بسم الله الرحمن الرحيم
اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلٰى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلٰى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ
Happy reading...
"Jadi gimana?"
Erza, Andi dan Bima saling melirik satu sama lain dan detik kemudian langsung cengengesan tak jelas."Iya, iyalah. Harus lancar, maimunah!"
"Dimana?"
"Dibelakang komplek santriwati" Sahut Erza dan langsung menilik kearah Bima yang masih merapikan sarungnya yang berantakan.
"Gimana, Bim. Udah siap?"
"Sip. Ni, gue udah beli satu bungkus"
Ujarnya dan mengeluarkan satu bungkus rokok yang belum dibuka dari saku celananya."Lo, Di?"
"Siap, Chitatos sama kukubima blender toping boba, kan? Sesuai permintaan"
Erza mengangguk mantap setelah yakin dengan persiapan mereka. Seperti biasa, malam ini juga, mereka berencana akan merokok secara diam-diam saat malam kian larut.
Harus kalian tau.
Mereka bertiga ini adalah santri yang sedang menimba ilmu di pondok pesantren Darul Huda, dibawah pimpinan Abi Mustafa—yang merupakan ayah Bima sendiri.Walaupun begitu, mereka bukan seperti santri pada umumnya. Mereka hanya menjalani pengajian saja dan tetap bersekolah diluar pesantren. Hanya mereka bertiga. Catat itu.
Demi menyukseskan misi ini, hal yang harus mereka lewati adalah para keamanan. Sudah dipastikan kalau organisasi itu sedang berkeliaran menjaga gerbang.
Menyebalkan, Erza kurang suka dengan anggota keamanan, apalagi, ini adalah keamanan yang baru dilantik kemarin. Percayalah, tingginya melebihi bangunan paling tinggi di pondok.
"Persiapan matang, tinggal tunggu keamanan bubar aja, nih" ujar Bima dan disetujui oleh Erza dan Andi. Satu lagi, Bima bukan seperti gus umumnya, dia cukup aktif—diproses dari bibit pilihan.
Dan malam ini adalah malam yang sudah kesekian kalinya. Namun kali ini, mereka mengubah posisi. Biasanya dibelakang mesjid, kini mereka memilih di belakang asrama santriwati.
Sebenarnya, Andi sempat protes, lagi-lagi— Erza, sebagai otak segala rencana berkata. "Kita itu manusia, menjunjung tinggi sifat nomaden. Sesekali, cari sensari baru, gitu. Kalo lo emang manusia"
"Lo napa bawa sejarah sih, suebb"
"Biar 'WAH' gitu" Sambung Bima.
Jadi disinilah mereka sekarang—dalam asrama khusus tiga ranjang.
Kenzo, bocah tiga tahun yang merupakan adik kandung Andi hanya plonga, menatap bingung ke arah abang laknatnya yang nyengir pepsoden."Yoi, wacab blo?"
"Lo masih kecil, jadi gak perlu tau"Kenzo memanyumkan bibirnya dan detik kemudian langsung dipukul oleh Erza. "Gak usah sok imut"
"Itu apa?"
Bukan diam, kenzo semakin gencar mengganggu Andi yang masih bersila. Saat tangan kecil itu hampir menyentuh bungkusan rokok, Andi dengan sigap melempar bantal kearah kenzo sampai bocah itu terpelanting."Jangan sentuh, tangan lo kudisan!!"
Kenzo mengembungkan pipinya kesal. "Udah pelit, bulik agi!!"
Erza mengeleng tak percaya. "Wah Di, lo dinistaiin sama kenzo, parah. Slebew gak tuhh"
"Gue sunat abis titit lo, kelar hidup lo"
"Udah-udah" Bima ikut menimpali, kalau sudah seperti ini, dia harus turun tangan. Apalagi jika Erza yang sudah bicara, alih-alih melerai, dia malah jadi kompor.
"Kenzo, balas woi. Malah diam kayak patung, aleuhh" Erza menghela pendek. "Gue kalo dinistain, bawak bawak pisang, wih gak terima. Asal lo tau, ini tuh, harta tahta pusaka buat mal—umph"
"Jangan ajarin yang gak bener sama kenzo. Dia masih kecil, Za" Bima ikut sewot. Lantas dia kembali mengusap puncak kepala Kenzo dengan lembut.
"Bobok ya, besok kita belajar Fathur izzar, oke. Biar abang bantu jelasin di bab buka sarungnya, ngerti?"
Kenzo mengangguk. "Dandi?"
"Insya Allah, abang usahain"
"Idih, sipaling lurus" komen Andi sedikit menye-menye.
"Astagfirullah, Di. Jangan suuzon gitu napa?"
Lelah dengan perdebatan tak jelas itu, kini Erza kembali melirik ke arah jam rolex yang melingkar pergelangannya.
Ahhh. Sudah jam satu dini hari.
Sudah dipastikan kalau keamanan sudah melenggang pergi. Lantas dia bangkit—
"Cabut wahai sahib. Kita laksanankan tugas mulia ini"—merokok dibelakang asrama putri.
Hayy, mohon maaf sebelumnya, aku ini pembaca gabut cari sensasi.. jadi kalo ada yang salah boleh di komen kok.
Betewe, jangan lupa di volt, salam aceh, lhokseumawe
KAMU SEDANG MEMBACA
KhaliZa
Fiksi Remaja"Tabassamuki nafadjal qalbi" "Artinya?" "Senyumanmu menggetarkan hatiku" 💮💮💮 Anangga Erza Atalaric, cowok yang dulunya pernah berkata dalam hatinya untuk tidak jatuh cinta itu akhirnya dipertemukan dengan seorang gadis keturunan Aceh yang berpera...