WB 2

23 1 0
                                    

Rei mengerjab pelan, cahaya perlahan menyilaukan matanya. Bagun dari tidurnya, Rei linglung mengingat apa yang terjadi terakhir kali.

Rei merinding takut, apa dia terkena penyakit mematikan? Dia belum mau matii!!

Rian masuk saat Rei masih linglung dan takut. Melihat Rei sudah bangun Rian memeluknya khawatir, dan mengguncang pelan tubuh gempal Rei

"Kau membuatku takut! Jika lelah seharusnya kau beristirahat bukannya terus bekerja! Pikirkan dirimu sendiri. Lihat! Kau pingsan saat menyambut tamu kita!" Rian melepaskan pelukannya menatap Rei khawatir.

"Jangan memotong ucapanku! Kalau kau masih terus bekerja saat lelah aku akan menyeretmu kerumahku dan mengurungmu mengerti?!" Rian kembali mengguncang Rei saat dia ingin mengatakan sesuatu.

"Untung pak Tio mengerti dan membiarkanmu libur beberapa hari! Aku tak mau melihatmu 2 hari kedepan! Kau harus diam dirumah dan beristirahat mengerti!?"

"Kak! Udah dong! Sakit ni kupingku di ceramahin terus! Cerewet banget kayak ibuk-ibuk aja!"

Rian mencubit pipinya kesal, Rei mengaduh kesakitan. "Emang ini demi kebaikan siapa?!"

"udah-udah jangan pacaran terus" ujar Pak Adi yang tiba-tiba masuk melihat kelakuan dua insan yang sedang ehmm... Yaaa begitulah....

"gak ada pacaran!!!" teriak keduanya, pak Adi sudah biasa. Keduanya terlalu gengsi untuk mengakui perasaan mereka, mungkin....

"yayaya terserah kalian, Rian keluar dulu bapak mau ketoilet. Nanti lanjutin pacarannya" setelahnya Pak Adi pergi menghilang begitu aja.

Rei dan Rian bertatapan, entah aa yang ada dipikiran mereka....

****

"bagaimana menurutmu, Sean?" Aldrick duduk menghadap pemandangan pantai yang indah, kini kegelapan sudah menyelimuti mereka. Bathrobe yang ia gunakan sehabis membersihkan dirinya dan segelas wine berada ditangannya. Aldrick masih memikirkan apa yang ia temukan hari ini.

"mereka berdua memang terlihat benar-benar mirip pangeran. Dia seperti kembaran Yang Mulia Ratu, hanya saja lebih muda. Dan melihat reaksi saat anda memeriksanya, perempuan itu memang memiliki darah vampir" Sean berdiri tepat dibelakangnya sembari membawa sebuah tablet.

"aku tak berfikirdia mirip ibu Eve atau tidak, tapi apa menurutmu dia adalah keturunan vampir yang kita tidak ketahui?" pandangannya terpaku pada pemandangan pantai gelap, saat pertama kali matanya bertemu dengan Rei perasaanya sangat tidak nyaman. Sewaktu ia 'memeriksa' Beberapa saat sebelum Rei tumbang, dirinya melihat wujud vampir dimatanya.

"populasi vampir di dunia jumlahnya tak sampai 15 orang, dan sebagian besar dari mereka adalah keluarga kerajaan dan beberapa pelayan dan 2 diantaranya adalah 'orang itu' jadi kemungkinan besar itu tidak mungkin. Para petinggi dari berbagai ras bersama seluruh pemimpin negara sudah bekerja sama untuk menjaga identitas mereka dan menemukan orang-orang yang kemungkinan hasil persilangan dengan manusia. Jadi perempuan itu sama sekali belum diketahui dengan jelas asal-usulnya, pangeran" Sean menjelaskan panjang lebar sesuai dengan data yang ia tau dan terima.

"selidiki lebih lanjut, aku mau berkasnya sampai besok pagi"

Aldrick adalah orang yang sangat waspada jika berkaitan tentang hal-hal mencurigakan seperti ini. Banyak kemungkinan masuk kedalam kepalanya, apa perempuan itu salah satu anak seorang pelayan atau anak, 'orang itu' karena jika memang benar, itu kemungkinan saja bisa terjadi melihat dari sifat 'orang itu' yang membuatnya muak. Atau kemungkinan perempuan itu mendapatkan darah vampir dari generasi awalnya, neneknya atau kakek dan seterusnya.

Aldrick tak bisa mengabaikannya begitu saja, karena Rei ini adalah seorang vampir -walaupun tak sempurna- tapi tetap saja, Aldrick harus membawanya untuk perlindungan dan pencegahan untuk sesuatu yang tidak diinginkan.

Cahaya Yang Kembali Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang