💜15💜

338 52 8
                                    

Naruto menghempaskan tubuhnya di atas tempat tidur, tak peduli jiwa petualangnya begitu luas, tapi rumah tetap lah akan selalu menjadi tempat terbaiknya. Kamarnya yang luas dengan nuansa warna hangat, bergaya modern, dan tempat tidur nyaman

Tak berapa lama pintu terbuka, dengan seorang wanita yang telah berumur dengan wajahnya yang penuh ketegasan menerobos masuk tanpa berucap atau berbasa-basi merangkai kalimat sambutan, ia langsung saja meraih ransel milik Naruto dan mencari sesuatu di sana. Jika ibunya sudah menunjukan wajah yang serius seperti itu artinya akan ada hukuman.

"Ibu yang merindukanmu itu Putramu, bukan ranselnya," ucap Naruto dengan sedikit candaan, berharap bisa sedikit menguraikan urat-urat kemarahan yang terpangpang jelas di wajah ibunya.

"Karena aku tahu kau sangat merindukanku, maka dari itu aku harus membuatmu tetap berada di sampingku," balas Kushina datar dengan sesuatu yang ia dapatkan dari ransel Naruto. Kushina memang bukan orang yang meledak-ledak saat marah, tapi ancamannya tidak main-main.

Naruto langsung mendesah kecewa, karena tahu sesuatu yang diambil sang ibu adalah sesuatu yang bisa membuatnya tidak bisa kemana-mana lagi.

"Mulai hari ini aku akan mengamankan paspormu," ucap sang ibu terdengar anggun, namun terdengar jahat bagi Naruto.

"Ibu aku sudah kembali padamu, kau tak perlu menghukumku seperti ini," ucap Naruto merajuk.

"Aku tidak sedang menghukummu, hanya sedang memberimu kesempatan untuk melakukan yang terbaik," ucap Kushina menyunggingkan guratan senyum menyindir sambil mendudukan dirinya di sisian tempat tidur.

Naruto sudah bisa menebaknya, arti kata melakukan yang terbaik itu sama artinya dengan bekerja dengan tekun, bukan tahunya main saja. Kalau tahu akan begini, harusnya dirinya tidak cepat-cepat pulang ke rumah. 

"Ibu, tentang sepupu Sasuke…," Naruto mulai beralih topik pembicaraan, daripada membicarakan pekerjaan yang akan membuatnya bosan.

"Kurasa keluarga Uchiha sudah lama tidak pernah membicarakannya," ucap Kushina tidak terlalu antusias.

"Ku dengar Ketua Uchiha sedang mencarinya," ucap Naruto.

Kushina mendecih….

Rasa itu seperti sebuah lelucon bagi Kushina, seseorang yang dahulu dibuang tanpa ampun, dan setelah hilang tanpa pernah ada kabar mau dicari.

"Memangnya mau dicari kemana? Ketua Uchiha sepertinya sudah kehilangan akal sehat. Tapi mau bagaimana lagi, seseorang yang sudah hampir dekat dengan ajalnya, pasti akan ingat dengan semua dosa yang dilakukannya di masa lalu, mungkin itu hanyalah keinginan untuk menebus rasa bersalah,"

"Sasuke, memang sudah menemukannya bu,"

"Benarkah? Rasanya sulit untuk dipercaya. Dan siapa juga yang akan percaya? Seorang anak yang terlibat dalam kecelakaan maut, masih mungkinkah ia hidup?"

"Ibu, bukankah kita tidak pernah meragukan keluarga Uchiha?" ucap Naruto mengingatkan.

Naruto menyadari ibunya bukanlah orang yang akan bersikap ramah jika menyangkut sesuatu yang dirasa mencurigakan, maka dari itu Naruto sedari awal mengantisipasi agar ibunya tidak bersikap kritis atau menanyakan hal apapun yang akan membuat Sasuke tidak nyaman.

"Kau ingin aku mempercayainya?"

"Bukankah memang seharusnya seperti itu?"

Kushina mengangguk, hubungan kekeluargaan ini sudah terjalin begitu lama. Seperti halnya dulu keluarga Uchiha memintanya untuk tutup mulut perihal Uchiha Miyako, Kushina mengiyakan saja dan begitu setia menjaga rahasia ini. Dan sekarang dirinya harus menutup mulut kembali soal benar tidaknya sepupunya Sasuke itu.

My Sweet GirlTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang