02.

59 4 0
                                    


04.00 p.m.

Bukan Narez namanya, kalau jam segini udah duduk di depan teras rumahnya Noval, sambil minum sekotak teh kotak ukuran sedang.

"Novalnya mana buk?" tanya nya yang kebetulan melihat wanita paruh baya itu baru saja membuka jendela kamar.

"Astagfirullah Narez, bikin kaget ibuk aja. Kirain maling!" yang di omeli hanya asik menyengir sambil meminum teh nya.

"Noval ada di kamar, gatau itu tidur apa ngapain, masuk aja" ucap sang tuan rumah yang diangguki Narez.

"Assalamualaikum, misi paket" ucapnya sambil membuka pintu kamar yang di depannya ditempelkan kertas dengan tulisan 'DILARANG MASUK!!' tulisan tangan Noval sendiri.

"Jelek tulisannya seperti muka nya."

"Gue denger bangsat!" kesal Noval yang tengah berbaring di tempat tidur itu sambil memainkan ponselnya.

"Uwuu ayang Nopaall, kamu lagi ngapaiin hmmm?? Main hmm??" rusuh Narez yang udah naik keatas kasur Noval sambil nyempil-nyempil ngehalangin penglihatan noval yang lagi fokus ke ponselnya.

Brughh

Narez terjatuh ke lantai dengan wajah yang duluan menghadap lantai, ulah Noval yang udah kelewat tengsi dan berkahir nendang anak itu.

"Musnah aja loh anak babiq"

"Bilangin tante Rara nih, TANTE NOVAL Mul-hmm" ucapnya terhenti karena tangan Noval sudah membekap mulutnya lebih dulu.

"Cepu lo, ngapain lo kesini ha? Kaya gada rumah aja."

"Puehh tangan lu bau terasi ege, abis makan apaan lo?" Narez masih mengusap usap wajahnya yang baru saja di pegang Noval, jijik sepertinya.

"Hehe pecel ayam, mantep bro!" ucap Noval tersenyum hingga kedua matanya menyipit, sambil mengacungkan jempol nya. Memang pecel ayam dekat rumahnya itu yang paling enak kalau kata mama nya.

"Mau juga dong, kan gue sengaja kesini mau numpang makan."

"Tai, emang seharusnya gue udah duga" ucap Noval sambil berdiri dari duduk nya, hendak berjalan keluar kamar.

"Engga weh bercanda, yakali gue numpang makan mulu. Ga miskin gue tuh" bangga Narez yang dibalas tatapan malas dari Noval.

"Besok ulangan fisika, lo udah ngerti sama materinya?" tanya Narez yang kini mendadak serius. Padahal masih menyeruput teh kotaknya dengan gaya.

"Belum, dari tadi juga gue lagi nontonin yutub, trus karna ada serangan mahluk titisan dakjal ini sinyal gue jadi ga stabil" sindir Noval yang diakhiri dengan tawa receh nya.

"Kampret lo, mau belajar bareng ga? Kebetulan gue dapet kisi-kisi" tawarnya yang sontak membuat Noval menepuk bahu Narez lumayan kuat.

"Dari tadi kek ngomong nya! yaudah mana?"

"Tapi gue ga ada buku, buku lo mana?" Noval lalu mengambil buku paket fisikanya, dan memberikannya pada Narez.

"Nih kata gurunya beberapa soal di uji kompetensi ini bakal masuk, yang nomor 3, 5, nomor-eh"

tuk

sebuah kertas terjatuh dari dalam buku yang dipegang Narez, membuatnya menghentikan ucapannya dan hendak mengambil kertas itu, tapi Noval sudah lebih dulu.

"Kertas apaan tuh? Surat cinta dari secret admire lu ye?" tuduh Narez yang di balas gelengan cepat oleh Noval.

"Bukan, kertas ulangan gue. haha anjir lah remed woi" ucap Noval sambil membuka kertas yang terlipat itu.

"Yang materi vektor kemarin? Berapa emang nilai lu?"

"50"

ceklek!

Pintu kamar tiba-tiba kebuka, nampilin ibunya Noval yang udah megang nampan berisi martabak sisa semalam yang udah di panasin.

Sontak hal itu ngebuat Noval dan Narez ngefreez untuk beberapa detik. Dan lanjut ketawa geli buat ngalihin pembicaraan yang semoga aja ga kedengeran tante Rara.

"Ngapain kalian beridiri gitu, duduk sini di makan cemilan nya" ajak nya sambil meletakkan nampan itu diatas meja kecil yang berada tak jauh dari tempat mereka berdiri.

"Bahas apa tadi emangnya? Belajar bareng ya?" tanya nya sambil mendekat kearah dua orang anak laki-laki yang sedang bertukar pandang itu.

"Eh e.. Iya tante, besok ada ulangan fisika. Jadi kita belajar bareng." jawab Narez ketar ketir. Membuat Rara menatap kedua anak lelaki itu heran.

"Oo gitu, minggu kemarin juga udah ulangan kan? Berapa nilai kamu Narez?" tanya Rara mendadak yang semakin ngebuat dua orang itu ketar ketir, terlebih Noval yang udah ngeremukin kertas yang di pegangnya.

"Eum.. 80 tante, lumayan susah materinya, Narez juga belum paham betul" Rara hanya mengangguk sambil tersenyum, lalu menatap kearah anaknya yang sedari tadi hanya diam.

"Klo kamu?"

Jederr

mati aja udah gue- Noval

"Lima puluh ma.."

"Astagfirullah Novaal, kamu tuh apa ga belajar?? Tuh kan ini pasti kamu kebanyakan main. Masa ga tuntas gitu ulangannya, nanti ga ada cerita keluar rumah ya, belajar sama Narez!" titah sang ibu yang hanya bisa Noval turuti dengan pasrah. Lalu, setelah sosok sang ibu pergi, barulah ia menghela napas frustasi.

ck!

"Sorry ya No, karena gue lo jadi di marahin nyokap lo" ucap Narez yang merasa iba dengan Noval yang kini tengah membuang kertas ulangan nya kedalam tempat sampah.

"Gapapa, santai aja kali. Lagian nyokap gue juga bener, gue hobinya main. Ga kaya lo yang hobinya belajar" Noval tersenyum hambar.

"Gue ga hobi belajar kok."

"Oh iya, walaupun ga belajar kan lo si paling pinter jadi pasti gampang paham lah" ucap Noval sambil tersenyum tipis, berjalan kearah kasurnya dan memainkan ponselnya kembali.

"Sorry klo gue udah bikin lo kesel, gue pulang No" pamitnya sambil menutup pintu kamar Noval sedikit keras.

















'Gue ga bangga terlahir pintar, karena hal itu yang bikin gue selalu ngerasa bersalah di depan lo. Dan gue ga bisa rubah itu'-




• M E M O R Y •
メモリー


Tbc.

• Memory •  ||  Na Jaemin x Lee JenoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang