10. Dilecehkan Rama

1.9K 23 1
                                    

Chapter sebelumnya telah ditarik.

Baca selengkapnya di akunku Valent C di Dreame atau Innovel.

HEPI reading.

❤️🌸❤️🌸❤️🌸
.
.

Tumben di akhir pekan begini, Rama tak keluar.  Dia mendekam di rumah, padahal maminya mengajaknya ke rumah saudara tapi ditolaknya dengan alasan banyak tugas sekolah.  Sementara Juno tak pulang dari semalam.  Dan Tuan besar Jamal sedang dinas di luar negeri, sebagai seorang manajer training perusahaan ponsel berskala internasional.  Otomatis di rumah hanya ada Jum dan Rama.
Sedari tadi Rama menatapnya dengan pandangan aneh.  Jum merasa heran, ada apa dengan dirinya?  Perasaan pakaiannya cukup sopan, dan dia memakai dalaman ... karena Juno tak ada di rumah. 
“Mas, ada apa toh?  Lapar?” tebak Jum.
Rama menyeringai kuda.  “Iya, Mbak.  Lapar, tapi bukan pengin makanan.  Rama pengin yang lain,” ujar Rama dengan mata tertuju ke dada montok Jum.
“Jum tahu Mas Rama mau apa?” cetus Jum sembari mengusap payudaranya.  “Susu toh?”
Mata Rama membola, dia tak menyangka Jum bisa menebak kemauannya secara frontal.  Apa Jum akan menyerahkan susunya untuk diremes-remes? pikir Rama nakal. 
“Wah, Mbak pinter.  Tau aja maunya Rama.”
“Ya tau toh, Mbak Jum sudah momong kamu dari kecil je.”
“Terus, dikasih, kan?” tanya Rama dengan mata berbinar.
Jum tersenyum lembut.  “Pastilah.”
Tangan Rama terulur, hendak meremas payudara Jum ... tapi belum juga sempat menyentuhnya, perempuan itu bangkit berdiri.  Rama menatap keheranan.
“Mbak Jum, mau kemana?”
“Bikin susu lah, Rama pengin minum susu toh?”
Rama segera menahan tangan Jum.  “Rama ingin minum langsung dari sumbernya,” katanya penuh arti.
“Memangnya Rama bayi sapi?” goda Jum yang masih tak menyadari mantan momongannya mulai nakal.
“Ish, Mbak Jum.  Seganteng ini kok disamain dengan sapi,” gerutu Rama manja.  Dia bersandar ke perut Jum, sambil menggesek ubun-ubunnya ke payudara montok Jum. 
Aduh, Jum jadi geli.  Putingnya menegang seketika.  Dia merasa jengah karena berpikir Rama tak sengaja menyentuh titik sensitifnya.  Ingin menegurnya tapi tak tega.  Jum mengira Rama hanya ingin bermanja ria padanya, tak ada pikiran kotor. 
“Mas, maaf.  Mbak Jum cuma guyon.  Yo wes, Mbak mau masak.  Lepasin toh,” pinta Jum yang ingin mengelak dari perasaan rikuh yang menderanya.
“Gak usah masak, Rama gak lapar.  Rama pengin makan yang lain,” sahut Rama dengan pandangan berkabut gairah. 
Jum gemas, ingin menjewer telinga Rama.  Saat itulah tatapannya bertemu dengan pandangan penuh napsu Rama.  Jum terdiam, ingin memastikannya.  Jum tersadar Rama tengah mengelus pahanya yang entah bagaimana gaunnya telah tersingkap. 
“Mas, apa yang kamu lakukan?” tegur Jum halus.
Rama mendongak dan menyeringai nakal, kali ini dia tak menutupi hasratnya lagi. 
“Mbak, aku tahu apa yang Mbak lakukan bersama mereka,” desis Rama pelan.
Dahi Jum mengernyit dalam, dia tak paham sindiran Rama.  ”Mereka siapa toh?”
“Bang Juno dan temannya ... Kak Albert.”
Wajah Jum memucat, kini dia paham maksud Rama.  Ya Allah, ini sungguh memalukan.  Dia tertangkap basah sedang melakukan hal selaknat itu oleh mantan momongannya.  Harga diri Jum hancur berantakan di hadapan Rama.
“Mas, Mbak Jum ... maaf.”  Jum tak mampu berkata apapun untuk membela diri, memang dia bersalah karena menyerah pada hasratnya.
“Buat apa minta maaf, Mbak?  Takut Rama laporkan sama Mama ya?”  Rama berusaha mengancam halus perempuan yang pernah mengasuhnya.
“Ja-jangan Maaas ....”
Rama tersenyum penuh kemenangan.  Dia merasa diatas angin.  Akhirnya khayalan mesumnya bisa terwujud ... sebentar lagi! 
“Kalau Mbak ingin Rama gak melaporkan perbuatan bejat Mbak pada Mama ... gak masalah.”
Jum baru saja menarik napas lega, namun kalimat selanjutnya yang diucapkan Rama membuat jantungnya nyaris berhenti.
“Tapi, boleh dong Rama ikutan.  Rama juga ingin merasakannya.”
“I-ikut apa?” tanya Jum gugup.
Deg!
Jum tersentak ketika mendadak Rama mendorongnya dan menindihnya ke lantai.  Rama meremas dadanya dengan kencang, lalu memilin ujungnya.
“Mbak, bukannya tadi Rama sudah bilang pengin susu?  Mbak Jum gak keberatan, kan, menyusui Rama?” seloroh Rama mesum.
Bocah nakal itu merobek baju Jum, matanya berkilat memandang payudara Jum yang masih terbalut bra kekecilan.  Senyum tengilnya muncul. 
“Kekecilan, Mbak.  Memang lebih baik Mbak Jum gak usah pakai bra.”
Rama menarik lepas bra yang dikenakan Jum dalam sekali sentakan.  Terpampanglah dua melon kembar yang membuatnya penasaran ingin merasainya.  Tak mau membuang waktu, Rama langsung menyusu ke dada pembantunya.  Sementara tangannya yang lain mempermainkan dada Jum yang lain.
“Ram ... jangan,” pinta Jum yang masih memiliki akal sehatnya.  Rasa sayangnya pada Rama menyurutkan napsu yang timbul akibat pelecehan yang dilakukan Rama padanya.
“Gak usah munafik, Mbak.  Rama bisa kok memuaskan, Mbak.  Nikmati saja.”
“Raaam!”

Baca selengkapnya di versi ebooknya.

Link ada di profilku.

Love u all. 

❤️❤️.

43. JUM (21+) / TamatTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang