first shoot.

18.3K 707 4
                                    

Seorang gadis melangkahkan kakinya menuju ke salah satu kamar VIP di salah satu rumah sakit swasta dengan nomor 545. Gadis itu tersenyum gembira memandang pintu berwarna putih sambil menarik tiang infus yang tersambung ke tangan kiri gadis itu dan membuka pintu itu perlahan.

"Rakaaaa," teriak gadis itu riang sambil melangkahkan kakinya menuju tempat tidur seorang lelaki yang sedang sibuk dengan PSP-nya.

"Iiih, Rakaa, kalo ada orang ngomong dijawab dong," gadis itu cemberut sambil ikut duduk di tempat tidur rumah sakit itu.

Orang yang dipanggil Raka itu hanya melirik sekilas ke arah gadis itu dan kembali sibuk dengan PSP-nya.

"Eh, Raka, bukannya hari ini Mama kamu nengokin ya? Kok nggak dateng-dateng sih? Tante Imelda ya, kalo nggak salah? Oh iya, Om Harly juga nengok kan. Duh, udah lama banget sejak terakhir ketemu sama Om Harly. Om Harly masih hebat catur nggak ya, Ka?" gadis itu terus berceloteh panjang lebar tanpa menghiraukan Raka yang sedang menahan kesal karena ia gagal menamatkan permainannya.

"Heh, Rika, lo itu kok bisa cerewet banget sih? Lo dikasih makan apa sama suster di sini kok bisa jadi cerewet banget sih?" sungut lelaki itu sebal sambil menaruh PSP-nya di nakas sebelah kiri bersama dengan makan siang yang belum ia makan.

Gadis itu memberengut sebal sambil mencebikan bibirnya kesal kepada Raka, tapi tiba-tiba ia tersenyum lebar.

"Eh, Raka, kamu nyadar nggak sih? Nama kita itu mirip, Raka-Rika. Ihh, itu artinya kita jodoh. Ya ampun, kok Rika baru sadar sekarang ya. Kata Mama Rika, kalo orang namanya mirip itu jodoh, apalagi mukanya. Eh, tapi muka kita mirip nggak sih, Ka?" cerocos gadis itu sambil meneliti wajah Raka dengan seksama.

Raka hanya menghembuskan nafasnya gusar.

---

Jangan lupa untuk vote dan comment, peninggalan jejak sangat dibutuhkan untuk mengapresiasi penulis.

Brigitta.

in the end {completed}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang