Lukisan Para Murid

31 4 0
                                    

"Hombre En Medio Del Callejón, Sir

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Hombre En Medio Del Callejón, Sir." Brian menyentuh sisi lukisan miliknya. Sementara itu, Mr. Taylor duduk di bangku di depan kanvas.

"Lihatlah detailnya," ujar Mr. Taylor. Tak lama, ia menggeleng. "Ini bisa menghasilkan jutaan dollar."

Senyuman Brian semakin menawan. "Benarkah?"

"Saya pernah melihat lukisan yang seperti ini di pameran di Bordeaux. Orang-orang kaya berebut menginginkannya," kata Mr. Taylor. "Apa arti dari lukisanmu?"

"Lelaki di Tengah Gang," jawab Brian mantap. "Saya pernah bertemu lelaki ini saat berumur sepuluh tahun. Nenekku baru saja memarahiku karena kenakalanku. Aku malah balik marah. Aku pergi, dan memutuskan untuk berjalan-jalan sedikit di sekitar gang. Lalu, lelaki ini menyanyikan lagu Spanyol tentang kesedihan ditinggal orang yang tersayang. Betapa cocoknya lagu itu dengan kondisiku. Maksudku, musisi jalanan ini berhasil membuatku berlari lagi ke rumah dan meminta maaf sambil memeluk nenek."

Mr. Taylor terkesan. "Saya yakin bukan sampai situ ceritanya."

Brian tersenyum. "Benar, Sir. Lukisan ini memang bukan sebatas lelaki asing yang menghibur anak belum puber di tengah gang. Tetapi, lelaki ini memang tinggal sendiri. Nenekku cerita bahwa selama selang beberapa hari, ia ditinggal mati oleh ibu, istri, dan kakak laki-lakinya. Sekaligus. Dia bukan peminta sebenarnya. Tapi ia tidak menolak bila para tetangga yang baik memberinya makan. Dia hidup sendiri. Dan—"

"Sudah selesai, Brian?" tanya Casey di bangkunya. Tatapannya tajam dan tak sabar.

"Sebentar," sahut Brian bete. "Dan.. yeah, Sir. Dia hanya menyanyikan lagu itu setiap hari Kamis jam tiga sore."

Mr. Taylor mengangguk-angguk. "Kalau begitu kau bisa memberikan lukisan ini padanya."

Brian menghela nafas. "Sayangnya dia sudah meninggal tepat saat aku pindah ke sini." Brian menggeleng sedih. "Aku juga tidak tahu siapa pewaris hartanya."

Mr. Taylor lalu berdiri dan menepuk pundak Brian. "Ceritamu sangat unik," puji Mr. Taylor.

"Wah, terima kasih banyak, Sir." Brian amat sumringah. "Apakah kau punya lukisan yang memiliki cerita sepertiku?"

Mr. Taylor mengedikkan kepalanya ke pintu di ujung studio. "Masuklah ke dalam sana. Siapa tahu kau mendapat inspirasi."

Brian ikut melirik pintu. Begitupun dengan Casey, Chloe, Nicolas, dan Ben—kecuali Emma yang sedang fokus menyelesaikan lukisannya yang belum selesai.

Brian mengangguk sekali dan pergi dari sana. Mr. Taylor menghampiri Casey yang menegakkan tubuh. Mr. Taylor memicingkan mata.

"Wow..." gumamnya.

"Bagus tidak, Sir?" tanya Casey.

"Bagus tidak, Sir?" tanya Casey

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
HAUTE VALUER [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang