Terima kasih dan maaf

3 1 0
                                    

Sering kali Heula mendengar kalimat 'jangan bilang maaf saat kamu tidak melakukan kesalahan, jangan bilang terima kasih saat kamu memberikan sesuatu pada orang lain' kalimat itu selalu terngiang-ngiang di kepala Heula seminggu ini.

Dia sedang berada di titik hitam dan putih. Dimana kadang titik hitam itu akan membesar seiring berjalannya waktu. Tanpa ada penghapus untuk menghapus titik hitam itu.

Heula, gadis berambut pendek, memiliki gigi kelinci, benar benar gigi kelinci. Heula kadang merasa jengkel dengan gigi depannya yang tidak bisa lagi tumbuh. Dia ingin merasakan memiliki gigi rata seperti teman-teman lainnya. Namun, sayang Tuhan memberinya karya yang sangat indah. Dan, Heula yang membencinya.

Heula anak yang amat sangat terbawa suasana. Tanpa sadar kadang dalam satu hari dia bisa senang lalu sedih. Atau sangat gembira berubah menjadi isak tangis.

"Itu aku, Heula Addelin. Kupikir kamu hanya sekadar memanggilku saja. Tapi, kamu juga penasaran ya tentang kisahku?"

Kalimat yang keluar dari Heula membuat lawan bicaranya tertegun. Saat ini Heula sedang berada di kelas seperti biasanya. Karena, mendadak ada adik kelas yang melaksanakan MPLS sedang menjalankan misi untuk menanyai salah satu kakak kelas tentang satu moto hidupnya. Dan, jadilah adik kelas itu tidak sengaja menemui Heula.

"I-iya.. Bukan kak, ini—" Belum sempat menyelesaikan ucapannya. Heula menahan tangan adik kelasnya dan terkekeh.

"Tidak, tidak, bukan itu maksud ku. Aku hanya bercanda. Jadi, pertanyaannya moto hidupku ya, dik?" Tanya Heula lagi untuk memastikan bahwa pendengarannya tidak salah.

"Iya kak, aku catet nih kak!" Adik kelas itu langsung sigap dan cepat mengambil notes kecilnya dan bolpoin yang dia genggam. Untuk bersiap mencatat apa yang akan keluar dari mulut Heula. Heula sejenak terdiam melihat tingkah adik kelasnya, membayangkan dulu dia juga pernah di posisinya.

"Moto hidup seorang Heula adalah.. Dereungderungrung... 'Jangan menundukkan kepalamu! Tegakkan kepalamu, berdirilah tegak' dah itu aja sih. Jujur, kakak kurang tau arti sebenarnya dari moto hidup. Tapi, yang kakak tau, kakak memiliki kalimat untuk tetap tegakan kepala dikondisi apapun," Jelas Heula panjang lebar. Dan, adik kelas itu meresponnya dengan amat sangat baik.

"Makasih ya kak untuk mau aku tanyain! Hehe, aku kembali ke aula kak!" Salamnya sebelum pergi meninggalkanku.

"Dik! Nama kakak Heula, panggil aja Hela! Salam kenal yaa!" Seru Heula sambil berjinjit, karena adik kelasnya itu sudah ditelan oleh segerombolan siswa-siswi baru.

Setelah selesai dengan urusannya. Heula pun kembali melangkahkan kakinya menuju perpustakaan. Selama dia jalan, Heula selalu menyanyikan hal-hal random untuk membuat hatinya senang. Ya, hatinya yang saat ini sedang tidak baik-baik saja.

"Eh, eh HELA COY! MINGGIR LO PADA, kuy cewek, sinih," Teriak seseorang yang duduk di salah satu bangku perpus dengan tanpa rasa malu pastinya.

"Mulut lo, pengen disumpel sama kertas ya?" Tutur Heula sebelum akhirnya dia duduk manis disebelah teman yang meneriaki namanya tadi.

"Hahaha, Heula ini yang gue tau. Kalo Heula yang tadi gak tau gue. Beda lo kalo sama orang asing, soft banget kebangetan. Tapi, sama temen sendiri acakadul!" Ucapan temannya mampu membuat Heula tertawa terbahak-bahak. Bagaimana tidak, itu adalah fakta yang menggelikan untuknya. Sampai dia juga berpikir bahwa dirinya memiliki topeng lain selain tadi dengan adik kelas.

"Ya sorry gue kan kebawa aja sama suasana, oh btw.. Lo ngapain di perpus. Bukannya sekarang pelajaran lo pkwu? Dimarahin Bu Riri lo, baru tau rasa!" Celotehan Heula sekarang sedang diujung tanduk karena temannya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 14, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

More Than YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang