Aza tak menyangka akan di pertemukan kembali dengan Altha, di saat dia sudah hampir melupakan laki-laki itu. Terlebih fakta mengejutkan, Altha merupakan penerus utama pondok pesantren yang ia tinggali.
Aza cukup tahu diri, ia sudah biasa menelan ke...
Hari ini sesuai yang di perintahkan Gus Altha, Aza mengkoordinir kelasnya. Awalnya banyak yang tidak terima lantaran jam kosong itu harusnya di pakai untuk bermain. Namun Aza menjelaskan dengan tegas tugas yang di kasih Gus Altha, hingga akhirnya selesai.
"Eh, Astagfirullah" pekik Lala keras. Membuat para sahabat nya terjolak kaget.
"Kenapa"
"Itu..." Jemari Lala menunjuk pepohonan di depan kelas mereka. Aza melotot kaget, begitu juga Ganeth dan Zayin.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
"Wah, ngece banget tuh burung" pekik Aza tak terima.
"Aaaaaaaaaa, mata gue ternodai. Nggak ada akhlak banget sih tuh burung" teriak Ganeth.
"Wah keren nih, andai aja ada hp gue foto tuh burung biar viral" Zayin melangkah lebih dekat ke arah pohon, mengamati.
Area Madin memang sudah sepi. Para santri sudah pulang sejak beberapa menit yang lalu. Untung saja mereka nongkrong sebentar, jadi nggak ketinggalan live streaming.
"Enak banget ya, jadi burung. Bebas gitu, mana di depan kita lagi cipokannya" cerocos Aza frontal.
"Di filter Napa kalo ngomong" Tegur Lala.
"Intinya sama juga ngapain filter-filteran, iya nggak mett" ucapnya meminta persetujuan Ganeth.
"Apaansi yang enggak buat Lo friend."
"Uwiiih, bestai terdhebest deh" jawab Aza dengan meledek.
*****
Sama seperti sebelumnya, hari Jum'at merupakan hari yang, entahlah. Mungkin menurut sebagian santri itu hari yang paling di tunggu-tunggu, mungkin juga tidak.
"Sumpah males banget gue. Mending kalo gue di jenguk, udah capek-capek kaya gini nggak pernah di jenguk pula" celoteh Ganeth yang sedang mengepel lantai ruang penjengukan.
"Tenang aja nanti gue bakal di jenguk kok" Zayin yang sedang menata barang menyahuti perkataan Ganeth.