0.6

495 71 3
                                    

.

.

...

Lavender
Happy Reading!

...

.

.

Seokjin mengusap kasar air mata setelah mendapatkan tempat pelarian teraman saat ini. Ia merasa jika saat ini bukan waktunya untuk cengeng atau meratapi dirinya yang tadi diusir Taehyung di rumah abu. Hanya saja, ini begitu menyakitkan. Bahkan sangat menyakitkan untuk ia ingat.

Tadinya Jin berniat untuk menuntaskan rindu dan juga sedikit berkeluh kesah pada foto Rin. Hanya saja, ia sama sekali tak mengira akan bertemu dengan Taehyung dan terlibat cekcok. Ia sama sekali tak tahu jika waktunya akan sama.

Hatinya terasa sakit jujur saja. Walaupun sudah sering kena amukan dan juga terkena kata-kata pedas dari adik tirinya, Seokjin selalu saja tak siap. Ia selalu merasakan sakit yang sama dengan saat dulu ia diteriaki pembunuh oleh Taehyung.

Memang dilihat bagaimanapun ia tetap pembunuh. Ia tetap orang yang pantas di kambing hitamkan atas semuanya.

Ia bersalah.

Dan itu mutlak.

.

.

.

.

"Katakan padaku, kau menyalahkannya lagi?"

Gaon memicingkan matanya setelah mendengar ucapan pertama yang keluar dari pria di depannya.

"Apa maksudnya? Apa kesalahanku kali ini?"

"Ck, jangan belaga bodoh! Kau membentak Jin dan menyakiti cucu kesayanganku lagi kan?!" Daeun menggebrak meja di depannya emosi.

Seluruh penghuni rumah besar bergaya modern itu kini terdiam. Bahkan, sang nyonya rumah yang barusan sedang asik menata bunga di ruang tamu kini menghampiri suami dan putranya yang sepertinya terlibat cekcok lagi.

"Yah, kenapa marah-marah sih? Ini masih pagi loh!" Tanya Kim Min se. Istri dari Kim Daeun.

Daeun menatap tak suka pada putranya.

"Dia menyakiti cucu kesayanganmu lagi! Ini bahkan terjadi tiap tahun, tapi dia tak pernah puas!" Geram Daeun.

Gaon tak suka. Ia merasa terpojok oleh ayah dan ibunya hanya karena kadapatan berbuat semena-mena pada anak yang bahkan tak ia sukai. Ia merasa jika tak adil saja kalau ia kena marah hanya karena ini.

Ia tak suka kena marah. Asal tahu saja!

"Dia pulang seenaknya. Bahkan juga melupakan Rin dan berkelahi semau sendiri. Aku lelah mengurusnya! Dia menyusahkanku fisik dan batin!"

Min se kaget mendengar penuturan Gaon barusan.

"Kenapa begitu mudah untuk berkata begitu? Apa ibu pernah mengajarkanmu untuk bersikap kekanakan dan kejam? Dia anakmu! Darah dagingmu!" Peringat Min se. Gaon menatap tak percaya. Dia yang anak kandung selalu saja kalah telak jika dengan Seokjin. Dan itu membuatnya kesal.

"Kalian begitu kejam padaku. Kalian menjodohkanku dengan wanita yang tak aku cintai hingga sekarang bercerai, lalu ketika aku mendapatkan kehidupan baru kalian juga tak suka. Kalian tak suka pada Rin dan Taehyung, hanya Seokjin yang ada di pikiran kalian. Lalu kalian menuntut apa lagi? Menyayangi Seokjin? Dia bahkan membunuh Rin di depan mataku! Apa kalian bisa setenang itu membiarkan aku serumah dengan pembunuh?!"

"Pikirkan! Aku anak kalian! Anak kandung kalian!"

Gaon tak pernah berpikir jika ibu dan ayahnya akan berlaku tidak adil seperti ini. Menyiapkan pernikahan tanpa memberitahunya adalah hal yang sangat sangat membuat Gaon kesal. Ia bahkan sempat akan kabur. Namun, atas perintah dari kekasihnya yaitu Rin, ia mau menikah dengan Yuna secara terpaksa. Semuanya berjalan sesuai rencana dari orang tua keduanya, bahkan Yuna dan Gaon pun sudah dikaruniai putra. Hingga hari dimana Yuna akhirnya meminta perceraian padanya pun datang. Saat itu Seokjin berusia 10 tahun untuk mengerti perpisahan. Ia mengaku tak suka dan bahkan sampai sakit parah, namun tak ada yang peduli padanya. Baik Gaon maupun Yuna sibuk pada diri mereka sendiri dan melupakan eksistensi Seokjin. Anak itu tampak menyedihkan dan sangat tertekan, darisana lah gagasan untuk mewariskan seluruh harta kekayaan dua keluarga dibentuk. Kedua keluarga tak ingin cucu mereka satu-satunya menderita, jadi mereka memutuskan untuk membentengi Jin dengan harta. Berharap jika semuanya bisa berjalan sesuai jalurnya.

Tapi, siapa sangka jika semuanya hanya berhasil setengahnya saja?

Min se dan Daeun bahkan tak pernah menyangka jika putra mereka akan begini kejam pada darah daging sendiri.

"Kim Gaon!! Semua yang kami lakukan ada tujuannya. Dan jika kami salah saat itu, kami sudah meminta maaf. Tapi, bukan hal yang benar untuk terus mengabaikan anakmu dan menyalahkannya atas kematian Rin. Ingat! Rin mati karena penyakit serangan jantung! Bukan Seokjin!" ucap Min se tegas. Namun Gaon lagi-lagi tak mempercayainya, pria itu bahkan menggeleng brutal saking tak mau percayanya pada kebenaran yang selalu Min se coba jelaskan.

"Kalian hanya membelanya! Anak itu betul-betul bersalah! Ia tak suka pada Rin dan putra kami! Dia dendam pada keduanya!" Sangkal Gaon.

Daeun frustasi. Istrinya sudah mengatakan ini berkali-kali pada Gaon. Tapi anaknya tak pernah mempercayai itu. Malah, ia seolah menutup telinga pada kebenaran kematian Rin. Ini seolah Gaon memang sengaja menyalahkan Jin untuk kematian Rin.

"Kau adalah seorang ayah Gaon. Kau akan menyesalinya suatu saat nanti. Demi tuhan anakmu sama sekali bukan seperti yang kalian pikirkan. Dan sekali lagi, aku tak pernah terima jika cucuku kau sakiti seperti ini. Jika saja, suatu saat nanti aku mendapati Jin menangis dan menghampiriku, maka aku tak segan membuatmu hancur dengan kekuasaanku! Dan itu semua akan terjadi meskipun kau adalah anak kandungku!"

Daeun membuang muka saat selesai dengan kalimatnya. Kemudian pria paruh baya itu memberikan isyarat tangan pada pengawal rumahnya untuk membawa Gaon pergi. Ia sudah sangat muak dengan wajah anak tunggalnya sang telah berani bersikap tak manusiawi pada anak sendiri.

Tidak. Daeun tak akan membenarkan apapun dari tindakan anaknya itu.

Sementara itu, Min se terus saja mengusap air mata yang merembes dari matanya. Wanita paruh baya itu menggenggam tangan suaminya dengan pandangan yang terus melihat kearah anaknya yang diseret beberapa pengawal rumah besar milik mereka berdua.

"Sayang, aku tahu aku adalah ibu yang mungkin terlalu buruk untuk Gaon. Maaf karena tak bisa mendidik Gaon dengan baik. Dan maaf juga karena membiarkan iblis muncul begitu saja di diri Gaon," ucap Min se. Ia ingat pada pepatah. Buah tak akan jatuh jauh dari pohonnya. Jadi, perilaku Gaon saat ini mungkin saja adalah buah dari dosanya di masa lalu.

Daeun sendiri juga berpikir hal yang sama. Namun, bukankah Gaon terlalu membenci Seokjin untuk ini? Bahkan semua tindakan anak itu keterlaluan memang.

"Jika saja Gaon seperti itu karena salah didik, maka aku juga bersalah sayang. Aku merasa sangat gagal ketika melihat semuanya. Aku merasa gagal mendidik Gaon menjadi seorang pria sejati. Maka, maafkan aku juga. Maafkan aku sayang!"

Keduanya saling memeluk. Walau telah renta, keduanya selalu bisa membuat nyaman satu sama lain. Maka, kejadian seperti ini juga akan menjadi masalah keduanya. Baik Daeun ataupun Min se kini hanya bisa berdo'a untuk kelangsungan keluarga mereka. Keduanya berharap jika suatu saat nanti akan tiba saatnya dimana kebahagiaan akan datang. Dan semoga, pada akhirnya nanti Seokjin cucu mereka bisa merasakan kebahagiaan juga.

Semoga, suatu saat nanti Seokjin akan mendapatkan apa yang ia inginkan. Termasuk, mendapatkan kasih sayang yang ia idam-idamkan sejak lama.

.

.

.

.

To be Continue
Bubay!

Lavender [라벤더] SELESAITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang