[Tidak bisa sendiri]

4 3 0
                                    

Beberapa hari kemudian nya, 

Saat ini, adira tengah menunggu air yang sedang ia rebus mendidih untuk menyeduh mie instant kesukaan nya. "Laper~" Lirih gadis itu terdengar melas, bayangkan saja sejak pagi sampai sekarang yang sudah menunjukan pukul 9 malam, adira belum sama sekali memasukan makanan ke dalam mulut nya. Adira tidak terkejut lagi kalau jay akan seperti ini, sejak kejadian di dalam mobil malam itu jay jarang sekali mau bersama dengannya dan tiba di rumah selalu tengah malam. 

Sekarang pun jay belum juga kembali ke rumah, bahkan pria itu tidak bilang ingin pergi kemana hari ini. Adira melamun melihat ke arah pintu utama yang terlihat sepi, dan adira harap akan ada keajaiban dalam ' 1 .. 2.. 3 !' 

"ADIRA!!! ITU!"

Gadis itu masih belum tersadar, "Awas!" Jay berlari ke arah adira untuk mematikan kompor, air nya sudah terlalu mendidih sampai air panas nya keluar-keluar. "Ra! kalau masak jangan kayak gini dong, nanti kalo ada apa-apa gimana!" Jay bernada tinggi tepat di depan wajah adira sekarang, wajah nya memerah karena menahan tangis.

Pria di depan adira ini menatap mata sendu adira sangat dalam, sampai tidak menyadari kalau gadis itu sudah meneteskan air mata nya dan menunduk tak berdaya. "M-maaf" Jay tak sengaja berteriak seperti itu tadi sungguh, dia hanya khawatir saja. Adira menggeleng, tangan nya menghapus air mata nya, "Makasih" kata yang sanggup dia katakan sekarang di sela tangisan nya yang semakin menjadi.

Akhirnya jay menarik adira kedalam pelukannya, hangat, tulus, dan sangat nyaman untuk adira yang kini sudah tak sanggup untuk menahan perasaanya lagi untuk jay. "Nangis aja, Ra.. maaf kalau jay jadi alasan yang buat adira nangis sekarang" Adira membalas pelukan nya, jay mengelus punggung dan kepala adira agar lebih tenang.

Adira melepaskan pelukannya, "A-ayah kapan pulang nya J-jay?" Sedih sekali suara adira sekarang, rasanya jay ingin ikut menangis juga. "Besok siang katanya, sabar ya.." Jay kembali menarik adira menuju pelukannya, tapi adira menahan. 

Dia menghapus air liur yang keluar dari hidung nya, adira tahu itu sangat memalukan sekali. Tapi dia tidak bisa membiarkan air menjijikan itu mengalir di wajah nya begitu saja. "Adira gak mau kita kayak gini jay, kalau memang adira punya salah atau apapun itu langsung tegur aja kayak tadi, apa gak bisa? Adira gak mau di diemin gini sama jay" Jay menciut mendengar pernyataan dari adira, ini masuk akal. Tapi, ntah kenapa setiap kali pria ini berpikir tidak apa-apa kalau dia mencintai adira, hati nya langsung terasa begitu sakit, apa jay termasuk pria jahat untuk adira? tapi, jay juga tidak bisa melepaskan adira untuk pria lain sekarang, terdengar egois bukan?.

Pria itu mengangguk mengerti dan menyadari kesalahannya, "Janji gak akan kayak gini lagi ya.." Adira memberikan jari kelingking nya untuk di kaitkan ke jari kelingking jay, "Iya, janji" Adira segera memeluk jay erat, bahkan terasa tidak ingin melepaskannya sedetik pun.

Di kamar adira, jay merebahkan tubuh nya di atas kasur gadis itu untuk menemani nya sampai tertidur pulas. Jemari jay dengan lembut membelai kepala adira penuh kasih sayang, senyum  terulas di wajah nya yang sekarang terihat sangat pucat. Adira yang sudah tertidur di atas lengan jay, mulai pulas. "Maafin jay, Ra.." Ia menarik nafas dalam, "Jay belum bisa jadi kakak yang baik buat lo, percuma gue di bawa ke sini kalau gue gak bisa jagain lo" Jay bicara sedikit menertawakan nasib nya, dan kemudian diakhiri dengan kecupan singkat di dahi adira.

Dengan sangat hati-hati jay memindahkan adira ke posisi yang nyaman, tanganya kini terasa kebas sampai kesemutan. Pria itu berjalan pelan-pelan agar adira tidak terganggu, dan sesekali melirik ke adira apakah gadis itu terbangun lagi atau tidak. Ditutup nya perlahan pintu kamar adira, dan Jay bisa bernafas lega sekarang. 

Pagi nya mereka berdua sarapan bersama, adira terlihat lebih baik sekarang bahkan sangat baik. Selama gadis itu turun untuk sarapan, senyum nya tidak luntur sedikit pun dan jay yang menyaksikannya terlihat sangat bingung dengan sikap adira. "Pepsodent mahal tau, Ra.." "Jangan senyum-senyum sendiri gitu terus, takut gue" Tapi adira tidak perduli dengan kata-kata jay barusan, jadi kalian mau tahu kenapa dari tadi adira senyum-senyum terus gitu.

LANGIT ADIRA || JAY-JAKE-ADIRATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang