9. (Senjata Makan Tuan)

716 59 4
                                    

---HAPPY READING---

Jam sudah menunjukkan pukul delapan malam. Sekar sedang memoles wajahnya dengan make up tipis. Tubuhnya terbalut dress berwarna hitam, rambutnya tadi sepulang sekolah dia cat berwarna agak kecokelatan. Gadis itu tersenyum puas setelah polesan terakhir, dia terlihat begitu dewasa dan cantik. Untuk urusan penampilan, tentu saja itu paksaan Sherly dan Rista. Membuat Sekar hanya bisa pasrah dengan tingkah mereka.

Malam ini Sekar akan berangkat naik taxi, sedangkan Rista dan Sherly berangkat nya barengan. Itu juga termasuk bagian rencana, karena itu adalah ide si Sherly.

Sekar menatap kembali pantulan dirinya di depan cermin. Wah, sangat memukau. Tidak sia-sia dirinya beberapa minggu belakangan ini belajar dunia perwanitaan. Sekar segera melangkah ke luar kamar, gadis itu berjalan mengendap-endap untuk memastikan kalau Satria sudah pergi duluan. Di rasa sudah aman, Sekar segera berlari ke cepat ke lantai bawah dengan high hells di genggaman nya.

Namun, saat hendak membuka pintu. Sosok Handika dan Dita muncul dihadapannya. Astaga, jantung Sekar seketika ingin muncrat keluar, kemarahan apa lagi yang akan dia dapat malam ini. Apalagi penampilan nya yang jauh dari kata polos.

Handika dan Dita pun sempat terkejut karena baru pertama kalinya Bella menggunakan pakaian seperti itu. Di hati mereka, ada rasa bangga ketika Bella mulai berusaha berubah. Mereka ingin memeluknya, ingin mendekap Bella dan mengucap beribu maaf atas kesalahan mereka selama ini, namun keduanya terlalu gengsi untuk mengatakan.

"Mau kemana kamu, Bella?" tanya Handika dingin membuat bulu kuduk Sekar langsung merinding.

"Mau ke pesta ulang tahun temen, Pa" cicit Sekar pelan.

"Bella, ada apa dengan dirimu? Kenapa kamu berubah seperti itu?" timpal Dita karena keingintahuan nya yang tinggi.

"Karena.... Karena aku.... Aku ingin.... Aku tidak ingin mempermalukan kalian dengan.... Keadaan ku" jawab Sekar pelan.

Hati Handika dan Dita seakan ditusuk oleh jeruji besi yang tajam. Mereka tidak menyangka kalau selama ini Bella sudah berusaha keras untuk memperbaiki reputasinya, hingga gadis itu benar-benar cantik dan sempurna, jangan lupakan juga dengan otaknya yang memiliki IQ diatas rata-rata.

"Bella.... Kami... Jangan seperti ini, jadilah diri kamu sendiri"

Sekar mengangkat kepalanya kala mendengar nada lembut dari keluar dari mulut Handika. Dalam hati, gadis itu tertawa remeh melihat perubahan kedua orang tua Bella. Sekarang, kalau Bella sudah berubah? Mereka mau menganggap Bella ada gitu? Tapi sayang, anak mereka sudah mati, dan sekarang adalah Sekar, orang lain.

"Bukannya papa sama mama selalu nuntut aku buat sempurna? Aku udah berusaha selama ini, seharusnya mama sama papa bangga dong sama perubahan aku" ucap Sekar tenang.

"Bella... Iya... Ka__"

"Aduh, Ma, Pa, Bella kayaknya telat, besok kita lanjutin lagi ya, Bye Mom, Dad" pamit nya lalu tanpa basa-basi langsung mencium pipi kedua orangtuanya.

Handika dan Dita yang mendapat ciuman dari Bella terkejut. Kedua orang itu bahkan masih diam berdiri di tempatnya, tidak sadar kalau Bella sudah pergi ke acaranya. Kedua orang itu merasa hatinya sedikit hangat dan sesak. Hangat karena Bella menciumnya, dan sesak karena selama ini perlakuan mereka pada Bella tidak pantas untuk di maafkan.

"Dosa apa yang selama ini aku lakukan pada putriku, Mas" lirih Dita terisak. Hati seorang ibu mana yang tidak tersentuh ketika anaknya masih menganggapnya?

"Aku bahkan lupa sayang, kapan aku mendapat ciuman itu terakhir kali" timpal Handika yang masih shock dengan nada penyesalan.

"Aku ibu yang buruk untuknya hiks.... Kenapa selama ini saat putriku tidak bisa apa-apa aku malah mengatainya dan bukan membantu nya berubah?" lanjut Dita, hatinya sesak melihat raut kesedihan terpancar di wajah Bella barusan.

NERD'S TRANSMIGRASITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang