sudah!
Daripada stress dengerin Shoto ngobrol sama Supir taksi yang kelewat ramah itu, Katsuki lebih memilih pakai headset dan mulai memejamkan mata. Berharap lagu rock yang dia putar bisa mengantar ke alam mimpi.
***
Sekitar satu jam lamanya taksi yang ditumpangi Shoto sama Katsuki membelah jalan raya di malam hari, taksi berwarna kuning itupun berhenti tepat didepan sebuah hotel pencakar langit yang megah dan elegan. Shoto emang paling bisa diandalkan dalam hal beginian.
Setelah ngasih imbalan ke Supir Taksi yang ramah--meskipun bagi Katsuki ngeselin-- itu, Katsuki sama Shoto langsung nyeret koper dan tas mereka memasuki lobi Hotel. Shoto sibuk bercakap-cakap sama Resepsionis, sementara Katsuki berdiri disebelahnya, menunggu tanpa banyak ngomong karena hari ini badannya lelah sekali, teman-teman.
"Here's your key, Room 252. Have a nice day, Sir!"
"Yes, thank you."
Resepsionis cantik itu menunduk sopan. Wajah khas timur tengah yang manis tersenyum ke arah Shoto, dan cuma dibalas anggukan seadanya sama yang bersangkutan. Selesai dengan urusan kamar, Shoto memimpin jalan menuju lift. Diikuti Katsuki yang jalan gontai dibelakangnya.
"Tod, abis ini rencana kita ngapain?"
Shoto noleh sebentar, ngeliatin raut muka Katsuki yang bagaikan ngga punya semangat hidup. Setelah terbang seharian, perjalanan panjang naik taksi, dan mereka baru sampai di Hotel. Hari udah gelap, dan jujur tubuh Shoto juga remuk. Kalo nekat mau muterin Dubai malem-malem begini, kemungkinan besar mereka bakal tepar karena kecapekan.
KAMU SEDANG MEMBACA
VACATION [⏳]
Umorismo[BUKAN YAOI] Sakit hati karena dikatain pengangguran sama abang sendiri, membuat Todoroki Shoto berinisiatif pergi liburan ke tempat yang luar biasa indah. Dia ngga sendiri, karena Bakugo Katsuki ikut terseret. . . . Warning : Typo(s), Bahasa Campur...