Xu Minghao itu gila.
Kalimat itu seolah sudah akrab di telinga pria asal China yang pindah ke Korea ini, sejak ia kuliah hingga sekarang.
Terserah, ia tidak peduli jika orang-orang menganggapnya seperti itu. Karena ia menjadi gila untuk menjaga kewarasannya.
Setelah pulang bekerja, Minghao menatap ke arah jendela rumahnya yang mengarah langsung ke arah garis pantai. Begitu tenang, hanya terdengar suara debur ombak yang menghantam bebatuan.
"Tuan Xu melamun apa nih?"
Suara itu. Minghao tersenyum kemudian berbalik. "Kapan kamu berada di belakangku?"
"Aku selalu ada di belakangmu."
"Jangan seperti itu, aku tidak suka." Minghao memasang wajah datar, membuat wajah gadis di hadapannya cemberut. Kemudian ia tersenyum dan mengacak rambutnya gemas. "Karena aku ingin kamu berjalan di sampingku, bukan di belakangku, Lee Heera. Sudah jangan cemberut, kamu jadi imut sekali."
"Bilang saja aku jelek jika cemberut!"
"Iya kamu jelek."
"Xu menyebalkan Minghao! Aku membencimu!"
Minghao tertawa saat pengelihatannya melihat Heera menghentakkan kakinya pergi ke sofa.
"Matikan saja televisinya jika kamu yang ditonton bukan menonton."
Heera memalingkan wajahnya, masih kesal.
"Ayo." Tiba-tiba Minghao menarik tangan Heera. Mengajaknya keluar.
Heera suka jajan, jadi Minghao akan mengajaknya ke kota untuk membeli makanan.
"Hujan."
Minghao menoleh saat mendengar gumaman Heera. "Iya, hujan.. tapi gerimis saja, tidak deras. Kalau deras nanti tidak bisa beli hotteok."
"Ih! Aku mau beli hotteok.."
"Iya makanya bilang coba, jangan hujan deras, gitu."
"Mau beli balon juga."
"Iya bilang dulu. Siapa tau langitnya dengar."
Minghao tertawa pelan saat mendengar Heera menggumam agar hujannya tidak deras, supaya dia bisa beli jajan dan balon katanya.
Menggemaskan sekali.
"Biar nanti aku yang turun," kata Minghao.
Minghao menghentikan mobilnya di depan sebuah gedung besar. Gedung tempatnya kuliah dulu.
"Heii, Xu Minghao! Sudah lama kami tidak bertemu denganmu, siswa yang dikeluarkan karena dianggap--"
"Mingyu, kau berlebihan," tegur pria lain dengan hidung mancungnya itu pada Mingyu setelah menyikut perutnya pelan.
Mingyu mendesis. "Saus tomat ku tumpah ke baju, Lee Seokmin," ujarnya dengan nada kesal.
Seokmin mengangkat bahunya. "Sudah lama sekali tidak bertemu denganmu, Minghao. Kau sedang jalan-jalan?"
"Iya."
"Dengan siapa?"
"Heera."
Deg!
Heera. Lee Heera.
"Mana Heera?" tanya Seokmin, berusaha menormalkan ekspresi wajahnya.
"Di mobil. Lihat, dia sedang tersenyum dan melambaikan tangannya. Kalian tidak akan membalasnya?" Minghao balas melambai ke arah mobil.
"O-oh." Seokmin juga melambaikan tangannya, tersenyum.
Mingyu menyenggol lengan Seokmin. "Seok, mobilnya kosong," bisiknya. "Tidak ada orang di sana."

KAMU SEDANG MEMBACA
The Silhouette of The Shadow || XMH [COMPLETED]
FanfictionAku takut akan terbangun dari mimpi ini. Bawa aku untuk pergi mencarinya. Mencari satu-satunya milikku. - Xu Minghao "Xu Minghao itu gila." *** Inspired by: The8 - Hai Cheng (Hasil pemikiran sendiri, no copy paste, hargai hasil karya author)