chapter 11

19.7K 931 6
                                        

HAPPY READING YEOROBUN 💞
-----------

Subuh ini Aza dan Ganeth berangkat ke mushola hanya berdua, Khanza, Zayin, dan juga Lala sedang haid.

"Nggak setia kawan banget, masa yang ngudhur(halangan) cuma mereka bertiga doang," gerutu Aza pada Ganeth yang terlihat masih mengantuk.

"Emang, harusnya tuh darah kotor kompromian dulu sama punya kita juga." Ganeth menanggapi ucapan Aza.

"Emang bisa kaya gitu."

"Kalo nggak bisa, mereka nggak bakal ngudhur barengan."

"Iya juga yah, berarti punya gue sama punya Lo selalu kompromian yah."

"Hahaha, iya kali."

Selepas sholat juga membaca wirid. Aza mengambil Al Qur'an untuk mengkaji surat Al-Waqiah.

"Za, gue pengen kentut," bisik Ganeth pelan pada Aza yang masih fokus pada bacaan Qur'an nya.

"Jangan di sini, nanti aja." Ujar Aza pelan sambil terus melanjutkan bacaannya.

"Tapi gue udah nggak ta-"

Duuuuut

"Lega." Lirih Ganeth seraya menghembuskan nafas panjang.

Instruksi suara kentut Ganeth membuat mereka berdua menjadi pusat perhatian. Bahkan Umi yang menjadi imam Sholah subuh pun ikut menoleh kebelakang. Terbayang bukan, betapa dahsyatnya suara kentut Ganeth.

PEEESSSHHH

Aza yang mendengar itu pun melirik sebelahnya tajam, untungnya mereka kembali sibuk dengan muroja'ah surat Al-Waqiah. Namun tetap saja itu mengundang perhatian di sekitar mereka.

"Jorok."

"Kelepasan elah, kayak nggak pernah aja Lo."

"Malu gue lama-lama punya temen kayak Lo."

"Dasar, datang pas butuh doang." Sungut Ganeth.

Aza mengangkat bahunya acuh, melanjutkan bacaannya yang tertunda. Pulang dari mushola ia segera bersiap untung mengaji kitab tafsir jalalain.

"Gue mau ikut boleh Za?" Ijin Ganeth, pasalnya di kamar ia bingung mau ngapain.

"Ayok, pinjem kitabnya Zayin sana." Jawab Aza.

"Tungguin, lumayan kan pagi-pagi cuci mata."

Sampai di depan pintu pembatas antara Asrama putra dan putri. Pandangan Aza terpaku pada sosok yang tengah bersandar di pintu serambi atas masjid, yang sepertinya sedang mengajar klasikal pagi. Aza menarik sudut bibirnya ke atas, senyumannya mengembang.

"Napa Lo senyum-senyum?"

"Calon imam gue cakep amat dah." Gumamnya namun masih bisa di dengar.

Ganeth mengedarkan pandangannya ke arah masjid. Namun sebaliknya tatapan Ganeth terpaku pada sosok yang tengah mengajar di depan serambi bawah masjid.

"Ya Alloh jodoh hambakah itu?" Ungkap Ganeth pelan.

"Enak aja, jodoh gue itu yang di atas," balas Aza tak terima mendengar penuturan Ganeth.

"Gue yang di bawah kok, bukan yang di atas."

"Kalian ngapain!" tegur kang Hakim melihat Aza dan salah satu santri yang tak di kenalnya berdiri di pintu pembatas. Mengikuti arah pandang Aza, di atas sana Gus Altha sedang menatap tajam dirinya.

"Lagi-lagi kang Hakim"  batin Altha dari serambi atas, menatap kang Hakim dengan tatapan tajamnya.

"A-anu itu, kita mau ngaji," gugup Aza yang lagi-lagi kepergok kang Hakim.

Ijbar [Selesai]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang