9. Rasa

109 11 0
                                    

Hyunbin, Namjoon, Sehun dan Chanwoo masuk kedalam sebuah unit apartemen milik Hwang Hyunjin yang berada di daerah Dongdaemun.

Hyunbin berdiri di tengah ruang santai dan mengamati sekeliling yang terlihat tidak mencurigakan.

"Nunna!!!"

Kepala Hyunbin menoleh kearah sebuah ruangan dimana terdengar suara teriakan dari Namjoon. Hyunbin segera melangkahkan kaki dan masuk ke sebuah ruangan yang segera membuatnya terdiam. Matanya mendelik menatap pada tembok ruangan yang dipenuhi dengan foto - foto. Hyunbin mendekat pada tembok dan ia melihat dengan jelas jika foto yang dipajang adalah foto ketika Hyunjin menyiksa beberapa anak dari SMA yang sama dengan Haechan bahkan beberapa korban terlihat masih murid SMP.

"Selama 6 tahun Hyunjin menjadi murid di Akademi Seungri dari SMP hingga SMA, ada sekitar 300 lebih kasus penindasan," Namjoon membaca data yang ada di layar handphonenya, "Dari 300 kasus itu, hanya sekitar 20 kasus yang diselesaikan dengan baik dan pelaku di keluarkan dari sekolah hingga dimasukkan ke penjara anak. Sisanya 280 kasus lebih tidak pernah terdengar ada penyelesaian. Dan dari 280 kasus, dilaporkan sekitar 70 siswa mati bunuh diri setelah di tindas."

"Sepertinya laporan di kepolisian juga dimanipulasi," kata Hyunbin yang mengambil satu foto. Ia menatap pada foto dimana Hyunjin terlihat senang duduk diatas perut seorang siswa yang lehernya telah tergorok oleh kawat berduri, "Aku yakin dari 70 siswa yang dilaporkan mati bunuh diri itu ada yang sebagian besar sebenarnya dibunuh anak setan ini."

"Di komputernya ada semua rekaman penyiksaannya nunna," ucap Sehun.

Hyunbin menghela nafas panjang, "Amankan semua barang bukti, buat salinannya, aku takut akan ada divisi lain yang mengambil alih karena sudah disuap oleh Changmin."

"Nunna... aku menemukan ini..."

Hyunbin menatap pada sebuah bingkai foto yang disodorkan oleh Chanwoo. Didalam foto itu, terlihat jelas sosok Changmin yang berdiri di tengah - tengah 7 orang yang salah satunya adalah Hyunjin dan satu orang lagi yang ia kenal dengan cukup baik. 

"Aku seperti pernah melihat orang ini," Namjoon menunjuk pada seorang laki - laki bertubuh tinggi yang berdiri paling ujung di foto.

Tidak ada yang menanggapi ucapan Namjoon, kecuali Sehun yang sedikit melirik kearah Hyunbin dan Hyunbin yang menyuruh Sehun diam dengan isyarat dari matanya. 

"Cari semua orang ini di data base," kata Hyunbin, "Jika keenam orang ini sama seperti Changmin dan Hyunjin berarti kita telah menemukan sarang psikopat paling besar di Korea."

@@@@@

Mark tidak membuka mulutnya meski waktu sudah lewat lebih dari satu jam semenjak penangkapan Hyunjin dan teman - temannya. Mark bahkan tidak berani menatap terus menerus pada Haechan yang sedang diobati oleh Jihyo. Tapi meski ia berusaha menghindar, Haechan pada akhirnya bergera juga duduk disampingnya.

"Hyung... jangan menyalahkan dirimu sendiri begitu..."

Mark mau saja tidak menyalahkan dirinya sendiri, tetapi melihat Haechan yang berbicara dengan wajah bengap, pipi membiru dan sebelah matanya bengkak, bagaimana bisa dia tidak menyalahkan dirinya sendiri. Mark selalu terlambat dan Haechan selalu menjadi korban.

Mark menundukkan kepalanya, ia menarik nafas panjang penuh penyesalan. Anehnya, Haechan malah mengenggam tangannya dengan lembut dan lebih anehnya, genggaman tangan Haechan membuat perasaan Mark lebih tenang dan lebih nyaman. Di sertai perasaan aneh yang Mark tahu seharusnya tidka boleh terjadi padanya untuk Haechan.

Tetapi tentu saja Mark tidak bisa melawan perasaan yang datang padanya. Ia justru mendongakkan kepala, menatap pada Haechan yang duduk disampingnya dengan senyuman lebar dari bibir yang sudutnya terlihat robek dan bibir bagian yang lain terlihat membiru karena bekas dipukul.

Takdir?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang