"Pantes gendutan."
Naomi langsung berhenti mengunyah begitu mendengar suara mamanya berkomentar.
"Suka makan ya, sekarang."
Ia mendelik, lalu meletakkan pie yang belum habis separuh itu cepat-cepat. Ia rasa makannya normal-normal saja kok. Bahkan, dari dulu ia memang suka nyemil. Lagian sekarang ia malah punya saingan nyemil.
"Tuh, pipi melebar ya."
"Ih, ini karena hamil kali, Ma," protesnya dengan tangan menepuk-nepuk pipi sendiri.
"Ya kamu hamil suka makan. Ngebo ya, Mi?"
Apa lagi itu. Naomi menatap mamanya horor. Ia kira cuma tidur yang bisa ngebo, hamil juga bisa? Ih, mengerikan.
"Biasanya orang hamil itu ngidam tapi nggak doyan makan. Kamu kayaknya semua makanan masuk."
"Baru juga ketahuan hamilnya, Ma. Nanti mungkin baru ada ngidam sama nggak doyan makan."
"Heh!" Mamanya mengibaskan tangan. "Aminin aja ngebo. Kamu kira enak nggak doyan makan tapi harus makan."
Lagian mamanya juga yang memancing Naomi. Ck, ia tidak terima dikatakan ngebo sampai gemukan. Buru-buru Naomi mengambil timbangan dan menimbang berat badannya. Bibirnya berdecak, ternyata nambah 2 kg dari terakhir kali ia nimbang.
"Ga, coba nimbang," katanya pada suaminya yang sejak tadi diam saja di sofa. Lelaki itu tidak banyak bicara, langsung saja menuruti apa kata Naomi.
Angka yang muncul di layar membuat Naomi takjub. Ia bergumam, "Kamu ternyata berat banget deh. Ini naik apa turun apa tetap?"
"Naik." Arga mengingat baik-baik. "5 kg."
Ck! Ck! Ck!
Naomi geleng-gelengkan kepala. Ia perhatikan Arga dengan saksama. Pipinya memang terlihat lebih berisi, tetapi tidak ada perubahan signifikan. Lelaki itu kelihatan hampir sama persis dengan sebelum menikah dulu.
Sepulang pamit dari rumah orang tuanya, Naomi melaporkan perubahan berat badan mereka kepada ibu mertuanya. Wanita itu cuma manggut-manggut paham, lalu berkata santai.
"Papanya makan banyak, nyemil juga banyak, tapi dasarnya orangnya kurus. Kadang naik 6 kg juga nggak kelihatan. Tetep aja kurus." Selanjutnya, wanita itu memperhatikan putra semata wayangnya dengan mata menyipit. "Emang gemukan sih, kelihatan Arga. Bahagia ya, habis nikah?"
Arga menahan senyum yang merayu ingin keluar. Ia hanya mengangguk dengan mata lurus ke depan. Enggan menatap Naomi, sebab ia bisa kelepasan senyum kalau ditatap wanita itu.
"Tuh, bahagia dia nikah sama kamu, Menantu. Awas nanti dia kegemukan. Walaupun papanya nggak bisa gemuk, tapi aku bisa gemuk." Dan kepada Arga, ia kembali berkata, "Rajin olahraga dong, anak Mama. Kamu gemuk nanti hilang gantengnya. Naomi cari yang lain."
"Ih, Mama Mertua!" Naomi langsung menyela. "Enggak ah, gemuk apa kurus kan sama aja, yang penting sehat."
Mama Nad menggeleng pelan. Ia meninggalkan anak dan menantunya. Dulu suaminya juga sempat diejek gemuk setelah nikah. Nyatanya memang kelihatan senang-senang saja setelah nikah.
Beberapa menit kemudian ia kembali menemui Arga dan Naomi yang sedang diam-diaman di sofa. Seperti masa mudanya dulu, hihi. Aduh, ia jadi kangen dengan Agga muda yang ngeselin tapi ngangenin.
"Ngidam enggak, Mi? Mau makan apa gitu?"
Naomi menggeleng kuat. Ia sungguh nggak ingin makan apa pun.
"Baguslah. Makan semua yang mau dimakan ya, asal baik. Nanti kalau butuh apa-apa datang saja ke sini. Aku tinggal bentar ya, mau belanja bahan kue."
"Ikut dong, Ma."
KAMU SEDANG MEMBACA
Dear Suamiku: Jangan Lupa Banyak Bicara Hari Ini
RomanceSaudari Naomi Priska Sastraperwira, maukah kamu melihat saya setiap bangun tidur? Lalu ketika pulang kerja, eh ada saya lagi, saat makan malam, saya muncul lagi. Begitu mau tidur, ternyata saya lagi yang disamping kamu. Ketika kamu lagi PMS dan ngga...