Ting!
Fay menghentikan kegiatan makannya, gadis itu melirik ponsel kemudian membuka pesan dari Ridho.
“Apa ini?”
Deg.
Fay tersenyum masam melihat foto yang dikirim Ridho. Itu adalah potret suaminya dengan Angeline.
[Sudah biasa, semua lelaki selalu membuka pintu untuk tamunya.]
Akhirnya terkirim. Fay pikir ini adalah kata-kata yang paling baik selain mengumpat.
[Aih, tidak semua lelaki Fay. Jika kamu bilang begitu, kamu belum mengenal abang.]
Jawaban dari Ridho membuat Fay menutup ponsel. Memang seharusnya dari kejadian sang mama ia sudah pandai belajar. Bukan mengulang.
“Kenapa?” Nur penasaran, melihat Fay yang terlihat sudah tidak bernafsu memakan makanannya.
“Ceritalah!”
Fay akhirnya menyerah, ia memang membutuhkan seseorang untuk berkeluh kesah.
Fay kembali membuka ponsel, menunjukkan sebuah foto yang membuatnya sedih.
“Ini suamimu?” Fay mengangguk.
“Siapa wanita ini? Apa kamu mengenalnya?”
“Ya, wanita itu adalah teman masa kecil suamiku. Namun, seperti yang kutahu. Dia mencintai dan berambisi memilikinya.”
“Memang ya, tidak ada hubungan pertemanan antara laki-laki dan perempuan tanpa melibatkan perasaan.”
“Kamu sudah blokir nomor suamimu?” tanya Nur.
“Blokir? Untuk apa?”
“Ehem, jadi begini, Fay. Kebenaran akan selalu menang. Lambat ataupun cepat. Jadi, biarkan nanti suamimu menyadari apa yang sudah dia perbuat. Bukankah Tuan Ridho bilang jika beliau tidak akan memberitahu suamimu?”
“Jadi maksudmu? Ketika nanti dia mencariku dan aku memblokir nomornya, dia kesulitan mencari.”
“Ya begitulah. Bagaimana?”
“Hm, baiklah. Ah, tapi jangan terlalu percaya diri juga. Bagaimana jika selamanya kebenaran itu tidak akan terbongkar?”
“Kamu sedang menghina Allah?”
Fay mengernyit tidak paham.
“Bagaimana mungkin kamu pesimis begitu. Allah maha tahu dan maha adil. Allah akan memberikan jalan apa pun untuk mengungkap kebenaran. Bukan begitu?”
“Hehe, iya.”
Fay melakukan apa yang disuruh Nur. Gadis itu menggumam dalam hati. “Sebentar lagi ulang tahunku. Apakah status yang beda ini tetap terasa sama karena aku tidak pernah merayakan hari lahir?”
°•°
“Omong-omong, aku begitu terkejut ketika mendengar kabar bahwa istrimu yang melakukan itu pada Mbah Ningsih.”
“Aku juga tidak menyangka. Gadis selugu Fay bisa melakukannya.”
“Hei, apa yang kau bilang? Fay gadis lugu? Astaga, Adrian. Fay itu tomboi. Dia bukan gadis baik-baik.”
“Tapi dia sudah hijrah, Angeline.”
“Hijrah baru berapa bulan? Dia gadis tomboi. Mungkin saja, jauh sebelum mengenalmu, dia bisa dengan mudah melakukan ini semua.”
Angeline terus berusaha mengompori Adrian. Lelaki itu menunduk memijit dahi.
“I-ini .... Bukankah heels ini kulihat dalam video bukti itu?” batin Adrian berbicara.
YOU ARE READING
Jodoh untuk Faynara (TAMAT-BELUM REVISI)
RomansaKesakitan yang didapat dari kedua lelaki yang pernah dipanggilnya ayah juga kematian sang ibu dua tahun lalu, membuat Gilsha Faynara membenci seorang laki-laki. Pertemuannya dengan dokter muda melalui sebuah peristiwa membuat hatinya goyah. Dengan...