"sepupu Lo? Maaf, yang meninggal itu?" Ujar Langit tidak enak.
"Iya, sepupu gue. Namanya Angel" jelas Vino.
Langit menoleh ke arah Senja yang berdiri di sampingnya. Terlihat Senja menundukkan kepalanya sambil sesekali menggeleng.
Berbagai bayangan melintas di otak Senja. Dia berusaha mengingatnya, mengingat kenangannya dengan Vino. Seketika sekelebat bayangan ia dan Vino yang sedang tertawa terekam di kepalanya.
Senja menegakkan kepalanya dan menatap Langit.
"Langit, Senja ingat. Senja ingat kenangan Senja sama Vino di sini" ujar Senja lirih masih berusaha mengingat."Angel masih ada di sini" Ujar Langit tiba-tiba membuat Vino menolehkan kepalanya dan badannya menghadap ke Langit.
"Maksud Lo apa ngomong kek gitu?" Tanya Vino, nada suaranya berubah dingin.
"Angel_masih_ada_disini" ujar Langit sambil menekankan tiap katanya. "Lo nggak percaya?" Tanya Langit.
"Sekali lagi gue tanya, maksud Lo apa ngomong kek gitu?!" Vino tersulut emosi, dia tidak suka jika ada orang yang membahas tentang Angel, padahal Angel sudah meninggal. Itu akan membuat Angel tidak tenang.
"Gue udah pernah bilang kan waktu itu. Angel udah meninggal, dia udah pergi! Lo nggak boleh ngomong kek gitu, Angel bisa nggak tenang disana!" ujar Vino, nafasnya terengah-engah karena menahan marah.
"Angel emang nggak tenang. Arwahnya masih disini, makannya gue mau bantuin dia" jelas Langit.
Vino tertawa kecil dan menatap Langit tajam "omongan Lo nggak masuk akal!" Ujar Vino dan berbalik ingin meninggalkan tempat itu.
"Vino...An,Angel masih ada disini.." ucap Senja tiba-tiba. Senja mencoba membiasakan diri menyebut nama nya sebagai Angel. Karena itu nama aslinya.
Langkah Vino terhenti, dan membalikkan badannya menatap Langit yang masih berdiri di belakangnya dengan tatapan bingung.
"Kenapa Lo?" Ujar Langit, karena ia tidak tahu kenapa Vino berbalik.
"Lo denger suara cewek nggak?" Tanya Vino sambil mengusap sebelah telinganya. "Barusan gue denger suara cewek, suaranya mirip banget sama Angel. Dan manggil nama gue?" Ujar Vino bingung.
'ha? Vino denger suara Senja barusan?' pikir Langit. 'ya udah lah. Lanjut'
"Kan gue udah bilang, Angel masih ada disini" ujar Langit masih bersikap santai. Padahal Vino sudah kalang kabut mendengar suara itu.
Senja masih menatap lekat ke arah Vino, ia juga sama kagetnya dengan Langit, karena Vino bisa mendengar suaranya.
"Coba deh Lo dengerin lagi" ujar Langit mengintruksikan agar Vino membuka telinganya lebar-lebar.
"Ngomong Ja, biar dia percaya" ujar Langit sambil menoleh ke arah Senja.Senja berjalan mendekat ke arah Vino dan berdiri tepat di hadapan Vino.
"Vin, Vino, Angel ada di sini. Angel masih ada di sini Vin" ujar Senja menatap mata Vino, sayang nya Vino tidak bisa melihat kehadiran Senja.
Mata Vino membulat, bulu kuduk nya berdiri "gu, gue denger Lang" ujar Vino sambil melotot ke arah Langit.
Langit tersenyum lebar, "gue kan udah bilang, ya Lo nya aja yang be—"
BRukkkk
Vino pingsan.
"Lah,lah,lah. Gimana nih anak orang, kok malah pingsan?" Langit kalang kabut, ia menoleh ke arah Senja, sedetik kemudian Senja tiba-tiba menghilang.
'Lah kok malah ngilang? Awas aja Lo Senja' batin Langit bergemuruh.
Orang-orang yang berlalu lalang berkerumun mengelilingi Langit dan Vino untuk menyaksikan apa yang terjadi.
"Eh itu temannya kenapa?" Tanya seorang ibu-ibu sambil membawa setusuk sate di tangannya.
"Saya nggak tau buk, tiba-tiba pingsan. Ee... bapak-bapak boleh bantu saya nggak buat mesanin taksi sama ngangkut teman saya ini?" Ujar Langit sambil menyengir. Orang-orang disana hanya menggeleng kan kepalanya menatap Langit.
"Ayo ayo angkat, biar kami bantu" ujar salah satu bapak-bapak dan mengajak satu temannya untuk membantu Langit mengangkat Vino. Yang lainnya membantu untuk memesan taksi.
Saat mengangkat Vino, Langit masih sempat bergumam. 'nyusahin banget idup Lo. Udah nyusahin gue, emak-emak, bapak-bapak juga. Mana berat lagi'
Mereka memasukkan Vino ke dalam taksi yang baru saja datang. Langit mengambil alih untuk mengurusi Vino di dalam taksi.
"Makasih bapak-bapak, ibuk-ibuk, udah bantu saya" ujar Langit.
"Iya sama-sama" ujar mereka. "Hati-hati" ujar ibu-ibu yang membawa tusuk sate tadi.
Taksi pun melaju dengan kecepatan sedang menuju komplek perumahan Vino yang tidak terlalu jauh.
Di dalam taksi, Langit malah santai-santai memainkan ponselnya di kursi depan di samping supir tanpa memperdulikan Vino yang terbaring lemah di kursi belakang.
"Pak, Ini kacang ya?" Ujar Langit sambil menunjuk bungkus kacang yang terletak di dekat kaca mobil di samping setir.
"Iya, saya biasanya kalo nyetir suka lapar makannya saya ngemil kacang ini" ujar sang sopir.
"Ohh, bagi dong pak" ujar Langit mengambil sebungkus kacang, membukanya dan langsung melahapnya.
"Belum juga saya jawab" ujar pak sopir, menatap Langit datar.
"Hehe iya pak saya lapar. Jangan gitu dong mukanya, kayak nggak ikhlas aja ngasih nih kacang" ujar Langit sewot.
'emang nggak ikhlas' batin pak sopir.
Akhirnya taksi sampai juga di depan rumah Vino.
Langit turun dan memapah Vino keluar dari taksi.'ngomong ape nih gue sama emaknya?' pikir Langit.
Ya bayangkan saja Langit membawa anak orang pingsan sementara jam sudah lewat tengah malam hampir jam 1:42 dini hari.
Langit pun mengetuk pintu rumah Vino.
Tak lama pintu rumah di buka oleh Lisa, mamanya Vino."Eh Langit, kok malam- ASTAGA VINO KENAPA??" Ujar Lisa panik.
"Em tadi Vino tiba-tiba pingsan Tante, pas ngeliat festival kembang api. Untungnya ada saya loh Tante" ujar Langit membanggakan dirinya karena sudah membantu Vino, padahal dia ambil andil atas pingsannya Vino.
"Duhh pasti Vino kecapekan. Ya udah Langit bantu Tante bawa Vino ke kamarnya ya" ujar Lisa sambil membuka jalan agar Langit bisa membawa Vino ke kamarnya.
Sesampainya di kamar Vino, Lisa mengambil alih untuk membaringkan Vino di kasurnya.
Langit bernafas lega, setelah bebannya di ambil alih. Ia menetralkan nafasnya yang terengah-engah sambil menelisik setiap sudut kamar Vino yang di dominasi dengan warna hitam dan putih.
Langit berjalan dan menghampiri sebuah meja yang terdapat beberapa foto di sana.
"Ini vino yah Tante, sama siapa?" Tanya Langit sambil mengambil salah satu bingkai foto yang menampilkan dua orang anak berbeda gender yang berdiri bersebelahan sambil tersenyum.
"Ohhh itu foto Vino waktu kecil sama sepupunya" ujar Lisa yang masih sibuk membenarkan letak tidur Vino.
'ternyata bener ini Senja' batin Langit.
"Umm kalo gitu Langit pamit pulang dulu yah Tante" ujar Langit sambil menoleh ke arah Lisa.
TBC
Jangan lupa vote
KAMU SEDANG MEMBACA
Langit Senja
Teen FictionTangan Langit terangkat untuk menghapus jejak air mata Senja yang masih menetes. Tapi tangannya menembus kepala Senja. "Eh, gak bisa ya" ujar Langit terkekeh sambil menarik tangannya dan menggaruk belakang lehernya yang tidak gatal. "Lupa kalo Lo ha...