"Gra!"
Senja memanggil, mencabut kunci motor dan turun. Yang dipanggil tersenyum lebar, memberi kode pada Senja agar cepat menghampirinya.
"Kak Audrey? Kirain kak Daisy."
Audrey tersenyum, mengusak rambut Senja gemas. "Ni dia tiba-tiba jemput aja, emang ngeselin."
Agra cemberut, ketara sekali akan merajuk. Senja sudah khatam dengan kelakuan Agra meski mereka bahkan baru beberapa hari bekerja sama.
"Kak, please. Lo jelek banget begini."
"Noh dengerin." Seorang teman Agra yang bernama Joss menyahut, ia merangkul pundak Senja. "Kalo Senja yang manyun sih cocok, gemes gini mukanya. Ya gak dy?"
Senja menendang tulang kaki Joss hingga si empunya mundur kesakitan. "Kelinci rasa macan ya gila, sakit Senja!"
Tawa Agra menggema. "Mampus, makanya ga usah ngeledek gue." Agra berganti menatap Audrey, memasang puppy eyes yang membuat Joss dan Senja membuat gestur muntah. "Kamu masih suka Senja ya, kok Senja doang yang di elus-elus rambutnya."
"Demi Tuhan Senja, gue ga sanggup liat ini." Joss pergi dengan Senja yang mengekor di belakangnya. Melihat orang pacaran membuat mereka geli. Lebih tepatnya melihat seorang Agra bucin.
"Ih, apa sih kamu. Kan kita udah bicarain ini."
Agra semakin cemberut, "awas loh ya suka Senja lagi, aku kan udah janji mau berubah dan dapetin kamu."
"Iya bawel, udah ayo masuk."
Audrey menyeret 'mantannya' masuk mengikuti Senja dan Joss. Tanpa tau beberapa orang memantau mereka dari toko kue di seberang jalan.
"Ini tempat nongkrong mereka?" Tanya Pras meneliti bangunan depan.
"Kayanya, mereka keliatan akrab sama tempat ini." Rama tidak yakin sih, tapi melihat Senja tadi, dia rasa mereka sudah sering kesini.
"Mau samper sekarang ngga?" Davin bertanya, sejak tadi sudah tidak sabar untuk menyusul Senja.
Afkar dan Geo saling pandang, berusaha menemukan solusi terbaik. Tapi baru juga Afkar mendapat ide, Senja sudah keluar bersama pemuda yang merangkulnya tadi dan Agra. Mereka keluar entah kemana mengendarai motor masing-masing.
"Waduh, buruan kejar."
Kelima pemuda dengan tidak tahu malunya keluar toko kue dan bergegas ke motor mereka, mengabaikan penjaga toko yang menatap tidak suka karena kelimanya sama sekali tidak melihat-lihat atau membeli.
Afkar yang sadar hal itu, berlari masuk kembali setelah memakai helm dan mengambil satu bungkus roti lalu membayar dengan uang seratus ribuan. "Maaf ya mbak, ini ambil aja kembaliannya. Makasih banyak!"
"Afkarrrr lo ngapain? Cepet, yang lain udah pergi." Rama menggeram jengkel, sementara Afkar memakan Rotinya asal dan bergegas menaiki motornya. Rama menggelengkan kepala melihat Afkar kesusahan memakan rotinya di sela-sela menjalankan motor. Hingga saat mereka menjalankan dengan kecepatan tinggi, Afkar masih setia menggigit roti beserta bungkusnya. Demi apapun, Rama tidak mengerti mengapa Afkar ada saja hal konyol yang dilakukan dibalik kejeniusannya.
Rama menepikan motornya di pelataran toko setelah kehilangan jejak Davin, Pras, dan Geo. Afkar mengikuti dari belakang. Anak itu mendesah lega dan kembali memakan rotinya.
"Bentar, gue chat Pras dulu."
Butuh waktu hingga hampir sepuluh menit sampai Pras balik menghubungi Rama dengan menelpon.
"Pras dimana?"
"Gue ke arena yang dulu kita sempet kesini, ngga ada Senja. Kita kehilangan jejak, tapi karna deket arena sini gue kira mereka kesini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Crepuscule [JJK] ✔
FanfictionCrepuscule (n.) the time from when the sun begins to set to the onset of total darkness. Mama bilang, Senja dilahirkan sesaat setelah matahari terbenam, menyisakan cahaya merah yang kemudian hilang diantara kegelapan. Mama bilang, Senja adalah milik...