Can I be ur Cinderella?

166 14 0
                                    

Winda duduk di kursi dipinggir jauh dari panggung mempelai. Matanya menatap kedua mempelai dengan pandangan yang tidak bisa diartikan oleh siapa pun yang melihatnya.

"Udah gue bilangin, kalau dia nikah, datengnya sama gue,". Tepuk Seorang pria yang menggendong anak berusia lima tahunan pada bahunya. Winda menoleh mendaptati Bayu berdiri disampingnya.

Senyumnya merekah "Ara mana?,". kepalanya melongok mencari sosok Ara, istri Bayu. Bayu mendecih melihat Winda mengalihkan topik pembicaraan mereka.

"Noh, lagi meet up sama Biya,". Winda mengangguk-angguk, kemudian matanya kembali mengarah ke pengantin.

"Ya masak gue ngajakin suami orang dateng kenikahan mantan,". Winda terkikik, ia menghela nafas lirih.

Bayu ikut menghela nafas kemudian mengambil tempat duduk disampingnya. Keduanya terdiam, Bayu takut menyinggung perasaan gadis itu

"Gimana kabar lo Win?,". Cetus Bayu memecah keheningan. Menanyakan kabar setelah 5 tahun tidak berjumpa dengan Winda. Terakhir klinbertemu Winda seingat Bayu ketika Wisuda Fenadz. Setelah itu dia tidak berjumpa dengan gadis itu, yang ternyata mengambil cuti kuliah.

"Baik,". Balasnya.

"Gue kira 4 tahun bakal bikin gue move on,". Celetuk Winda membuat Bayu menoleh.

"Gue tadi sempat mikir kalau gue bakal gakuat liat dia". Dengan bebas kini Winda mengungkapkan oerasaanya, Bayu diam, cukup terkejut Winda mengungkapkan isi hatinya tiba-tiba. Pria itu memandang raut wajah Winda yang sulit ia terka.

"Tapi, ngeliat dia senyum kaya gitu, gue bahagia banget. Yah meskipun bukan karena gue dan senyuman yang gak akan bisa buat gue lagi,". Winda menoleh menatap Bayu dengan tersenyum tipis.  Winda menatap keluarga Fenadz yang terlihat akrab dengan wanita disamping Fenadz maupun gerombopan keluarga besar itu. Mengingatnya ketika dia tahu bahwa keluarga gadis itu memiliki keluarga harmonis  dan berasal dari keluarga terpandang saja jelas sudah membuat Winda kalah telak.

Bayu diam menatap Winda kemudian matanya mengikuti pandangan gadis itu yang telah beralih ke arah Fenadz. Hal yang mengejutkan adalah kabar putusnya kedua temannya itu. Bahkan, Bayu tahu hanya dengan melihatnya ketika itu bahwa Winda terlihat lebih menderita ketika putus dari pria itu. Padahal dia sendiri tahu dari Fenadz yang memutuskan adalah Winda dan itu menjadi tanda tanya besar yang tidak berani tanyakan pada gadis disampignya itu.

Dulu ia kira Winda dan Fenadz akan lebih dulu menikah dibandingkan ia dengan Ara. Namun, melihat bagaimana kehidupan mereka sekarang sepertinya Bayu mulai paham alasan Winda memilih putus dengan Fenadz. Tembok tinggi yang jelas dibuat oleh keluarga Fenadz pada Winda tanpa pria itu sendiri ketahui. Seketika, ia merasa bersalah kala itu ia dan Ara menyalahkan keputusan Winda mengakhiri hubungan keduanya.


*****

"Kenapa?, aku ada salah? atau kamu belum siap? aku bisa nunggu kok,". Fenadz bingung ia mengengam erat tangan Winda. Gadis itu, menggeleng dengan kepala yang masih menunduk tidak kuasa menatap mata Fenadz. Fenadz telah melamarnya sejak satu bulan yang lalu dan setelahnya Winda selalu menghindarinya, tiba-tiba gadis itu berubah. Fenadz tidak paham apa yang terjadi dengannya. Hingga pada puncaknya hari ini, hari setelah Sidang Skripsinya, Winda memintanya bertemu.

"Enggak, aku cuma capek aja," Fenadz menghela nafas, tangannya menangkup pipi Winda, ia terkejut mendapati mata Winda yang telah berair dengan hidung bangirnyanya itu memerah.

"Kita udahan aja ya Fenadz,".  Saat itulah air mata Winda terjatuh, mengalir mengenai jemari Fenadz. Entah, mengapa air mata Winda lolos begitu saja tanpa bisa ia tahan.

"Kenapa?," Fenadz bingung, badai apa ini, apakah ini prank dari Winda sebelum menerima lamaranya.

"You are Good person I have met but, I'm the worst for you,". Fenadz menggeleng, tidak, kali ini ia panik. Winda tidak pernah seperti ini lagi setelah ia menjalin hubungan denganya. Ini mengingatkan Fenadz pada Winda 4 tahun yang lalu.

The Better Part ofTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang