Chapter 4

859 126 6
                                    

Setelah kejadian kemarin malam, pagi ini Jungkook berangkat bekerja bahkan sebelum Jinri bangun dari tempat tidur. Bukannya mendapatkan sapaan selamat pagi dan ciuman manis, Jinri hanya mendapatkan notes di pintu lemari pendingin jika Jungkook memiliki urusan darurat di studio dan mungkin akan lembur lagi.

Hah... Selalu saja begitu. Masalah ini tidak pernah selesai. Jungkook entah sengaja atau tidak seperti menghindar dari pembahasan tentang "anak". Pria itu akan memilih untuk tenggelam dalam urusan pekerjaan lalu pulang ke rumah seperti tidak ada apa-apa.

Jinri menghela napas lelah, bahunya terasa kaku karena terlalu lama menatap layar komputernya. Ia menatap jam kecil di meja kerjanya, sudah hampir jam pulang kerja. Jinri dapat sedikit bersantai hari ini karena Byul dijemput oleh Hana dan katanya akan bermain ke rumah nenek dan kakeknya.

Dan... Hana juga berjanji akan mengantar Byul pulang nanti. Syukurlah pikir Jinri. Ia masih tidak enak berkunjung ke rumah mertuanya setelah terjadi ketegangan diantara mereka kemarin.

Sepertinya, kakak iparnya Hana juga masih berusaha untuk membujuk ibunya tentang acara ulang tahun bulan depan. Semoga saja Hana berhasil berbicara pada ibunya dan mendapatkan titik terang dari masalah ini. Jujur saja Jinri merasa serba salah, ia tidak keberatan dengan rencana ibu mertuanya tetapi acara kantor sudah direncanakan dari tahun lalu. Tidak mungkin ia tiba-tiba meninggalkan pekerjaannya dan meminta cuti. Sedangkan, kantor penerbitannya paling terkenal sangat susah memberikan cuti panjang pada semua karyawannya.

Begitu pun Jungkook. Jangankan meminta cuti, pulang ke rumah tepat waktu saja sudah sangat bersyukur. Hah... Jinri kembali menghela napas. Tiba-tiba ia jadi merindukan suaminya.

Soojung yang sejak tadi masih berkutat dengan naskah novel terlihat mengerutkan keningnya. Ia sudah duduk hampir dua jam di kursinya dan selama itu juga ia mendengar teman seperjuangan di sampingnya ini menghela napas bahkan menggerutu tidak jelas.

"Eonnie, jika kau selalu menghela napas seperti itu paru-parumu akan mengkerut dan lepas dari tempatnya." kata Soojung bercanda namun cara bicaranya terdengar menusuk untuk orang yang tidak mengenal kepribadiannya.

Jinri sudah biasa mendengar kalimat-kalimat nyeleneh dari mulut Soojung. Jadi ia hanya tersenyum mendengar candaan temannya itu.

"Ya... ya. Aku akan berhenti sekarang. Aku akan pulang demi mengamankan paru-paruku." jawab Jinri sembari membereskan barang-barangnya di atas meja. "Kau puas?"

Soojung mencebikkan bibirnya ketika mendengar Jinri akan pulang. Ia iri. Pekerjaannya belum selesai, ia terpaksa lembur hari ini demi tumpukan naskah di atas mejanya.

"Aku iri padamu yang dapat pulang lebih awal di hari senin." aku Soojung, ia menyandarkan punggungnya di kursi dengan ringisan pelan. Punggungnya sakit.

"Itu karena aku tidak menunda-nunda waktu." Jinri menjawab dengan santai dan senyum yang manis tetapi langsung menusuk Soojung. Kebiasaan buruk Soojung yang suka meninggalkan pekerjaan sesuka hati ditambah menunda-nunda waktu membuat tumpukan naskah di meja wanita itu tidak berkurang sama sekali.

Soojung tertawa miris—miris pada dirinya sendiri. Perkataan Jinri tidak ada yang salah. Akhir-akhir ini ia sedang mengalami pemunduran semangat bekerja. Apakah ini efek tidak ada kenaikan gaji?

"Eonnie, terima kasih. Kau menyadarkanku." kata Soojung. Wanita itu mengambil satu naskah di tumpukan. "Aku akan lembur hari ini. Hati-hati di jalan, Eonnie."

Jinri tersenyum, ia mengambil tasnya bersiap untuk pulang. Sepertinya Soojung sudah menemukan motivasinya kembali.

"Okey... jangan pulang terlalu larut. Kabarnya ruang kantor kita sangat berhantu jika tengah malam." seru Jinri dengan suara yang menaku-nakuti walaupun ia tahu Soojung lebih berani ketimbang dirinya.

Married by Accident 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang