Tami menatap layar ponselnya dengan wajah tidak terbaca. Pemandangan itu sudah berlangsung sejak beberapa menit yang lalu. Sejak tadi ia sedang memilah kata yang tepat untuk kembali mengirimkan pesan pada Tama. Namun, hingga kini belum ada satu pun kata yang ia ketik di ruang obrolan mereka.
Jika dilihat dari riwayat pesan, terakhir kali mereka bertukar pesan adalah kemarin. Itu pun hanya sebatas pesan tidak penting. Tami hanya menanyakan apakah Tama sudah sarapan dan hanya dijawab oleh pria itu dengan jawaban singkat tanpa berniat memperpanjang obrolan dengan menanyakan Tami pertanyaan yang sama. Padahal Tami sudah mencoba mengetik pesan sangat panjang dan lama berpikir kata apa yang dapat ia gunakan untuk berbasa basi, karena Tama yang biasanya inisiatif menghubunginya terlebih dahulu tiba-tiba berhenti mengiriminya pesan.
Awalnya Tami berpikir mungkin Tama sedang sibuk, hingga ia mencoba memberikan waktu bagi Tama dan tidak mengganggunya. Namun hingga malam menjelang, Tama masih juga belum menghubunginya hingga keesokan harinya.
Perkataan Tama yang mengatakan akan memperjuangkan hatinya. Serta perilaku Tama yang menunjukkan jika pria itu memang mencintainya. Membuat Tami perlahan merasa nyaman. Hingga segala bentuk perhatian yang Tama berikan seolah menjadi rutinitas yang sangat dinikmati oleh Tami.
Hingga ketika secara tiba-tiba Tama tidak lagi menghubunginya, bahkan menjawab pesannya dengan kata yang singkat-singkat saja, membuat Tami merasa kehilangan. Seolah ada bagian dari hatinya yang merindukan Tama. Tetapi Tami sendiri tidak yakin, mengapa itu terjadi padanya.
Sheryl yang sejak tadi memperhatikan Tami menjadi penasara. Apa yang sedang ditunggu oleh Tami? Karena sejak tadi, bosnya itu terlihat beberapa kali melirik ponselnya saat meeting. Walaupun Tami menyimak laporan yang dipresentasikan oleh setiap manager di perusahaan. Nyatanya Sheryl tetap saja bisa menangkap ada hal yang aneh dari sikap yang Tami tunjukkan.
Orang-orang yang tidak begitu mengenal Tami akan pasti tidak bisa melihat kejanggalan itu Namun, berbeda dengan Sheryl. Enam tahun mengenal Tami dan menjadi asisten wanita itu, nyatanya Sheryl bisa mengetahui jika atasannya itu tengah menunggu seseorang menghubunginya. Walaupun Gami terlihat fokus tetapi gerakan mata dan tangan wanita itu yang sesekali mengecek ponselnya, membuat Sheryl yakin jika ada sesuatu yang mengganggu Tami.
Selesai meeting, Sheryl tampak mengikuti Tami hingga ke ruangan wanita itu. Sama seperti ketika berada di dalam ruang meeting, Tami terlihat mengecek ponselnya. Wanita itu terlihat sedang menunggu pesan seseorang. Sheryl yang melihat hal itu menggeleng-gelengkan kepalanya. Setahunya, Tami bukan orang yang seperti ini. Wanita itu tidak pernah terganggu pada hal apapun sampai seperti ini. Sheryl mencoba menerka-nerka apa yang sedang Tami pikirkan. Hingga sebuah kesimpulan muncul di kepalanya. Ini pasti karena si pengacara tampan itu.
"Kalau kangen hubungi duluan gak ada salahnya, Mba," ucap Sheryl yang membuat Tami sadar, jika ada orang lain di ruangannya. Sejak tadi, Tami mencoba mencari kata yang tepat untuk menyapa Tama, hingga ia tidak sadar jika sedang diekori oleh Sheryl sejak tadi.
"Kamu ngomong apa sih?" balasnya sambil sibuk membaca dokumen yang ada di mejanya. Tami sesungguhnya ingin menutupi hal ini dari Sheryl. Ia tidak ingin Sheryl tahu jika ia sedang menunggu pesan dari Tama.
Penasaran sama kelanjutan ceritanya, cuss ke aplikasi Fizzo, di sana lebih lengkap dengan ekstra part. Search aja "When We Meet"
KAMU SEDANG MEMBACA
When We Meet (Complete) Move To Fizzo
ChickLitMenjadi seorang pria tampan, berpendidikan tinggi dan memiliki konsultan hukum miliknya sendiri, memiliki itu semua tidak serta merta membuat seorang Pratama Aprilio mudah mendapatkan pasangan. Walaupun banyak wanita yang rela melakukan apapun demi...