10. Pertaruhan

94 8 0
                                    

Mark, Hyunbin, Namjoon, Sehun, Chanwoo dan Jihyo sedari 5 menit lalu mengamati Haechan yang berdiri didepan cermin. Anak laki - laki itu terkadang menarik nafas panjang dan menghembuskannya dengan kasar.

"Kenapa sih Haechan?" tanya Jihyo yang akhirnya tidak bisa menahan perasaan herannya.

"Wajahku yang manis, dipukuli sampai babak belur begini," Haechan geleng - geleng kepala, "Jadi ingin makan es krim."

"Jangan aneh - aneh, diam saja dirumah," kata Hyunbin yang kemudian bangkit berdiri dan mendekat pada Haechan, "Kami bahkan memindahkan kantor ke rumahku agar bisa mengawasimu lebih lama, jadi kau jangan aneh - aneh."

"Tapi aku pengen es krim," rengek Haechan.

"Beli online," balas Hyunbin yang kemudian buru - buru menahan tangan Haechan ketika anak itu sudah mengeluarkan handphone, "Etts jangan... nanti rumah ini ketahuan lokasinya."

"Terus bagaimana?" Haechan sudah mulai ingin menangis.

Hyunbin menghela nafas kesal, ia menolehkan kepala kearah yang lain.

Tanpa ada yang menyuruh, Mark bangkit berdiri - dia yakin, dirinya yang akan disuruh mengantar Haechan beli es krim.

"Ayo aku antar," kata Hyunbin yang langsung meruntuhkan semangat Mark.

@@@@@

Haechan segera masuk kembali kedalam mobil Hyunbin begitu berhasil memborong banyak es krim, ia bahkan membeli termos agar es krimnya tidak mencair ketika perjalanan menuju rumah Hyunbin. Haechan menyodorkan satu es krim pada Hyunbin dengan senyuman lebar.

"Kau dapat uang darimana? Kemarin juga sempat membelikan kopi mahal untuk semua polisi di kantor," kata Hyunbin sembari menerima es krim dari Haechan.

"Jimin eomma memberiku kartu yang dia bilang bisa digunakan dimanapun di belahan bumi ini," Haechan menatap khawatir kearah Hyunbin, "Jangan - jangan bisa terdeteksi dari kartu itu."

"Tidak, kalau mereka yang memberi sesuatu pasti aman," balas Hyunbin sembari mengigit es krim hingga tinggal separuh.

Haechan membelalakkan mata, "Es krim itu dinikmatinya di jilat pelan - pelan ahjumma, kenapa kau gigit dengan sangat tidak ber pri ke es krim - an."

Hyunbin mengerutkan kening tapi ya sudah dia jilat - jilat saja daripada Haechan menangis lagi kan.

"Ngomong - ngomong ahjumma, kau bagaimana bisa kenal dengan Chulyong - ssi? Abeoji kan mafia... mana sudah sekelas internasional," Haechan penasaran sedari dulu tapi baru bisa mengajukan pertanyaan. Selama ini susah sekali mencari waktu berdua dengan Hyunbin untuk menanyakan hal ini.

"Chulyong oppa kakak kelasku di SMP dan SMA," kata Hyunbin.

"Jadi, Chulyong abeoji juga kenal dengan Seokjin ahjussi," tebak Haechan.

Hyunbin menganggukkan kepala, ia kelamaan memakan es krim jika hanya di jilat - jilat akhirnya ia gigit juga sampai akhirnya habis bersih.

"Persahabatan yang unik ya," kata Haechan, "Kalau ketahuan memangnya kau tidak akan di marahi ahjumma?"

"Dimarahi sih tidak, dipecat iya... apalagi Chulyong salah satu incaran FBI," balas Hyunbin, "Tapi aku yang sudah mengenal Chulyong oppa sedari remaja memutuskan untuk berteman dengannya, jauh lebih menguntungkan karena aku mendapatkan banyak bantuan. Dan kebetulan, aku, Seokjin dan Chulyong oppa memiliki kesamaan."

"Apa itu?" tanya Haechan.

Hyunbin menatap kearah Haechan dengan senyuman lebar, "Kami benci kejahatan yang berhubungan dengan anak - anak."

Takdir?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang