Dare empatbelas

240 15 0
                                    

°°°

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

°°°

"Lo ngikutin gue?" Zehra membalikan badan kesal tiap kali melihat tingkah ajaib lelaki yang sempat dia tembak depan umum.

"Pe-de banget mau di ikutin sama gue, yak? Gak usah jaim, Zer. Gue emang ngangenin orangnya," Balas lelaki itu seraya tersenyum menggoda. Sudah menjadi cadu baginya menggoda gadis bernama Zehra Feyre ini yang hobinya menghindarinya padahal dia seorang cenayang peka bahkan dia dengan mudah mengenali Zehra di warung tadi.

"Gak nyambung ngomong sama Lo beneran." sesampai di depan gerbang rumah neneknya dia segera masuk begitu Arlon yang masih mengikutinya sampai halaman depan rumah. Zehra berdecak kesal tanpa di undang dia malah ikut memasuki halaman rumah neneknya.

"Elah, malu-malu kucing jadi orang, Zer. Mau ketemu calon mertua Lo gak? Sekalian gue kenalin sebagai pacar resmi gue ke si Alvin sama keluarga gue?" Ujarnya santai kini malah duduk di depan lantai keramik dengan kedua lengan menompang memperhatikan halaman hijau di depannya.

"Gak makasih. Ngapain Lo masih di sini?" Ketus Zehra. Arlon menatapnya dengan senyum kecil, "Minta minum haus gue tadi belum sempet minum."

Zehra menghela napas, ingin sekali meninju lelaki ini sudah tidak sopan masuk kemari lalu menyuruhnya membawa minum pula. Untung Zehra sabar. "Rumah nenek Lo di sana? Kenapa harus minta di sini sih? Kalo nenek gue liat gimana? Udah sana!"

"Galak banget calon masa depan gue. Keburu mager, Zer. Habis ini gue bakal pulang," cengirnya tanpa dosa. Gadis itu memalingkan pandangan bergerak pergi dari sana untuk segera masuk ke dalam menyerahkan belanjaan serta mengambilkan segelas air untuk lelaki menyebalkan berkedok budaya darat seperti Arlon.

"Omah. Ini belanjanya Zehra taro di depan di meja, Ya!" Teriak Gadis berambut panjang itu. Dia beralih mengambil gelas kaca lalu mengisinya dengan air yang ada di meja. Terdengar sahutan dari lantai dua namun tidak jelas mungkin karena neneknya sedang berada di dalam kamar.

"Mau dibawa kemana, Zehra?" Seorang lelaki berkaca mata serta rambut setengah beruban itu menuruni tangga memperhatikan sang cucu membawa segelas air menuju keluar rumah. Zehra menoleh, siapa yang tidak terkejut apalagi kehadiran Arlon di luar akan membuat kakeknya curiga.

"B--buat Zehra, iya. Haus Opah." Zehra tersenyum kikuk menggigit bibir bawahnya. Dia buru-buru membuka pintu besar rumah kakeknya itu. Pria tua itu kembali berbalik pergi, merasa aneh tapi dia tak ambil pusing dan memilih pergi menuju dapur.

pelipis Zehra berkeringat berlangsung panik saat menyerahkan segelas Air pada Arlon hampir saja airnya tumpah jika lelaki itu tidak cepat menerimanya. "Ini minumnya, cepetan!" Zehra menatap pintu semoga kakeknya tidak curiga sebab tingkah aneh dirinya tadi.

"Cepetan!"

"Lo kenapa, sih? Mana? biar gue kenalan sekalian sama nenek-kakek lo?" Arlon celingak-celinguk menerima segelas air.

ZERLON [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang