Om Ku, Suamiku

751 27 0
                                    

Gania, seorang gadis berusia 20 tahun. Ia seorang mahasiswi di sebuah Sekolah Tinggi Ilmu Hukum di Palembang. Ia tinggal bersama ibunya yang sudah ditinggal ayahnya sejak Gania berusia 15 tahun. Dan Gania memiliki seorang paman bernama Bagas. Ia memang tidak tinggal bersama, namun ia menjadi dosen dimana Gania kuliah.

"Mah, Gania pergi dulu!" Teriak Gania kepada sang mama, Resti.

"Kamu mau kemana, Gania? Inikan hari libur!" Tanya Resti, anaknya itu memang berubah sejak kepergian ayahnya.

"Mah, meski ini hari libur, aku tuh butuh refreshing!" Ucap Gania sambil membenarkan sepatunya.

"Om Bagas katanya mau kerumah! Dia sengaja datang untuk membahas mata pelajarannya yang kamu buat asal saat semester! Kamu tidak takut jika skripsi kamu tidak lolos?" Resti mengingatkan,

"Terserah, toh dosen hukum kan bukan cuma om Bagas saja!" Jawab Gania acuh dan mencium pipi Resti, "aku pergi dulu, mah!" Pamitnya seraya melambaikan tangan pada sang mama.

"Jangan malam-malam pulangnya!" Teriak Resti ketika Gania sudah masuk ke mobil Pajero sport kesayangannya.

Resti kembali masuk kerumah dan mendudukkan diri disofa. Kepalanya sedikit berdenyut apalagi jika mengingat setiap perlakuan putrinya yang menurutnya berubah drastis sejak kepergian Edo, suaminya.

Setelah menempuh waktu beberapa menit saja, Gania sampai ditaman pinggiran sungai Musi yang berada tepat dibawah jembatan Ampera. Tempat dimana ia pernah menghabiskan waktu bersama dengan ayahnya. Sebuah tempat yang memiliki berjuta kenangan setiap ia diajak sang ayah. Ia duduk ditembok pembatas, menatap riak sungai yang menggoyangkan beberapa perahu nelayan disana.

"Ayah, maaf!" Sesalnya. Hanya itu yang bisa Gania katakan setiap kali ia berada disana. Tak banyak yang ia ucapkan, hanya penyesalan dan kata maaf.

Rambut panjangnya terurai tertiup angin, ia selalu menghabiskan waktu disana setiap hari libur sampai sore hari.

Lagu Hampa milik Ari Laso terdengar mengalun di ponsel milik Gania. Tertulis nama Mamah disana, ia menggeser icon hijau dilayar.

"Iya, mah. Ada apa?" Jawab Gania

"Kamu dimana, cepat pulang! Mamah kamu pingsan!" Suara laki-laki yang terdengar marah.

"Om Bagas. Mamah kenapa?"

"Pokoknya kamu cepat pulang,"

"Iya, om. Gania pulang!" Dengan tergesa memutuskan untuk pulang dan menemui ibunya.

"Om Bagas, bagaimana keadaan mamah?" Tanya Gania tak lama ia datang, dan langsung menuju kamar mamahnya.

"Pas om tiba disini, mamah kamu sudah tergeletak disofa. Om langsung membawanya kekamar dan segera menghubungi dokter pribadi  yang menangani ibumu!" Jelas Bagas pada Gania.

Bagas menatap Gania, gadis kecil yang dulunya begitu mendambakan dirinya, sekarang malah terlihat cuek dan acuh kepadanya. Seakan dia tidak pernah mengingat betapa dekatnya dulu hubungan keponakan dan omnya itu.

"Mah, maafin Gania mah." Gania mencium punggung tangan Resti yang terbaring diranjangnya. Gania terus meminta maaf pada Resti.

Bagas memperhatikan ibu dan anak yang selama ini ia jaga sesuai amanat dari Edo, kakak angkatnya.

"Om, bagaimana kata dokter tentang kondisi mamah?" Gania menatap Bagas yang sedang menatapnya sehingga membuatnya terhenyak.

"Kondisi mamah mulai kritis. Seharusnya, mamah sudah melakukan operasi pengangkatan kanker rahimnya. Tapi, dia selalu menolak!"

"Ya Allah, mamah!" Gania kembali menatap Resti.

Bagas keluar dari kamar Resti dan Gania mengikutinya.

Kumcer (Kumpulan Cerita)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang